BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Belajar adalah kegiatan
yang berproses dan merupakan unsure yang sangat fundamental dalam setiap
penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. ini berarti bahwa berhasil atau
gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar
yang dialami siswa, baik ketika ia berada dalam sekolah maupun di lingkungan
rumah atau keluarga sendiri.
Pada
masa sekarang ini banyak sekali anak-anak mengalami kesulitan dalam belajar.
Hal tersebut tidak hanya dialami oleh siswa-siswa yang berkemampuan kurang
saja. Hal tersebut juga dialami oleh siswa-siswa yang berkemampuan tinggi.
Selain itu, siswa yang berkemampuan rata-rata juga mengalami kesulitan dalam
belajar. Sedang yang namanya kesulitan belajar itu merupakan kondisi proses
belajar yang ditandai oleg hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai
kesuksesan.
Kesulitan
belajar ini tidak selalu disebabkan oleh faktor intelegensi yang rendah
(kelainan mental) akan tetapi juga disebabkan oleh faktor-faktor
non-intelegensi. Dengan demikian, IQ yang tinggi belum tentu mendapat jaminan
keberhasilan belajar.
1.2
Rumusan Masalah
A.
Bagaimana cara
mengetahui gangguan perkembengan motorik dan perceptual?
B.
Bagaimana cara
mengetahui ganguan perkembangan kognitif?
1.3 Tujuan Penyusunan
A. Untuk mengetahui gangguan perkembangan motorik dan
perceptual.
B. Untuk mengetahui gangguan kognitif.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Gangguan Perkembangan Motorik dan Perseptual
Apa itu
Gangguan Perkembangan
Ini merupakan istilah yang digunakan untuk merujuk kepada
sekelompok kondisi kejiwaan yang dimulai pada awal kehidupan, gangguan
perkembangan dapat mempengaruhi seorang individu di berbagai area yang berbeda,
seperti belajar, bahasa, dan keterampilan motorik. Jika dipersempit, “autisme” gangguan spektrum juga termasuk dalam definisi ini,
seperti ditemukan dalam edisi ke-10 International Classification of Diseases
and Related Health Problems (ICD).
Namun, dari definisi resmi yang dirilis oleh ICD dan
Organisasi Kesehatan Dunia, gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas
(juga dikenal sebagai attention deficit hyperactivity disorder/ADHD) tidak
masuk dalam definisi ini. Definisi yang lebih luas lainnya juga memasukkan
skizofrenia dan perilaku antisosial sebagai gangguan perkembangan, karena
mereka dapat dimulai pada masa kanak-kanak dan makin buruk sepanjang hidup
individu.
Salah satu karakteristik yang paling penting dari
gangguan perkembangan adalah kehadiran mereka di awal kehidupan individu.
Dengan manajemen dan perawatan yang tepat, anak dapat mengatasi kondisi dan
gejalanya. Namun, gangguan perkembangan dapat mengganggu keterampilan penting,
yang masih tertanam saat anak berkembang menjadi dewasa.
Penelitian menunjukkan bahwa laki-laki lebih banyak
terpengaruh oleh gangguan perkembangan ketimbang anak-anak perempuan, yang
menunjuk ke komponen genetik tentang bagaimana individu mengalami kondisi
seperti ini.
Kebanyakan gangguan perkembangan didiagnosis ketika anak
mencapai usia sekolah; ketika orang tua atau guru melihat bahwa si anak
tertinggal dibanding rekan-rekannya. Mayoritas gangguan perkembangan
didiagnosis pada pasien di bawah usia sembilan tahun. Beberapa orang tua
menduga gangguan perkembangan menimpa pada anak-anak mereka yang gagal untuk
berbicara pada usia yang tepat, atau memiliki kosakata sangat terbatas
dibandingkan dengan anak-anak lain pada usia yang sama.
Gangguan perkembangan biasanya pertama kali terlihat jika
anak menunjukkan gejala gangguan komunikasi. Anak seperti ini biasanya sulit
memahami kalimat dan petunjuk sederhana, atau gagal untuk menyebut objek
sederhana. Meski mereka mungkin bisa berbicara ketika mencapai usia sekolah,
anak-anak dengan gangguan komunikasi akan terus menunjukkan gejala, seperti
kesulitan dalam memahami mengekspresikan sesuatu. Saat anak-anak ini tumbuh
dewasa, mereka akan menunjukkan kesulitan dalam memahami dan mengekspresikan
ide-ide yang lebih abstrak. Sekali lagi, gejala-gejala ini cukup terlihat di sekolah,
di mana berbagai aspek gangguan belajar menghambat individu mengalami kemajuan
di area tertentu.
PERKEMBANGAN MOTORIK DAN
PERSEPTUAL
Perkembangan motorik
dan perseptual sangat berperan terhadap penguasaan tugas-tugas belajar di
sekolah, sehingga perkembangannya sangat penting untuk diperhatikan.
Keterhambatan pada perkembangan motorik dan perseptual akan menyebabkan
tergadinya kesulitan belajar akademik (developmental learning disabilities).
1.
GANGGUAN PERKEMBANGAN
MOTORIK
Ganggguan
perkembangan motorik tampil dalam bentuk :
a.
Gerakkan yang
melimpah (over flow movements) : Ketika ingin menggerakkan tangan kanan, tangan kiri
ikut bergerak tanpa sengaja.
b.
Kurang koordinasi
dalam aktivitas motorik : Kesulitan dalam koordinasi motorik halus
(fine motor), kurang dalam penghayatan tubuh (body
image).
c.
Kurang
Pemahaman dalam hubungan keruangan atau arah : Bingung
lateralisasi (confused laterality).
d.
Perilaku dikelas yang
menimbulkan keributan : Menabrak perabotan, jatuh dari kursi, pensil atau
bukunya jatuh, canggung.
Berbagai
gejala gangguan perkembangan motoric tersebut sering dengan mudah dapat
dikenali pada saat anak berolahraga, jatuh dari kursi, pensil atau bukunga
jatuh, dan memperlihatkan kecanggungan (clumsy). Sensory
motor adalah gabungan antara masukan sensasi dengan keluaran aktivitas motorik.
Perseptual motor adalah merupakan interaksi dari berbagai macam saluran
persepsi aktivitas motorik. Persepsi adalah organisasi dan interpretasi
informasi sensori, yang mungkin
kita menyadari berbagai objek dan peristiwa dengan penuh arti.
Gangguan perkembangan motoric dapat juga
menyebabkan kesulitan belajar. Meskipun demikian, tidak semua anak berkesulitan
belajar nemperlihatkan adanya gangguan perkembangan motoric. Jika seorang gurur
mengetahui secara pasti adanya anak berkesulitan belajar memperlihatkan belajar
akademik yang disertai dengan adanya gangguan perkembangan motoric, hendaknya
tidak hanya memberikan latihan motoric tetapi juga latihan dalam bidang
akademik secara bersamaan.
Menurut Piaget seperti oleh Lerner (1981;189)
belajar sensori motor pada masa dini merupakan bangunan dasar bagi perkembangan
perseptuan dan kognitif yang lebih kompleks. Sensorimotor adalah gabungan
antara masukan sensasi (input of sensation) dengan keluaran aktivitis motoric
(outpu of motor activity).
Menurut Myers (1986:1400), sensasi (sensation)
adalah proses yang dirasakan dan dialaminya energy rangsangan tertentu oleh
indra kita. Adanya sensasi tersebut menunjukkan adanya suatu proses yang
terjadi di dalam sistem syaraf pusat. Manusia memiliki enam indra sebagai
saluran penerima data kasar dari lingkungannya, yaitu penglihatan (visual),
pendengaran (auditory), perubahan (tactile), kinestetik (khesthetic), penciuman
(alfactory), dan pengecap (gustatory).
Menurrut Lerner (1981;189), beberapa penulis
menyebutkan sensori motor dengan perseptual-motor, Perseptual-motor merupakan
interaksi dari berbagai macam saluran persepsi dengan aktivitas motoric.
Menurut Myers (1986;140), persepsi adalah
organisasi dan interpretasi informasi sensori, yang memungkinkan kita menyadari
berbagai obyek dan peristiwa proses pengorganisasian data kasar yang dicapai
melalui berbagai indra dan interpretasi makna mereka, sedangkan informasi
perseptual adalah perbaikan dari informasi sensoris.
Dalam
proses belajar motorik, beberapa saluran sensai atau presepsi terintregasi satu
sama lain dan terkait dengan aktiivta motoric, yang pada gilirannya menyediakan
informai balikan untuk mengoreksi persepsi. Dengan demikian, anak misalnya,
dapat merasakan lantai yang miring, memiliki kesadaran tubuh untuk mengubah
posisi dan keseimbangan, dan melihat lantai dan kaitannya dengan obyek-obyek
yang lain berubah posisi.
2.
GANGGUAN PERKEMBANGAN PRESEPTUAL
Peseptual
adalah kemampuan memahami dan menginterpretasikan informasi sensori, atau
kemampuan intelek untuk mencarikan makna dari data yang diterima oleh berbagai
indera. Aktivitas
perseptual pada dasarnya merupakan proses pengenalan individu terhadap
lingkungannya. Semua informasi tentang lingkungan sampai kepada individu
melalui alat – alat indra yang kemudian diteruskan melalui saraf sensorik ke
bagian otak kiri. Informasi tentang objek penglihatan diterima melalui mata,
informasi tentang objek pendengaran diterima melalui telinga, objek sentuhan
melalui kulit, objek penciuman melalui hidung. Tanpa penglihatan, pendengaran,
penciuman, dan indar-indra lainnya, otak manusia akan terasing dari dunia yang
ada disekitarnya.
Ada
tiga proses aktivitas perseptual yang perlu dipahami, yaitu : sensasi, persepsi, dan atensi.
1. Sensasi : peristiwa penerimaan informasi oleh
indra penerima. Sensasi berlangsung disaat terjadi kontak antara informasi
dengan indra penerima. Dengan demikian, dalam sensasi terjadi proses deteksi
informasi secara indrawi. Misal, sensasi pendengarn terjadi saat ada
gelombang udara yang bergetar diterima oleh telinga bagian luar dan diteruskan
ke bagian saraf pendengaran.
2. Persepsi : interpretasi terhadap informasi yang
ditangkap oleh indra penerima. Persepsi merupakan proses pengolahan informasi
lebih lanjut dari aktivitas sensasi. Misal, orang menjadi tahu kalau suara yang
didengarnya adalah suara musik, suara mobil, suara binatang dll.
3. Atensi : selektifitas persepsi. Dengan
atensi, kesadaran seseorang hanya tertuju pada suatu objek dengan mengabaikan
objek – objek lain.
Persepsi adalah batasan yang digunakan pada
proses memahami dan menginterpretasikan informasi sensoris, atau kemampuan
intelek untuk mencarikan makna dari data yang diterima oleh berbagai indra
(Lerner,1988:282). Karena persepsi merupakan suatu ketrampilan yang dipelajari
maka proses pengajaran dapat memberikan dampak langsung terhadap kecakapan
perseptual. Ada dua pengertian (constructs) tentang persepsi yang memiliki
implikasi bagi pengajaran anak berkesulitan belajar yaitu konsep
modalitas-perseptual dan system persptual bermuatan lebih.
a.
Konsep modalitas-Perseptual. Gangguan tentang
gangguan pemrosesan perseptual yang terkait dengan kesulitan belajar merupakan
bagian yang sangat pentingpada awal perkembangan bidang kajian kesulitan
belajar.Banyak anak berkesulitan belajar memiliki kemampuan yang sangat baik
dalam menggunakan satu saluran perseptual tetapi sangat kurang dalam
menggunakan saluran perseptual lainnya. Guru sensitive akan menggunakan
informasi tentang gaya belajar anak, kekuatan dan kelemahannya, untuk mengajarkan
keterampilan akademik.
Sebagai contoh, jika anak memiliki banyak
kesulitan dengan persepsi auditoris, guru dapat mengantisipasi bahwa anak akan
mengalami kesulitan dalam mempelajari berbagai bunyi. Dengan demikian, anak
harus belajar membaca kata untuk memperoleh keterampilan membaca lancer, tetapi
pengetahuan tentang kesulitan auditoris anak akan selalu mengingatkan guru
tentang problema anak dan membantu guru tersebut dalam merancang dan mengimplementasikan
pembelajaran. Anak tersebut mungkin juga memerlukan latihan tambahan dalam
persepsi auditoris dan perbedaan bunyi dalam berbagai kata.
b.
Sistem perseptual bermuatan lebih. System
perseptual bermuatan lebih berarti bahwa penerimaan informasi dari suatu
modalitas lain. Anak berkesulitan belajar mungkin memiliki toleransi yang
rendah untuk menerima dan mengintegrasikan beberapa system masukan pada waktu
yang bersamaan. Ketidakmampuan menerima dan memproses data yang masuk secara
berlebihan tersebut mungkin menyebabkan otak menjadi mogok. Berbagai gejala
dari muatan berlebih tersebut dapat berupa kebingungan, kemiskinan ingatan,
kemunduran, menolak tugas, kekurang perhatianan, atau anak menjadi ngambeg.
CARA MENGATASI GANGGUAN PERKEMBANGAN MOTORIK
DAN PERSEPTUAL
1.
Strategi
Pengembangan Motorik Kasar
Melalui keterampilan motorik, anak dapat
menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang. Seperti anak merasa senang
dengan memiliki keterampilan memainkan boneka, melempar dan menangkap bola atau
memainkan alat-alat mainan.Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan
otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi
oleh kematangan anak itu sendiri. Contohnya kemampuan duduk, menendang,
berlari, naik turun tangga dan sebagainya. Karakteristik bagi anak usia dini
adalah bermain, merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi anak.
Dengan bermain anak dapat bereksplorasi dan
dapat mengembangkan motorik kasar, agar motorik kasar pada anak usia dini dapat
berkembang secara optimal maka dirancanglah berbagai bentuk permainan-permainan
yang menarik bagi anak. Tugas perkembangan jasmani berupa koordinasi gerakan
tubuh, seperti berlari, berjinjit, melompat, bergantung, melempar dan
menangkap,serta menjaga keseimbangan. Kegiatan ini diperlukan dalam
meningkatkan keterampilan koordinasi gerakan motorik kasar.
Pada anak usia 4 tahun, anak sangat menyenangi
kegiatan fisik yang mengandung bahaya, seperti melompat dari tempat tinggi atau
bergantung dengan kepala menggelantung ke bawah. Pada usia 5 atau 6 tahun
keinginan untuk melakukan kegiatan berbahaya bertambah. Anak pada masa ini
menyenangi kegiatan lomba, seperti balapan sepeda, balapan lari atau kegiatan
lainnya yang mengandung bahaya.
Menurut
Catron menyatakan: "Permainan merupakan wahana yang memungkinkan anak
berkembang secara optimal. Bermain secara langsung mempengaruhi seluruh wilayah
dan aspek perkembangan anak ketika anak bernain, memumgkinkan anakbelajar
tentang diri mereka sendiri, orang dan linkungannya dalam bereksplorasi dan
menciptakan sesuatu".
Ericson menambahkan bahwa bermain sangat berguna sebagai salah satu bentuk penyesuaian diri, membantu anak menguasai kecemasan–kecemasan dan konfllik-konfliknya. Permainan mampu meredakan ketegangan sehingga anak dapat melakukan penyesuaian diri dengan permasalahan-permasalahan hidupnya dan bermain memungkinkan anak menyalurkan energi fisiknya dan meredakan ketegangannya. Strategi pengembangan penghayatan dan kesadaran tubuh menunjuk bagian-bagian tubuh, permainan puzzle, mencari yang hilang, menggambar seukuran tubuh, meraba berbagai bagian tubuh, permainan pantomim, mengikuti perintah, membuat estimasi, ekspresi wajah, dan aktivitas air.
Ericson menambahkan bahwa bermain sangat berguna sebagai salah satu bentuk penyesuaian diri, membantu anak menguasai kecemasan–kecemasan dan konfllik-konfliknya. Permainan mampu meredakan ketegangan sehingga anak dapat melakukan penyesuaian diri dengan permasalahan-permasalahan hidupnya dan bermain memungkinkan anak menyalurkan energi fisiknya dan meredakan ketegangannya. Strategi pengembangan penghayatan dan kesadaran tubuh menunjuk bagian-bagian tubuh, permainan puzzle, mencari yang hilang, menggambar seukuran tubuh, meraba berbagai bagian tubuh, permainan pantomim, mengikuti perintah, membuat estimasi, ekspresi wajah, dan aktivitas air.
2.
Strategi
Pengembangan Motorik Halus
Persiapan
dan alat-alatnyapun sangat mudah didapatkan di sekitar kita bahkan itu adalah
sesuatu yang tanpa kita sadari bisa dijadikan sebagai sebuah pembelajaran buat
si anak. Adapun aktivitas-aktivitas yang bisa dilakukan antara lain seperti
senam tangan, menggunting kertas, menyambung titik-titik,melipat kertas,
plastisin.
STRATEGI 1
Anak bekerja dalam kelompok–kelompok yang terdiridari 4 – 5
anak. Setiap kelompok memiliki sebuah tugas khusus yang harus dihasilkan pada sentra
tertentu. Pada3 – 5 menit terakhir, anak berputar kesentra yang lain. Guru
memiliki kesempatan untuk memberikan penguatan dan arahan kepada anak dalam
mengerjakan tugas tersebut, atau dapat membantu jika ada kesalahan yang
dilakukan anak. Hal ini dilakukan kepada semua kelompok. Kegiatan yang
dilakukan dapat berupa kegiatan finger play atau pengembangan keterampilan
visual motor (koordinasi mata dan tangan).
STRATEGI 2
Strategi I ditujukan untuk anak-anak yang berada dalam
kelompok-kelompok yang cukup banyak. Untuk strategi 2, di setiap sentra
memiliki 2 macam aktivitas yaitu A dan B, dimana masing-masing menggunakan
konsep yang serupa. Misalnya
sebuah tugas bi-manual (2 cara pengerjaan). Di setiap sentra kedua aktivitas
telah digandakan sesuai dengan jumlah anak dalam kelompok. Sebagian anggota
kelompok menyelesaikan tugas aktivitas sentra A (2 - 3 menit), ketika yang
lainnya menyelesaikan aktivitas sentra B. Kelompok
- kelompok tersebut kemudian berputar kegiatan pada sentra tersebut dan setelah
menyelesaikan tugas/aktivitas kedua, berputar ke sentra lainnya. Keuntungan
dari strategi ini adalah anak tidak perlu menetap pada suatu aktivitas dalam
waktu yang lama. Untuk anak yang masih
kecil – terutama anak yang berkesulitan konsentrasi- hal ini akan sangat
bermanfaat. Sebagaimana strategi I, anak-anak harus menyelesaikan tugas yang
yang telah ditentukan.
STRATEGI 3
Strategi ini dapat
dilakukan anak yang dibagi menjadi 4 – 5 perkelompok , dimana setiap kelompok
bekerja pada sebuah sentra untuk semua sesion pembelajaran. Setiap sentra
menyediakan berbagai aktivitas untuk area pengembangan/pengendalian motorik halus.
Karena banyaknya aktivitas yang dilakukan maka strategi ini bersifat lebih produktif, sehingga dapat kita rekomendasikan bahwa orangtua atau anak yang lebih besar dapat menjadi tutor pada sentra-sentra tersebut. Sebagai contoh, Kelompok 1 bekerja dengan pensil dan kertas; Kelompok 2 bekerja membuat model/ benda tiruan; Kelompok 3 bekerja dengan arena fine-motor manipulation (kegiatan motorik halus dengan mengubah-ubah); Kelompok 4 kegiatan permainan dan jual beli; dan Kelompok 5 kegiatan bermain bebas terstruktur.. Kelompok yang melakukan perputaran hanya satu yaitu Kelompok 3. Pada sesi berikutnya, kelompok akan tinggal di tempat yang sama dan bekerja di sentra yang berbeda. Oleh karena itu, anak diperbolehkan selama 2 – 4 minggu menyelesaikan perputaran (kegiatan pada sentra) tergantung pada berapa sesi dalam tiap minggu yang dapat dicapai.
Karena banyaknya aktivitas yang dilakukan maka strategi ini bersifat lebih produktif, sehingga dapat kita rekomendasikan bahwa orangtua atau anak yang lebih besar dapat menjadi tutor pada sentra-sentra tersebut. Sebagai contoh, Kelompok 1 bekerja dengan pensil dan kertas; Kelompok 2 bekerja membuat model/ benda tiruan; Kelompok 3 bekerja dengan arena fine-motor manipulation (kegiatan motorik halus dengan mengubah-ubah); Kelompok 4 kegiatan permainan dan jual beli; dan Kelompok 5 kegiatan bermain bebas terstruktur.. Kelompok yang melakukan perputaran hanya satu yaitu Kelompok 3. Pada sesi berikutnya, kelompok akan tinggal di tempat yang sama dan bekerja di sentra yang berbeda. Oleh karena itu, anak diperbolehkan selama 2 – 4 minggu menyelesaikan perputaran (kegiatan pada sentra) tergantung pada berapa sesi dalam tiap minggu yang dapat dicapai.
STRATEGI 4
Tempatkan anak ke
dalam beberapa kelompok sehingga anak anak menghabiskan waktu 3 - 5 menit pada
setiap aktivitas. Satu atau dua sentra memiliki ciri ‘teacher directed’ dan
yang lainnya memiliki ciri melibatkan kegiatan bermain bebas terstruktur. Anak
menjadi lebih bertanggung jawab untuk merancang kegiatan. (Jika orangtua
bertindak sebagai asisten, dapat menggunakan 2 buah sentra yang berciri "teacher
directed")
Berbagai Strategi untuk Pengayaan Gerakan
Motorik Secara Kelompok atau Individual: Kegiatan latihan otot jari tangan dan
keterampilan visual motor dilaksanakan dengan pemanasan dan penutupan kegiatan.
CONCEPT APPROACH
Aktivitas berbeda-beda tetapi berfokus pada satu konsep. Anak
berputar pada beberapa kegiatan selama 3 - 5 menit. Strategi ini sangat baik
bagi anak yang memiliki kesulitan yang serupa.
TABLOID APPROACH
Berbagai aktivitas yang berbeda dari berbagai area
pengembangan /pengendalia motorik halus yang berbeda pula disiapkan untuk anak.
Artinya, anak akan latihan beberapa aktivitas yang mereka sudah siap
melakukannya, mereka akan melakukan dengan baik karena aktivitas tersebut telah
mereka alami dan ketahui kesulitannya.
STRUCTURED FREE PLAY
Strategi ini memberikan kesempatan bagi anak untuk
menghabiskan waktu bereksperimen dengan berbagai bahan yang berbeda,
menggunakan metode yang berbeda pula dalam berkarya. Umpan balik dalam teknik
masih perlu diberikan.
3.
Strategi
Integrasi Sistem Perseptual
Banyak
anak yang kesulitan belajar karena tidak dapat melakukan transfer informasi
dari suatu sistem perseptual ke sistem perseptual yang lain. Transfer
informasi yang mencakup integrasi dan aktivitas :
a. Visual ke Auditoris, meminta
anak melihat suatu pola titik-titik dan garis-garis, kemudian menyuruh anak meniru pola
tersebut dalam bentuk ritmis pada drum.
b. Auditoris ke Visual, meminta anak
mendengarkan irama ritmis dan memilih salah satu pola visual titik dan garis
yang sesuai dari beberapa pilihan.
c. Auditoris ke
Motorvisual, mendengar irama ritmis dan mengalihkan pada visual dengan
menulis pasangan titik dan garis.
d. Auditoris – verbal ke motor,
memerintah anak untuk melakukan gerakan-gerakan tertentu.
e. Taktil –Visualmotor, meraba
bentuk dan menggambarkan bentuk.
B.
Gangguan
Perkembangan Kognitif
Kognitif
merupakan suatu yang berhubungan dengan proses berpikir guna untuk mengetahui
atau memahami sesuatu. Wujud dari penggunaan fungsi kemampuan kognitif
seseorang dapat dilihat dari kemampuannya dalam menggunakan bahasa dan
matematika (Wienman. 1981: 142). Perkembangan kognitif yang matang sesuai
usianya sangat membatu untuk fungsi mental seseorang yang meliputi persepsi,
pikiran, simbol, penalaran, dan pemecahan masalah.
Jean
Piaget yang merupakan tokoh psikologi perkembangan berkebangsaan Swiss ini,
menyatakan dalam teori kognitifnya bahwa anak-anak secara aktif membangun
pemahaman mengenai dunia dan melalui empat tahap perkembangan kognitif. Keempat tahap perkembangan
kognitif tersebut meliputi :
Ø Tahap sensomotori (mulai dari
lahir hingga 2 tahun). Dalam tahap ini, bayi membangun pemahaman mengenai
dunianya dengan mengkordinasikan pengalaman-pengalaman sensorisnya (melihat,
mendengar) dengan tindakan-tindakan fisik dan motorik.
Ø Tahap praoperasi (2 hingga 7
tahun). Anak mulai melukiskan dunianya dengan kata-kata dan gambar. Kata-kata
dan gambar ini mencerminkan meningkatnya pemikiran simbolis dan melampaui
hubungan informasi sensoris dan tindakan fisik.
Ø Tahap operasi konkret (7 hingga
11 tahun). Anak saat ini dapat bernalar secara logis mengenai
peristiwa-peristiwa konkret dan mengklasifikasikan objek-objek ke dalam
bentuk-bentuk yang berbeda.
Ø Tahap operasi formal (11 tahun
hingga masa dewasa). Remaja bernalar secara lebih abstrak, idealis, dan logis.
Jika
seorang anak tidak memperlihatkan indikator perkembangan kognitif Piaget sesuai
dengan rentan usianya atau pun tidak mengikuti pola perkembangan kognitif
tersebut, maka ada kemungkinan anak mengalami kesulitan dalam kemampuan
perkembangan kognitifnya. Sehingga anak tersebut tidak mampu menyelesaikan
tugas-tugas kognitif yang di tuntut oleh kebanyakan sekolah. Serta mempengaruhi
proses belajarnya, dan anak akan berkesulitan belajar.
Berbagai
penelitian menunjukkan bahwa keberhasilan anak dalam menyelesaikan tugas-tugas
kognitif terkait dengan gaya kognitif mereka. Sehingga akan mempengaruhi pemrosesan informasi yang mereka
dapatkan terhadap suatu lingkungan. Gaya kognitif adalah cara seseorang dalam
menghadapi tugas kognitif dan berpikir untuk menyelesaikan permasalahan
(pemecahan masalah). Hallahan, Kauffman, dan Llody
(1985: 84) berpadangan bahwa gaya kognitif adalah bagaimana cara seseorang
berpikir (how of thinking), dan setiap orang memiliki gaya kognitif yang
berbeda-beda dalam menghadapi tugas-tugas pemecahan masalah.
Pada kajian anak berkesulitan
belajar akan ada dua dimensi yang mempengaruhi gaya kognitif seorang anak,
yaitu : (a)gaya kognitif ketidakterikatan-keterikatan pada lingkungan (field
independence-field dependence), dan (b)gaya kognitif
reflektifitas-impulsivitas (reflectivity-impulsivity)
a.
Gaya Kognitif
Ketidakterikatan-Keterikatan Pada Lingkungan
Kemampuan seseorang untuk
membebaskan diri dari pengaruh lingkungan pada saat membuat keputusan tentang
tugas-tugas perseptual. Disebut keterterikatan pada lingkungan (field
dependence) karena seseorang dalam menghadapi tugas-tugas perseptual banyak
dipengaruhi oleh lingkungan. Dan disebut ketidakterikatan pada lingkungan (field
independence) karena seseorang tidak mudah terpengaruh pada lingkungan
terhadap tugas perseptualnya.
Anak berkesulitan belajar
umumnya tergolong dalam gaya kognitif keterikatan pada lingkungan. Sehingga
anak tersebut mudah terkecoh oleh informasi yang menyesatkan dan persepsinya
menjadi tidak akurat. Implikasi kondisi tersebut,
maka perlunya latihan bagi anak bekesulitan belajar agar mampu memusatkan
perhatian pada data perseptual yang esensial dan menghindari diri pada pengaruh
data yang mengecohkan.
b.
Gaya Kognitif
Reflektifitas-Impulsivitas
Kemapuan yang terkait dengan
pemanfaatan atau penggunaan waktu yang diperlukan anak dalam menjawab persoalan
dan jumlah kesalahan yang dibuat. Anak yang impulsif cenderung menjawab
persoalan secara cepat tetapi membuat banyak kesalahan, sedangkan anak yang
reflektif cenderung menjawab persoalan secara lebih lambat tetapi hanya membuat
sedikit kesalahan. Umumnya anak berkembang dari impulsif ke reflektif, yang
berarti bahwa anak yang muda lebih impulsif dan anak yang tua cenderung lebih
reflektif.
Meskipun
demikian berbeda halnya dengan anak berkesulitan belajar, mereka lebih
cenderung dengan gaya kognitif yang impulsif, walaupun usianya mungkin lebih
tua. Karena gaya kognitif impulsif tersebut anak
berkesulitan belajar memiliki problema bukan hanya dalam bidang akademik tetapi
juga pada perilakunya. Implikasi dari kondisi tersebut maka perlunya latihan,
khususnya bagi anak berkesulitan belajar dengan gaya kognitif impulsif agar
mereka memperoleh latihan merespons suatu persoalan dengan menggunakan waktu
yang cukup dan cara yang lebih hati-hati.
Selain
gaya kognitif yang dapat mempengaruhi dalam pemrosesan informasi, kemampuan
memori juga merupakan salah satu elemen penting dalam pemrosesan informasi.
Memori adalah merujuk pada proses mengigat informasi. Memori atau ingatan
adalah proses penyimpanan informasi dan dapat dipanggil kembali ketika
dibutuhkan (Cardoso, 1997).
a.
Memori jangka pendek
Merupakan kemampuan untuk
mengingat informasi yang lebih relatif pada jangka waktu yang pendek. Dalam
memori jangka pendek seseorang mampu mempertahankan informasi selama 30 detik
selama tidak ada pengulangan terhadap informasi itu. Memori jangka pendek dapat
diukur dengan menyuruh anak mengamati objek-objek visual atau audio dalam waktu
yang singkat, misalnya 20 detik. Dan anak diminta untuk mengingat kembali objek
yang dilihat atau didengarnya dengan urutan yang benar.
Banyak anak berkesulitan
belajar yang mengalami kesulitan dalam ingatan visual pada memori jangka pendek
(Hallahan, Kauffman, & Ball, 1973; Tayer, Hallahan, Kauffman, & Ball,
1976). Dan fakta membuktikan bahwa anak berkesulitan belajar kemampuannya dalam
memori jangka pendek auditori lebih rendah dari mereka yang tergolong tidak
berkesulitan belajar(Humle & Snowling, 1992).
b.
Memori kerja
Beberapa bukti bahwa memori
kerja lebih penting dari masalah memori jangka pendek dalam kesulitan membaca
dari murid yang berkesulitan belajar. Memori kerja merujuk pada kemampuan
seseorang untuk menjaga informasi dalam jumlah yang sedikit dalam pikiran.
Sambil memahami informasi tersebut dan membayangkan informasi tersebut untuk
bisa menuju operasi yang lebih jauh.
Contoh sehari-hari dari memori
kerja tersebut untuk mengingat alamat rumah seseorang dalam pikiran. Sambil
mendengarkan instruksi untuk mencapai alamat rumah tersebut. Atau juga dalam
mendengarkan untuk menghafal runtutan peristiwa atau suatu kejadian dalam
sebuah cerita dan mencoba untuk mengerti arti dari cerita tersebut. Dalam hal
tersebut digambarkan bahwa memori kerja berbeda dengan memori jangka pendek.
Dalam studi ini, anak-anak dan
dewasa yang berkesulitan belajar dan anak-anak dan dewasa yang normal
dibandingkan dalam beberapa tipe dari tugas memori kerja dan memori pendek.
Dalam salah satu tugas memori kerja contohnya seseorang diberikan sebuah
barisan kata-kata. Lalu ditanyakan kembali adakah kata tersebut dalam barisan
kata-kata yang diberikan. Dan dipinta untuk mengingat kembali kata-kata
tersebut dalam urutan yang benar.
Hasilnya menyatakan bahwa untuk
seseorang yang berkesulitan belajar, memori kerjanya tersebut sangat penting
untuk memprediksikan bacaan dan kemampuan matematika. Dengan kata lain
seseorang yang berkesulitan belajar yang memiliki kemampuan yang baik dalam
memori jangka pendek dan memori kerja. Akan menampakkan kemampuan yang baik
pula pada kemampuan membaca dan kemampuan matematika.
Ada dua strategi yang digunakan
untuk mengembangkan perkembangan kognitif. Kedua strategi tersebut biasa
digunakan oleh anak yang tidak berkesulitan belajar. Strategi tersebut adalah
pengulangan dan pengorganisasian. Seorang anak akan mudah terbantu dalam
mengingat sekelompok kata jika kata-kata tersebut diulang-ulang. Dan memorinya
akan lebih terbantu lagi jika anak mampu mengorganisasikan kata-kata tersebut
menjadi beberapa kelompok. Anak berkesulitan belajar
cenderung tidak menggunakan strategi mengulang atau menghafal dan
mengorganisasikan materi yang harus diingat. Meskipun mereka dapat dilatih
untuk hal tersebut, agar strategi ini menjadi kebiasaan dalam mengingat suatu
materi yang dipelajari.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Gangguan perkembangan motorik sering diperlihatkan dalam
bentuk adanya gerakan melimpah kurang koordinasi dalam aktivitas motorik,
kesulitan dalam koordinasi motorik halus, kekurangan dalam penghayatan tubuh,
kekurangan pemahaman dalam hubungan keruangan atau arah, dan bingung. Dalam
proses belajar motorik, beberapa saluran sensasi atau presepsi terintregasi
satu sama lain dan terkait dengan aktivitas motorik. Dan dalam gangguan motorik
juga dijelaskan dengan 3 teori nya yaitu : Teori pendidikan jasmani adaptif dan
belajar motoric Cratty, Teori perseptual-motor Kephart, Teori sensori-Integrasi
Ayres.
Persepsi adalah batasan yang digunakan pada proses memahami dan menginterpretasikan informasi sensoris, atau kemampuan intelek untuk mencarikan makna dari data yang diterima oleh berbagai indra. Karena persepsi merupakan suatu ketrampilan yang dipelajari maka proses pengajaran dapat memberikan dampak langsung terhadap kecakapan perseptual. Dalam gangguang perkembangan persepsi juga dibahas dalam konsep modalitas-perseptual, sistem perseptual bermuatan lebih, dan juga beberapa jenis perseptuan yang menggambarkan tentang gangguan perkembangan perseptual.
Persepsi adalah batasan yang digunakan pada proses memahami dan menginterpretasikan informasi sensoris, atau kemampuan intelek untuk mencarikan makna dari data yang diterima oleh berbagai indra. Karena persepsi merupakan suatu ketrampilan yang dipelajari maka proses pengajaran dapat memberikan dampak langsung terhadap kecakapan perseptual. Dalam gangguang perkembangan persepsi juga dibahas dalam konsep modalitas-perseptual, sistem perseptual bermuatan lebih, dan juga beberapa jenis perseptuan yang menggambarkan tentang gangguan perkembangan perseptual.
Serta anak yang berkesulitan
belajar memiliki beberapa hal yang ditandai dalam perkembangan kognitifnya.
Anak kesulitan belajar memiliki gaya kognitif yang terikat atau ketergantungan
pada lingkungan serta memiliki gaya kognitif yang impulsif. Artinya anak yang
bertipe kognitif terikat pada lingkungan mudah terkocoh oleh informasi yang
menyesatkan sehingga persepsinya tidak akurat. Dan anak kesulitan belajar
memiki kemampuan kognitif yang lebih rendah dari anak yang normal. Sehingga
memori jangka pendek dan memori kerjanya mempengaruhi kemampuannya dalam
memprediksikan membaca dan matematika. Untuk menanggulangi hal
tersebut diperlukan latihan yang intensif dengan guru yang tepat. Seperti
latihan untuk memusatkan perhatian pada data perseptual esensial dan
menghindari diri dari pengaruh data yang mengecoh, latihan merespons suatu
persoalan dengan menggunakan waktu yang cukup dan cara yang hati-hati. Serta
latihan mengulang dan mengorganisasikan untuk perkembangan kognitif anak
kesulitan belajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar