BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam
bimbingan dan konseling terdapat beberapa unsur yang harus ada agar bimbingan
dan konseling berjalan dengan baik dan memenuhi syarat. Di dalamnya terdapat
seorang konselor dan seorang konselor sebagai helping proffesion tidak akan
dipanggil konselor tanpa adanya seseorang yang memiliki masalah. Orang yang
memiliki masalah disebut klien. Seorang klien akan mendatangi konselor dengan
tujuan memecahkan masalah yang dimilikinya. Karena konselor adalah pihak yang
memberikan bantuan. Dalam bimbingan dan konseling dibutuhkan adanya seorang
konselor dan tidak luput dari adanya sebuah permasalahan yang dimiliki oleh
seorang klien.
Masalah
iu sendiri adalah sebuah tantangan bagi seorang konselor untuk mengembangkan
intelektualitas yang dimilikinya sebagai helping proffesion yakn sesuatu yang
perlu diselesaikan. Dengan teori-teori yang ada konselor diharapkan mampu
menyelesaikan masalah klien sesuai harapan dan kebutuhan klien.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan konsep “Psychological Strength”?
2. Apa
itu pemenuhan kebutuhan?
3. Apa
yang dimaksud dengan kompetensi intra-pribadi?
4. Apa
yang dimaksud dengan kompetensi antar-pribadi?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Konsep“Psychological Strength” Atau“Daya
Psikologis”
Orang yang masuk ke dalam konseling
pada dasarnya karena mengalami kekurangan. ”psychological strength”atau “daya
psikologis”, yaitu suatu kekuatan yang di perlukan untuk menghadapi berbagai
tantangan dalam keseluruhan hidupnya,termasuk menyelesaikan berbagai masalah
yang di hadapinya. Dalam hubungan ini,para konselor perlu memahami konsep
“Psichological strength” sebagai landasan dalam memahami kehadiran klien dalam
konseling. Dari kajian berbagai teori, daya psikologis pada dasarnya merupakan
suatu daya atau kekuatan yang menggerakkan individu untuk berbuat dalam
menjalani tututan keseluruhan hidupnya.Konsep daya psikologis mempunyai tiga
dimensi yaitu:
1. Need
Fulfillment (Pemenuhan Kebutuhan)
2. Intrapersonal
Competencies (Kompetensi Intra - pribadi)
3. Interpersonal
Competencies (Kompetensi Inter – pribadi)
Dimensi pemenuhan kebutuhan merujuk
pada kekuatan psikis yang di perlukan utnuk memenuhi seluruh kebutuhannya agar
dapat mencapai kualitas kehidupan secara bermakna dan memberikan kebahagiaan.Makin
banyak kekuatan psikis dalam dimensi ini, makin besar kemungkinan individu
mampu memenuhi kebutuhan hidup sehingga lebih bermakna dan bahagia.Sebaliknya
makin sedikit kekuatan psikis dalam dimensi ini, makin besar peluang untuk
mengalami frustasi dan ketidak efektifan hidupnya.Dimensi kedua daya psikologis
berkenaan dengan kompetensi-kompetensi intra pribadi yaitu kekuatan yang di
perlukan dalam menghadapi tuntutan yang berasal dari dalam dirinya sendiri.Makin
besar daya dalam menghadapi dirinya sendiri makin efektif perilaku individu
dalam interaksi dengan lingkungannya sehingga mencapai kebermaknaan dan
kebahagiaan hidupnya. Sebaliknya makin kecil daya yang dimiliki dalam
menghadapi dirinya sendiri, makin besar kemungkinan timbulnya konflik dan
frustasi sehingga dapat mengganggu proses kehidupannya. Dimensi ketiga daya
psikologis adalah kompetensi-kompetensi antar pribadi, yaitu kekuatan psikis
yang berkenaan dengan hubungan bersama orang lain dalam keseluruhan kehidupan
dan interaksi dengan lingkungan. Makin besar daya ini makin mungkin individu
memperoleh keefektifan dalam berhubungan dengan orang lain, dan pada gilirannya
akan mencapai kebermaknaan hidup dan kebahagiaan hidup. Dan sebaliknya, makin
kecil daya ini makin besar kemungkinan menghadapi berbagai masalah dan kendala
dalam hubungan dengan orang lain, sehingga dapat menimbulkan gangguan dalam
kehidupannya.
Ketiga dimensi itu saling
berinteraksi, dalam arti apabila terjadi perubahan dalam satu dimensi menjadi
lebih baik atau lebih jelek, maka akan menyebabkan perubahan dalam dimensi lainnya.
Sebagai contoh misalnya seseorang yang mengalami kekurangan dalam pengarahan
diri (self-direction) sebagai suatu kompetensi intrapribadi maka cenderung akan
mengalami kekurangan “assertiveness” atau ketegasan (satu bentuk kompetensi
antar pribadi), yang kemungkinan akan mengurangi peluang untuk memperoleh
pengalaman dengan derajat kebebasan yang memuaskan (satu kebutuhan psikologis).
Tugas konselor adalah memperkuat ketiga dimensi daya psikis itu sehingga saling
terkait untuk kemudian memperkuat derajat fungsi daya psikis secara
keseluruhan.
Cavanagh (1982) menggambarkan
keterkaitan ketiga dimensi dalam contoh di atas sebagai berikut:
Competencies
|
Need Fulfillment
|
Psychological Strength
|
Level of Functioning
|
Very Good
|
High
|
Good
|
Psychological Healthy
|
Average
|
Average
|
Average
|
Normal
|
Inadequate
|
Insufficient
|
Below Average
|
Normal Distressed
|
Very Poor
|
Low
|
Poor
|
Abnormal
|
Bagan tersebut mengilustrasikan
konsep berikut:
1. Pada
saat terjadi peningkatan kompetensi intrapribadi dan antarpribadi, terjadi pula
peningkatan pemuasan kebutuhan. Pada saat terjadi peningkatan pemuasan
kebutuhan, terjadi peningkatan daya psikologis yang kemudian menentukan derajat
fungsi psikologis secara keseluruhan.
2. Orang
yang mencari konseling adalah yang berada pada tingkatan fungsi psikologis
normal-distressed atau abnormal. Orang yang tergolong normal-distressed ialah
yang berada dalam batas-batas rentangan normal dan mengalami gejala-gejala
distress misalnya berkecil hati, mudah marah, ragu-ragu, frustasi, sakit hati,
dendam, rasa berdosa, cemburu, konflik pribadi, kesulitan pekerjaan,
penangguhan,gangguan konsentrasi, dsb. Orang yang berada dalam tingkatan fumgsi
psikologis abnormal mengalami gejala yang lebih serius dan gangguan stress
berat, gangguan kepribadian, gangguan seksual, psikose, dsb.
3. Tujuan
umum konseling adalah untuk membantu meningkatkan daya psikologis orang yang
tergolong normal-distressed agar meningkatkan kearah tingkatan normal, orang
yang tidak distress, dan secara ideal menjadi orang yang sehat psikisnya. Konseling
juga membantu orang yang berada dalam derajat abnormal untuk meningkatkan
menjadi normal-distressed dan kemudian menjadi normal. Seberapa jauh orang
dapat dibantu memperbaiki fungsi psikologisnya, tergantung pada keseriusan dan
durasi gejalanya serta seberapa besar potensinya untuk mengembangkan kompetensi
intrapribadi dan antarpribadi.
B. Pemenuhan Kebutuhan (Need Fulfillment)
Makin banyak dicapai
kebutuhan psikologis, orang akan makin kuat secara psikologis seperti halnya
orang yang cukup gizi akan makin kuat fisiknya.Orang yang mendapatkan pemenuhan
kebutuhan, akan menikmati fungsi-fungsi psikologis secara normal terbebas dari
stress dan gangguan-gangguan lainnya.Sebaliknya orang yang pemenuhan kebutuhannya
dalam derajat tidak memadai, cenderung akan banyak mengalami gangguan
psikologis dan berada dalam rentangan fungsi psikologis yang tergolong distres
atau abnormal.Orang pergi ke konseling berkairtan erat dengan masalah pemenuhan
kebutuhan. Ada beberapa macam kebutuhan yang terkait dengan konseling yaitu:
1)
Memberi dan menerima kasih-sayang
Untuk
mencapai kelangsungan hidup yang memuaskan, manusia memiliki kebutuhan untuk
memberi dan menerima kasih sayang dari pihak lain meskipun dalam kenyataannya
orang lebih banyak merasakan kebutuhan untuk menerima kasih sayang.Menerima
kasih sayang sangat penting bagi individu karena dapat memberikan suasana
kehangatan, rasa diterima dan dapat di cintai.Bila orang merasakan disayangi,
maka ia akan berperilaku dalam suasana kasih sayang. Pada kenyataannya banyak
orang merasa terhambat dalam pemenuhan kebutunan ini, karena merasa telah
memberikan kasih sayang kepada orang lain,akan tetapi merasa tidak memperoleh
kasih sayang dari pihak lain. Hal itu terjadi karena yang bersangkutan terlalu
banyak mengharapkan.
Memberikan
kasih sayang merupakansatu kebutuhan yang apabila gagal dinyatakan secara tepat
dapat menimbulkan gangguan psikologis. Bila orang mampu memberikan kasih sayang
kepada orang lain, ia akan merasa kenikmatan dari dampaknya dan merasakan lebih
menyayangi dirinya sendiri. Sebaliknya, orang yang tidak mampu memberikan kasih
sayang akan menjadi frustasi, merasa terisolasi, tidak berguna, dan
kesengsaraan emosional.
Konselor
dapat membantu orang menemukan hambatan dalam pemenuhan kebutuhan ini.Jika
masalah primernya berada dalam diri klien, konselor dapat membantunya menemukan
asumsi atau perasaan apa yang menghambat pemenuhan kebutuhan itu. Bila masalah
dasarnya terletak dalam ketidak mampuan atau ketidak inginan untuk memberikan atau menerima kasih
sayang,konselor dapat membantu klien bertindak untuk menemukan alternatif. Konseling
dalam kaitan ini harus dapat berlangsung dalam suasana yang bersifat afeksional
,dalam arti terciptanya suasana saling memberi dan menerima kasih sayang antara
konselor dan klien.
2)
Kebebasan
Pada
dasaranya manusia mempunyai keinginan untuk melangsungkan pemilihan secara
bebas berdasarkan timbangan dirinya sendiri dan bukan atas timbangan atau
keinginan orang lain.Orang membutuhkan pengalaman dengan derajat kebebasan
dalam lingkungan pekerjaan, keluarga,persahabatan dan kehidupan masyarakat
secara luas.Orang yang merasa kurang memperoleh pemuasan kebutuhan kebebasan
cenderung akan menjadi robot dalam pekerjaan, menjadi pelayan atau pembantu di
rumah, dan menjadi peminta belas kasihan di lingkungan teman-temannya. Makin
berkurang menikmati rasa kebebasan, makin besar ketergantungannya kepada pihak
lain dan pada gilirannya dapat menimbulkan gangguan-gangguan psikologis.
Sebagian orang yang merasakan tidak mengalami kebebasan disebabkan karena
adanya kekeliruan asumsi bahwa mengorbankan kebebasan merupakan tanda-tanda
cinta.Dengan demikian, makin meningkatnya cinta, makin besar pengorbanan
kebebasan pribadi. Mereka tidak mengetahui bahwa antara cinta dan kebebasan
bukan dua hal yang saling eksklusif akan tetapi saling inklusif. Orang yang
mengalami hambatan kebebasan, berada dalam hubungan dengan orang lain yang
dipandang menantang dan mengganggu kebebasan. Orang-orang seperti itu telah
terpenjara oleh kebutuhan dan nilai-nilainya.
Dalam
konseling, klien dapat di bantu untuk memahami hubungan antara kekurangan
kebebasan dengan ketidak bahagiaan mereka.Konselor dapat membantu mereka
mengenal penyebab kekurangan kebebasan dan memahami bagaimana melindungi mereka
dari kecemasan.Konselor mempunyai dua peranan dalam membantu klien mengahadapi
kecemasan karena hubungan dengan orang lain,yaitu pertama konselor mengeluarkan
klien dari penjara kekeliruan asumsi,kedua konselor mambantu klien dalam
memperbaiki hubungan dengan orang lain.
3)
Memiliki kesenangan
Kesenangan
merupakan kebutuhan yang paling mendasar dan mempunyai peranan erat terhadap
kesehatan psikologis.Pada anak-anak pemenuhan kebutuhan ini menempati prioritas
utama dan orang dewasa berpendapat bahwa kesenangan merupakan ciri-ciri
anak-anak bukan ciri-ciri orang dewasa.Orang yang mencari konseling pada
umumnya berkenaan dengan ingatan yang berkenaan dengan kesenangan yang
dirasakan terganggu karena berbagai perasaan seperti takut, rasa sakit hati, rasa
berdosa, dsb. Hal itu timbul karena hubungan dengan orang lain atau hal-hal
lainnya.
Konselor
dapat membantu klien dengan mengenal pentingnya kesenangan dan memahami
begaimana rasanya kehilangan kesenangan dalam hidup.Selanjutnya konselor membantu
klien untuk memperbaiki dengan mengembangkan kompetensi yang dapat menunjang diperolehnya
pengalaman yang menyenangkan.Di samping itu,konselor harus mengembangkan proses
konseling sebagai suatu suasana yang memberikan rasa senang dan menggairahkan.
4)
Menerima Stimulasi (rangsangan)
Pada
dasarnya orang membutuhkan sejumlah variasi dan perubahan yang sehat dalam
hidupnya.Mereka membutuhkan pengalaman yang merangsang hubungan dan tantangan
baru untuk menjaga kehidupan yang baik.Mereka secara sadar memanfaatkan waktu
untuk mendapatkan pengalaman-pengalaman baru dalam persahabatan, pekerjaan dan
kehidupan lainnya. Orang yang mengalami gangguan dalam kebutuhan ini akan
membenamkan diri dalam kegiatan-kegiatan rutin yang kemudian dapat mengganggu
kondisi psikologisnya. Mereka mengalami stagnasi dalam proses perkembangannya,
mereka tidak tahu apa yang harus difikirkan dan dirasakan, tidak tahu apa yang
dibicarakan dengan orang lain, dan berada dalam kebosanan.
Konselor
dapat memperkenalkan kepada klien pentingnya rangsangan dan membantu untuk
mengembangkan tilikan, keterampilan dan keberanian untuk mengatasi sikap apatis
dan tidak terkait dengan kehidupannya.Konselor juga dapat mengembangakn suatu
pengalaman yang memberikan rangsangan selama proses konseling berlangsung.
5)
Perasaan mencapai prestasi
Orang
membutuhkan untuk melihat hasil positif dari usaha-usaha yang telah
dilakukannya.Bila orang melihat dampak positif dari apa yang telah di
lakukannya, maka ia akan merasakan kepuasan dan sebaliknya rasa tidak berhasil
dari usahanya dapat menimbulkan kekecewaan, yang pada gilirannya dapat
mengganggu kesehatan psikologisnya.
Banyak
orang merasakan bahwa apa yang dilakukannya tidak membawakan hasil dan kemudian
berkembang menjadi kekecewaan yang mengganggu hidupnya. Konselor dapat membantu
klien dengan mengenal kekurangan kompetensi yang menyebabkan rasa tidak
berhasil dan kemudian mengembangkan kompetensi-kompetensi yang tepat untuk
lebih efektif.
Melalui
konseling, klien di bantu agar mampu menemukan kebutuhan untuk merasakan pencapaian
satu prestasi dari apa yang telah dilakukannya.Dalam konseling, konselor dapat
membantu klien mengerjakan tugas-tugas mulai dari yang ringan dan mudah untuk
kemudian secara bertahap kepada tugas-tugas yang lebih kompleks.Konselor harus
memberikan motivasi agar klien mau melakukan tugas-tugasnya dengan kompetensi
yang tepat serta rasa berhasil dalam melakukannya.
6)
Memiliki harapan
Orang
membutuhkan harapan akan kemungkinan yang dapat dicapai di kemudian hari,
misalnya dalam pendidikan, pekerjaan, kehidupan perkawinan, keluarga dan di
masyarakat.Bila seseorang merasakan ada harapan dalam tugas-tugasn hidupnya,
maka ia akan termotivasi dalam mengerjakan sesuatu dan hasil yang akan dicapai
juga tentu akan baik.Sebaliknya orang yang tidak memiliki harapan atau
kehilangan harapan cenderung tidak memiliki daya dalam berbagai aktivitasnya
dan menyerah begitu saja terhadap segala tantangannya.
Konselor
dapat membantu klien dengan meyakinkan mereka, bahwa sekecil apapun orang harus
memiliki harapan yang dapat dicapai di masa yang akan datang.Klien di bantu
untuk mengenal dirinya dan situasi lingkungan secara sehat,sehingga klien
memperoleh pemahaman yang sehat terhadap dirinya dan lingkungan. Selanjutnya
klien dibantu dalam memperoleh kompetensi secara bertahap untuk mampu mengenal
harapannya dan cara mencapainya. Klien dimotivasi untuk meyakini bahwa masa
depannya mempunyai makna dalam keseluruhan hidupnya.
7)
Memiliki ketenangan
Kebanyakan
orang tidak menyadari bahwa sebenarnya mereka membutuhkan untuk berada dalam
ketenangan atau kesunyian.Banyak orang senantiasa sibuk dengan berabgai
kegiatan sehari-hari dan menganggap bahwa berada dalam ketenangan atau
menyendiri merupakan suatu yang sia-sia dan hanya menghabiskan waktu.Pada
dasarnya berada dalam ketengangan merupakan satu kebutuhan dasar untuk
memperoleh kesehatan psikologisnya. Mereka yang mampu mewujudkan kebutuhan ini
akan mendapatkan kedamaian, kebahagiaan, kebermaknaan, dan kekuatan dalam
dirinya dan memperoleh keektifan hidupnya. Orang yang tidak mengenal dan tidak
dapat memenuhi kebutuhan ini cenderung akan sibuk dalam menghadapi berbagai
tantangan terhadap dirinya. Mereka mungkin sukses dalam pekerjaannya, akan
tetapi mereka kehilangan sentuhan dengan orang lain dan lingkungannya sehingga
merasa tidak tenang dan hampa, kondisi ini dapat menimbulkan gangguan kesehatan
psikologisnya.
Konselor
dapat membantu klien untuk memahami pentingnya berada dalam keadaan tenang
dalam keseluruhan kehidupanya.Secara bertahap konselor membantu klien agar
mampu menciptakan ketenangan melalui suasana konseling yang diciptakan.Hal itu
di lakukan melalui berbagai latihan yang dilakukan secara bertahap dalam
suasana konseling yang kondusif.
8)
Memiliki tujuan hidup secara nyata
Banyak
orang tidak menyadari akan kebutuhan mereka tentang tujuan hidup secara
nyata.Untuk memperoleh perjalanan hidup yang bermakna dan bahagia, orang harus
mengenal dan memahami tujuan hidup dan arahan dalam berperilaku. Orang yang
menyadari kebutuhan ini akan mendapatkan makna hidup secara mendalam. Mereka
meninginkan hidup ini meningkat satu tingkat lebih baik dari segala upaya yang
dilakukannya.Orang yang tidak mampu memenuhi kebutuhan ini, cenderung berada
dalam kehidupan yang kosong dan tanpa arah.
Konselor
dapat membantu klien dengan memberikan kesempatan pertama untuk belajar, bahwa
hidup dapat lebih bermakna dibandingkan dengan mengulang-ulang kegiatan yang
tidak berujung dan membosankan.
C. Kompetensi Intra – Pribadi
Kekuatan
psikologis, sangat di tentukan oleh seberapa jauh orang mengenal dan berhubungan
dengan diri pribadi. Kompetensi intra-pribadi adalah kecakapan yang dipelajari
yang dapat membantu orang berhubungan secara baik dengan dirinya. Tujuan
kompetensi inta-pribadi adalah untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas
pemenuhan kebutuhan pribadi. Hubungan dengan orang lain mempunyai kesamaan dan
keterkaitan dengan hubungan dengan orang lain.Apabila orang mampu berhubungan
dengan dirirnya secara efektif, maka akan efektif pula dalam berhubungan dengan
orang lain.Sebaliknya kegagalan dalam berhubungan dengan dirinya sendiri akan
gagal pula berhubungan dengan orang lain. Hubungan intra-pribadi berkenaan
dengan tiga kompetensi yang saling berkaitan, yaitu: pemahaman diri,pengarahan
diri dan harga diri.
1)
Pengetahuan / Pemahaman diri
Orang
datang untuk konseling karena tidak memiiki pengetahuan secara memadai tentang
drinya yang meliputi kekuatan,kelemahan,kebutuhan,perasaan dan motif.Ketidak tahuan
tentang dirinya sendiri dapat menimbulkan berbagai bentuk perilaku yang kurang
efektif dan dapat berpengaruh pada kondisi kesehatan psikologisnya. Orang yang
kurang memahami dirinya, disebabkan oleh proses pembelajaran dari pengalaman
menyembunyikan bagian dirinya untuk mencegah dan mengurangi kecemasan. Orang
yang memiliki daya jiwa yang baik, akan mampu mengatasi kecemasan dengan cara-cara yang konstruktif, dan sebaliknya
orang yang daya jiwanya lemah cenderung menempatkan berbagai bentuk mekanisme
pertahanan diri untuk menyembunyikan kualitas diri yang kurang baik dan
mengurangi kecemasan.
Masalah-masalah
yang mungkin timbul dakam kaitan dengan kurangnya pemahaman terhadap diri
sendiri antara lain: (1) mengasingkan diri, (2) tampilan perilaku yang kurang
memadai sebagai akibat pengaruh bagian diri yang tidak diketahui, (3) ketidak
mampuan dalam membuat keputusan, (4) persepsi yang ternoda oleh bagian diri
yang tidak diketahui, (5) menghindari situasi yang dapat membuat mereka tidak
mengetahui diri sendiri, (6) memanipulasi orang lain dan dimanipulasi orang
lain dalam hubungan dengan bagian diri yang tidak diketahui, (7) memproyeksikan
bagian diri yang tidak diketahui kepada orang lain.
Implikasi
dalam konseling berkenaan dengan hal-hal di atas adalah membantu klien untuk
mampu memahami dirinya secara tepat.Untuk itu para konselor terlebih dahulu
harus mengetahui bagian-bagaian diri klien yang tidak atau kurang di pahami dan
hal yang menjadi penyebabnya.
2)
Pengarahan diri
Pengarahan
diri mempunyai makna sebagai daya yang memberi arah bagi seseorang dalam
hidupnya,dan tanggung jawab penuh terhadap konsekuensi dari perilakunya.Makin
mampu seorang mengarahkan perilakunya,maka makin mungkin menjalani hidupnya
secara efektif dan terhindar dari situasi yang mengganggu perjalanan
hidupnya.Orang yang kurang dalam pengarahan diri akan di manifestasikan dalam
berbagai kemungkinan seperti kurang percaya diri dan kurang mampu mengendalikan
diri.Orang yang kurang memiliki rasa percaya diri, tidak mempercayai kecakapan,
persepsi, motif, dan timbangan dirinya. Hal itu disebabkan oleh proses
pembelajaran dan perlindungan yang berlebihan yang diperoleh dari orang tua
ataupun lingkungan sehingga tidak memiliki kesempatan untuk mempercayai dirinya
sendiri. Masalah yang timbul antara lain (1) generalisasi dari salah satu aspek
kepada aspek lainnya seperti kurang percaya pada kecakapan kemudian berkembang
menjadi kurang kepercayaan pada hubungan dengan orang lain, (2) kesulitan dalam
membuat keputusan, (3) kurang mampu menghadapi kegagalan, (4) keengganan
menghadapi resiko, (5) berperilaku dalam cara yang tidak wajar secara psikologis,
(6) beridentifikasi terhadap kepercayaan diri orang lain.
Orang
yang kurang memiliki kendali diri disebabkan karena mereka tidak belajar
kecakapan dan pengorbanan untuk mencapai satu tujuan, dan tidak belajar
bagaimana untuk menjadi dirinya sendiri. Masalah yang timbul antara lain: (1)
menunjukan rendahnya disiplin diri, (2) rendahnya kecakapan untuk menata diri
sendiri, (3) lebih banyak dikendalikan oleh
kesadaran tak rasional, (4) dikendalikan oleh kekuatan pihak lain yang
tidak sehat, (5) lebih banyak dikendalikan oleh pikiran-pikiran orang lain, (6)
dikendalikan oleh kebutuhan dan perasaan yang mentah.
Implikasi
konseling masalah-masalah yang berkenaan dengan pengarahan diri adalah membantu
klien untuk mengenal sebab-sebab timbulnya masalah dan memberikan dukungan
kepada Klien untuk melakukan berbagai tindakan yang tepat dalam
keseluruhanperilakunya.
3)
Harga Diri
Harga
diri bermakna sebagai suatu pandangan orang secara umum bahwa dirinya
bermanfaat,berkemampuan dan berkebajikan.Hal itu berkembang dari bagaimana
orang berprilaku dalam cara-cara yang sejalan dengan nilai-nilai yang sehat dan
pengalaman-pengalaman yang masuk akal dalam diri mereka.Harga diri hampir
seluruhnya bersifat tidak di sadari dan memotivasi orang untuk mendapatkan
kehidupan yang baik dan melindungi diri dari tantangan yang tidak di perlukan
dan merugikan.
Orang
yang mengalami kurang harga diri disebabkan oleh pengalamannya dimasa lalu yang
mengajarkan bahwa dia tidak kompeten sehingga membuat dia merasa diabaikan,
tindak penting, tidak memadai, tidak menarik, atau memberatkan. Masalah yang
mungkin timbul karena rasa kurang harga
diri antara lain: (1) mempersepsi diri sendiri dengan tanpa rasa hormat dan
rasa mencintai, (2) mengabaikan diri sendiri meskipun tidak membenci diri
sendiri, tetapi sering mengharapkan orang lain memberikan penghargaan terhadap
dirinya, (3) menunjukan perilaku dalam upaya mengisi harga diri yang hilang
dengan bentuk perilaku sintetik, (4) beridentifikasi secara berlebihan terhadap
peran-peran tertentu, (5) tidak membiarkan orang lain akrab secara psikologis
dengan dirinya, (6) perilaku yang senantiasa berubah-ubah dalam memilih teman dan mitra kerja, (7)
tidak mampu memaafkan diri sendiri, (8) menemukan dirinya dengan cara-cara
negatif.
Dalam
menghadapi klien yang kurang harga diri,kesulitan yang di hadapi konselor
adalah dalam memanifestasikan perilaku yang memerlukan pengkajian secara cermat
mengingat penampilan mereka yang tidak mudah untuk di tafsirkan.Untuk itu
konselor harus mampu mengungkapkan perilaku kurang harga diri melalui
penampilannya.Tahap awal yang harus di lakukan adalah menghadapi klien dengan
cara-cara positif atau setidaknya tidak menunjukan penolakan.Melalui interaksi
dalam suasana penuh penerimaan dan pengertian,secara bertahap konselor membantu
klien menemukan cara-cara yang tepat untuk mendapatkan harga dirinya.
D. Kompetensi Antar-Pribadi
Kompetensi
antar pribadi merupakan kecakapan yang dipelajari, yang memungkinkan orang
berhubungan dengan orang lain dalam cara-cara saling memenuhi. Kompetensi antar
pribadi melengkapi kompetensi intra pribadi karena keduanya di butuhkan untuk
pertumbuhan psikologis. Apabila orang dapat berhubungan dengan dirinya dan
orang lain secara baik, maka ia akan mengalami pemenuhan kebutuhan secara baik.
Sebaliknya, kesulitan dalam berhubungan dengan dirinya sendiri atau dengan
orang lain atau keduanya,dapat mengganggu pemenuhan kebutuhan yang pada
gilirannya dapat menyebabkan gangguan-gangguan psikologis. Kompetensi intra
personal bertindak sebagai jembatan yang menghubungkan dengan dunia luar. Makin
banyak jembatan dan makin kuat dirinya,maka makin banyak kebutuhan dipenuhi dan
makin banyak sumber-sumber psikologis yang akan dimiliki untuk berbagi dengan
orang lain.
Orang
yang datang ke konseling dikarenakan kurangnya kompetensi antar pribadi. Dengan
demikian tujuan konseling adalah membantu klien dalam mengenal permasalahan
yang berkaitan dengan cara-cara berhubungan dengan orang lain, dan belajar
memerlukan cara-cara baru yang dapat lebih memenuhi kebutuhan. Berikut ini akan
di kemukakan beberapa kompetensi yang berkaitan dengan kurangnya kompetensi
pribadi:
1)
Kepekaan terhadap diri sendiri dan orang
lain
Pada
saat orang berhubungan dengan orang lain,orang perlu mengenal dan menyesuaikan
diri dengan dirinya seperti halnya kepada orang lain.Menjadi peka terhadap diri
sendiri mempunyai makna berbicara dan mendengarkan, yaitu secara tajam
menyadari pikiran dan perasaan dan menggunakannya sebagai data dalam memberikan
respon. Menjadi peka terhadap orang lain, mempunyai makna bahwa orang memandang
lebih dalam pikiran dan perasaan terhadap sesuatu dibalik kata-kata dan
tindakan orang lain. Menjadi peka kepada orang lain juga bermakna memiliki rasa
empati terhadap orang lain dalam berbagai hal.
Dalam
konseling konselor dapat mengajak klien untuk belajar cara-cara baik dalam
mengembangkan kepekaan terhadap orang lain.Konselor dapat membantunya dengan
membrikan contoh –contoh nyata baik dalam konseling ataupun dari lingkungannya.
2)
Ketegasan diri (assertiveness)
Menjadi
asertif atau tegas berarti orang telah belajar dari hidupnya untuk mendapatkan
apakan dia lurus dan tegas serta berkomunikasi dengan cara-cara jujur secara
konstruktif. Orang-orang asertif tidak membiarkan orang lain menghalangi jalur
pemenuhan kebutuhannya,dan berkomunikasi dengan cara-cara yang sopan dan baik
sehingga orang lain mengerti.
3)
Menjadi nyaman dengan diri sendiri dan
orang lain
Nyaman
dengan dirinya sendiri dan dengan orang lain mempunyai makna sebagai suatu
kondisi psikologis yang bersifat transparan yaitu membiarkan diri sendiri dilihat
oleh orang lain dalam keadaan tertentu.Orang yang transparan bertindak atas
dasar prinsip bahwa bagaimana orang lain memandang tentang dirinya sama dengan
ia memandang tentang dirinya. Dengan demikian ia merasa bahagia dengan
kehadiran orang lain sehingga dapat menciptakan hubungan antara dirinya dengan
orang lain dengan cara-cara yang baik. Orang yang merasa tidak nyaman dengan dirinya sendiri dan orang lain akan
banyak mengalami gangguan psikologis dalam mewujudkan keberdayaannya. Keadaan
ini disebabkan oleh adanya ketakutan apa bila diketahui orang lain dan
dipandang sebagai satu ancaman terhadap kekurangan dirinya. Dalam menghadapi
klien yang mengalami keadaan seperti ini, konselor dapat membantunya dengan
menciptakan situasi persahabatan dengan suasana kehangatan, penuh pengertian,
empatik, terbuka sehingga klien merasa nyaman.
4)
Menjadi diri yang bebas
Orang
yang memiliki rasa kebebasan akan membiarkan orang lain untuk menjadi dirinya
sendiri.Ia membiarkan orang lain berada dalam suasana santai dan nyaman dengan
dirinya dan mendapatkan apa yang dibutuhkan dengan cara-cara yang memuaskan.Orang
yang bebas membiarkan orang menemukan kebutuhannya dalam cara dan tempat yang
mereka pilih.Sebaliknya orang yang tidak bebas akan mengalami kesulitan
berhubungan dengan orang lain, karena tidak membolehkan orang lain melakukan
cara-cara yang dia lakukan dalam memenuhi kebutuhannya. Konselor dapat membantu
klien yang mengalami kesulitan dalam situasi ini dengan mengembangkan kecakapan
dalam memahami orang lain dan keterbukaan terhadap orang lain.
5)
Harapan yang realistik terhadap dirinya
sendiri dan orang lain
Hubungan
antar pribadi ditentukan oleh harapan terhadap dirinya sendiri dan orang
lain.Hubungan antar pribadi akan tercipta dengan baik dan menunjang kehidupan
psikologis yang sehat jika harapan terhadap diri sendiri dan orang lain dapat
terwujud secara realistik. Harapan realistik mempunyai makna sebagai suatu
keadaan diri sendiri atau orang lain yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya
yaitu tidak berlebihan atau tidak terlalu berkekurangan. Dalam konseling,
konselor dapat membantu klien untuk lebih mengenal diri sendiri dan orang lain
secara tepat sesuai dengan keadaan nyata. Dan selanjutnya mengembangkan keterampilan
klien untuk mampu menciptakan harapan yang realistik terhadap dirinya dan orang
lain.
6)
Perlindungan diri dalam situasi antar
pribadi
Hubungan
antar pribadi akan berkembang dengan baik apabila orang merasa terlindung dalam
berinterasksi dengan orang lain.Orang yang memiliki kompetensi ini akan mampu
mengahdapi kejadian apapun dalam hubungan dengan orang lain.Mereka akan mampu
bertindak dengan cara-cara tepat sehingga mereka dalam berhubungan dengan orang
lain tidak membuat dirinya terancam. Sebaliknya orang yang mengalami kesulitan
dalam kompetensi ini, akan merasa dirinya terancam dalam berhubungan dengan
orang lain. Dalam hubungan ini konselor dapat membantu dengan menciptakan
suasana konseling yang nyaman dan penuh penerimaan sehingga klien terbebas dari
rasa kekhawatiran dalam hubungan dengan orang lain. Konselor dapat membantu
klien mengembangkan berbagai kecakapan dalam mengahadapi kemungkinan akibat
yang timbul dari hubungan dengan orang lain.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
”Psychological Strength” atau “Daya
Psikologis”, yaitu suatu kekuatan yang di perlukan untuk menghadapi berbagai
tantangan dalam keseluruhan hidupnya,termasuk menyelesaikan berbagai masalah
yang di hadapinya.Konsep daya psikologis mempunyai tiga dimensi yaitu:
1.
Need
Fulfillment (Pemenuhan Kebutuhan)
Orang yang mendapatkan pemenuhan
kebutuhan, akan menikmati fungsi-fungsi psikologis secara normal terbebas dari
stress dan gangguan-gangguan lainnya.Ada beberapa macam kebutuhan yang terkait
dengan konseling yaitu:
a. Memberi dan menerima kasih-sayang
b. Kebebasan
c. Memiliki kesenangan
d. Menerima Stimulasi (rangsangan)
e. Perasaan mencapai prestasi
f.
Memiliki
harapan
g. Memiliki ketenangan
h. Memiliki tujuan hidup secara nyata
2.
Intrapersonal
Competencies (Kompetensi Intra - pribadi)
Hubungan intra-pribadi berkenaan
dengan tiga kompetensi yang saling berkaitan, yaitu:
a. Pengetahuan diri
b. Penghargaan diri
c. Harga diri
3.
Interpersonal
Competencies (Kompetensi Inter – pribadi)
Kompetensi yang berkaitan dengan
kurangnya kompetensi pribadi:
a. Kepekaan terhadap didi sendiri dan
orang lain
b. Ketegasan diri (assertiveness)
c. Menjadi nyaman dengan diri sendiri
dan orang lain
d. Menjadi diri yang bebas
e. Harapan yang realistik terhadap diri
sendiri dan orang lain
f.
Perlindungan
diri dalam situasi antar pribadi
DAFTAR
PUSTAKA
Buku referensi psikologi konseling :
Hartono dan Soedarmadji, B. (2013). Psikologi
Konseling edisi revisi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Saam, Z. (2013). Psikologi Konseling. Jakarta: Raja
Grasindo Perkasa.
Supriyadi, T dan Indrawati, E. (2011). Psikologi
Konseling. Jakata: Inti Prima Promosindo.
Surya, M. (2013). Psikologi Konseling edisi pertama.
Bandung: Pustaka Bani Quraisy
Tidak ada komentar:
Posting Komentar