Jumat, 30 November 2018

MASALAH KESULITAN BELAJAR


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

            Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsure yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada dalam sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarga sendiri.
            Pada masa sekarang ini banyak sekali anak-anak mengalami kesulitan dalam belajar. Hal tersebut tidak hanya dialami oleh siswa-siswa yang berkemampuan kurang saja. Hal tersebut juga dialami oleh siswa-siswa yang berkemampuan tinggi. Selain itu, siswa yang berkemampuan rata-rata juga mengalami kesulitan dalam belajar. Sedang yang namanya kesulitan belajar itu merupakan kondisi proses belajar yang ditandai oleg hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai kesuksesan.
            Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan oleh faktor intelegensi yang rendah (kelainan mental) akan tetapi juga disebabkan oleh faktor-faktor non-intelegensi. Dengan demikian, IQ yang tinggi belum tentu mendapat jaminan keberhasilan belajar.

1.2 Rumusan Masalah

A.    Bagaimana cara mengetahui gangguan perkembengan motorik dan perceptual?
B.     Bagaimana cara mengetahui ganguan perkembangan kognitif?
1.3 Tujuan Penyusunan
A.    Untuk mengetahui gangguan perkembangan motorik dan perceptual.
B.     Untuk mengetahui gangguan kognitif.





BAB II
PEMBAHASAN

A.   Gangguan Perkembangan Motorik dan Perseptual
Apa itu Gangguan Perkembangan
Ini merupakan istilah yang digunakan untuk merujuk kepada sekelompok kondisi kejiwaan yang dimulai pada awal kehidupan, gangguan perkembangan dapat mempengaruhi seorang individu di berbagai area yang berbeda, seperti belajar, bahasa, dan keterampilan motorik. Jika dipersempit, “autisme gangguan spektrum juga termasuk dalam definisi ini, seperti ditemukan dalam edisi ke-10 International Classification of Diseases and Related Health Problems (ICD).
Namun, dari definisi resmi yang dirilis oleh ICD dan Organisasi Kesehatan Dunia, gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (juga dikenal sebagai attention deficit hyperactivity disorder/ADHD) tidak masuk dalam definisi ini. Definisi yang lebih luas lainnya juga memasukkan skizofrenia dan perilaku antisosial sebagai gangguan perkembangan, karena mereka dapat dimulai pada masa kanak-kanak dan makin buruk sepanjang hidup individu.
Salah satu karakteristik yang paling penting dari gangguan perkembangan adalah kehadiran mereka di awal kehidupan individu. Dengan manajemen dan perawatan yang tepat, anak dapat mengatasi kondisi dan gejalanya. Namun, gangguan perkembangan dapat mengganggu keterampilan penting, yang masih tertanam saat anak berkembang menjadi dewasa.
Penelitian menunjukkan bahwa laki-laki lebih banyak terpengaruh oleh gangguan perkembangan ketimbang anak-anak perempuan, yang menunjuk ke komponen genetik tentang bagaimana individu mengalami kondisi seperti ini.
Kebanyakan gangguan perkembangan didiagnosis ketika anak mencapai usia sekolah; ketika orang tua atau guru melihat bahwa si anak tertinggal dibanding rekan-rekannya. Mayoritas gangguan perkembangan didiagnosis pada pasien di bawah usia sembilan tahun. Beberapa orang tua menduga gangguan perkembangan menimpa pada anak-anak mereka yang gagal untuk berbicara pada usia yang tepat, atau memiliki kosakata sangat terbatas dibandingkan dengan anak-anak lain pada usia yang sama.
Gangguan perkembangan biasanya pertama kali terlihat jika anak menunjukkan gejala gangguan komunikasi. Anak seperti ini biasanya sulit memahami kalimat dan petunjuk sederhana, atau gagal untuk menyebut objek sederhana. Meski mereka mungkin bisa berbicara ketika mencapai usia sekolah, anak-anak dengan gangguan komunikasi akan terus menunjukkan gejala, seperti kesulitan dalam memahami mengekspresikan sesuatu. Saat anak-anak ini tumbuh dewasa, mereka akan menunjukkan kesulitan dalam memahami dan mengekspresikan ide-ide yang lebih abstrak. Sekali lagi, gejala-gejala ini cukup terlihat di sekolah, di mana berbagai aspek gangguan belajar menghambat individu mengalami kemajuan di area tertentu.
PERKEMBANGAN  MOTORIK DAN PERSEPTUAL
Perkembangan motorik dan perseptual sangat berperan terhadap penguasaan tugas-tugas belajar di sekolah, sehingga perkembangannya sangat penting untuk diperhatikan. Keterhambatan pada perkembangan motorik dan perseptual akan menyebabkan tergadinya kesulitan belajar akademik (developmental learning disabilities).
1.       GANGGUAN PERKEMBANGAN  MOTORIK
Ganggguan perkembangan motorik tampil dalam bentuk :
a.       Gerakkan yang melimpah (over flow movements) : Ketika ingin menggerakkan tangan kanan, tangan kiri ikut    bergerak tanpa sengaja.
b.       Kurang koordinasi dalam aktivitas motorik    : Kesulitan dalam koordinasi motorik halus (fine motor), kurang     dalam penghayatan tubuh (body image).
c.       Kurang Pemahaman  dalam hubungan keruangan atau arah : Bingung lateralisasi (confused laterality).
d.       Perilaku dikelas yang menimbulkan keributan  : Menabrak perabotan, jatuh dari kursi,  pensil atau bukunya jatuh, canggung.
Berbagai gejala gangguan perkembangan motoric tersebut sering dengan mudah dapat dikenali pada saat anak berolahraga, jatuh dari kursi, pensil atau bukunga jatuh, dan memperlihatkan kecanggungan (clumsy).  Sensory motor adalah gabungan antara masukan sensasi dengan keluaran aktivitas motorik. Perseptual motor adalah merupakan interaksi dari berbagai macam saluran persepsi aktivitas motorik. Persepsi adalah organisasi dan interpretasi informasi sensori,  yang mungkin kita menyadari berbagai objek dan peristiwa dengan penuh arti.
Gangguan perkembangan motoric dapat juga menyebabkan kesulitan belajar. Meskipun demikian, tidak semua anak berkesulitan belajar nemperlihatkan adanya gangguan perkembangan motoric. Jika seorang gurur mengetahui secara pasti adanya anak berkesulitan belajar memperlihatkan belajar akademik yang disertai dengan adanya gangguan perkembangan motoric, hendaknya tidak hanya memberikan latihan motoric tetapi juga latihan dalam bidang akademik secara bersamaan.
Menurut Piaget seperti oleh Lerner (1981;189) belajar sensori motor pada masa dini merupakan bangunan dasar bagi perkembangan perseptuan dan kognitif yang lebih kompleks. Sensorimotor adalah gabungan antara masukan sensasi (input of sensation) dengan keluaran aktivitis motoric (outpu of motor activity).
Menurut Myers (1986:1400), sensasi (sensation) adalah proses yang dirasakan dan dialaminya energy rangsangan tertentu oleh indra kita. Adanya sensasi tersebut menunjukkan adanya suatu proses yang terjadi di dalam sistem syaraf pusat. Manusia memiliki enam indra sebagai saluran penerima data kasar dari lingkungannya, yaitu penglihatan (visual), pendengaran (auditory), perubahan (tactile), kinestetik (khesthetic), penciuman (alfactory), dan pengecap (gustatory).
Menurrut Lerner (1981;189), beberapa penulis menyebutkan sensori motor dengan perseptual-motor, Perseptual-motor merupakan interaksi dari berbagai macam saluran persepsi dengan aktivitas motoric.
Menurut Myers (1986;140), persepsi adalah organisasi dan interpretasi informasi sensori, yang memungkinkan kita menyadari berbagai obyek dan peristiwa proses pengorganisasian data kasar yang dicapai melalui berbagai indra dan interpretasi makna mereka, sedangkan informasi perseptual adalah perbaikan dari informasi sensoris.
Dalam proses belajar motorik, beberapa saluran sensai atau presepsi terintregasi satu sama lain dan terkait dengan aktiivta motoric, yang pada gilirannya menyediakan informai balikan untuk mengoreksi persepsi. Dengan demikian, anak misalnya, dapat merasakan lantai yang miring, memiliki kesadaran tubuh untuk mengubah posisi dan keseimbangan, dan melihat lantai dan kaitannya dengan obyek-obyek yang lain berubah posisi. 

2.       GANGGUAN PERKEMBANGAN PRESEPTUAL
Peseptual adalah kemampuan memahami dan menginterpretasikan informasi sensori, atau kemampuan intelek untuk mencarikan makna dari data yang diterima oleh berbagai indera. Aktivitas perseptual pada dasarnya merupakan proses pengenalan individu terhadap lingkungannya. Semua informasi tentang lingkungan sampai kepada individu melalui alat – alat indra yang kemudian diteruskan melalui saraf sensorik ke bagian otak kiri. Informasi tentang objek penglihatan diterima melalui mata, informasi tentang objek pendengaran diterima melalui telinga, objek sentuhan melalui kulit, objek penciuman melalui hidung. Tanpa penglihatan, pendengaran, penciuman, dan indar-indra lainnya, otak manusia akan terasing dari dunia yang ada disekitarnya.
Ada tiga proses aktivitas perseptual yang perlu dipahami, yaitu : sensasi, persepsi, dan atensi.
1.       Sensasi : peristiwa penerimaan informasi oleh indra penerima. Sensasi berlangsung disaat terjadi kontak antara informasi dengan indra penerima. Dengan demikian, dalam sensasi terjadi proses deteksi informasi secara indrawi. Misal, sensasi pendengarn terjadi saat ada gelombang udara yang bergetar diterima oleh telinga bagian luar dan diteruskan ke bagian saraf pendengaran.
2.       Persepsi : interpretasi terhadap informasi yang ditangkap oleh indra penerima. Persepsi merupakan proses pengolahan informasi lebih lanjut dari aktivitas sensasi. Misal, orang menjadi tahu kalau suara yang didengarnya adalah suara musik, suara mobil, suara binatang dll.
3.       Atensi : selektifitas persepsi. Dengan atensi, kesadaran seseorang hanya tertuju pada suatu objek dengan mengabaikan objek – objek lain.

Persepsi adalah batasan yang digunakan pada proses memahami dan menginterpretasikan informasi sensoris, atau kemampuan intelek untuk mencarikan makna dari data yang diterima oleh berbagai indra (Lerner,1988:282). Karena persepsi merupakan suatu ketrampilan yang dipelajari maka proses pengajaran dapat memberikan dampak langsung terhadap kecakapan perseptual. Ada dua pengertian (constructs) tentang persepsi yang memiliki implikasi bagi pengajaran anak berkesulitan belajar yaitu konsep modalitas-perseptual dan system persptual bermuatan lebih.
a.       Konsep modalitas-Perseptual. Gangguan tentang gangguan pemrosesan perseptual yang terkait dengan kesulitan belajar merupakan bagian yang sangat pentingpada awal perkembangan bidang kajian kesulitan belajar.Banyak anak berkesulitan belajar memiliki kemampuan yang sangat baik dalam menggunakan satu saluran perseptual tetapi sangat kurang dalam menggunakan saluran perseptual lainnya. Guru sensitive akan menggunakan informasi tentang gaya belajar anak, kekuatan dan kelemahannya, untuk mengajarkan keterampilan akademik.
Sebagai contoh, jika anak memiliki banyak kesulitan dengan persepsi auditoris, guru dapat mengantisipasi bahwa anak akan mengalami kesulitan dalam mempelajari berbagai bunyi. Dengan demikian, anak harus belajar membaca kata untuk memperoleh keterampilan membaca lancer, tetapi pengetahuan tentang kesulitan auditoris anak akan selalu mengingatkan guru tentang problema anak dan membantu guru tersebut dalam merancang dan mengimplementasikan pembelajaran. Anak tersebut mungkin juga memerlukan latihan tambahan dalam persepsi auditoris dan perbedaan bunyi dalam berbagai kata.

b.       Sistem perseptual bermuatan lebih. System perseptual bermuatan lebih berarti bahwa penerimaan informasi dari suatu modalitas lain. Anak berkesulitan belajar mungkin memiliki toleransi yang rendah untuk menerima dan mengintegrasikan beberapa system masukan pada waktu yang bersamaan. Ketidakmampuan menerima dan memproses data yang masuk secara berlebihan tersebut mungkin menyebabkan otak menjadi mogok. Berbagai gejala dari muatan berlebih tersebut dapat berupa kebingungan, kemiskinan ingatan, kemunduran, menolak tugas, kekurang perhatianan, atau anak menjadi ngambeg. 

CARA MENGATASI GANGGUAN PERKEMBANGAN MOTORIK DAN PERSEPTUAL
1.       Strategi Pengembangan Motorik Kasar
Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang. Seperti anak merasa senang dengan memiliki keterampilan memainkan boneka, melempar dan menangkap bola atau memainkan alat-alat mainan.Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik turun tangga dan sebagainya. Karakteristik bagi anak usia dini adalah bermain, merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi anak.
Dengan bermain anak dapat bereksplorasi dan dapat mengembangkan motorik kasar, agar motorik kasar pada anak usia dini dapat berkembang secara optimal maka dirancanglah berbagai bentuk permainan-permainan yang menarik bagi anak. Tugas perkembangan jasmani berupa koordinasi gerakan tubuh, seperti berlari, berjinjit, melompat, bergantung, melempar dan menangkap,serta menjaga keseimbangan. Kegiatan ini diperlukan dalam meningkatkan keterampilan koordinasi gerakan motorik kasar. 
Pada anak usia 4 tahun, anak sangat menyenangi kegiatan fisik yang mengandung bahaya, seperti melompat dari tempat tinggi atau bergantung dengan kepala menggelantung ke bawah. Pada usia 5 atau 6 tahun keinginan untuk melakukan kegiatan berbahaya bertambah. Anak pada masa ini menyenangi kegiatan lomba, seperti balapan sepeda, balapan lari atau kegiatan lainnya yang mengandung bahaya.
Menurut Catron menyatakan: "Permainan merupakan wahana yang memungkinkan anak berkembang secara optimal. Bermain secara langsung mempengaruhi seluruh wilayah dan aspek perkembangan anak ketika anak bernain, memumgkinkan anakbelajar tentang diri mereka sendiri, orang dan linkungannya dalam bereksplorasi dan menciptakan sesuatu".

Ericson menambahkan bahwa bermain sangat berguna sebagai salah satu bentuk penyesuaian diri, membantu anak menguasai kecemasan–kecemasan dan konfllik-konfliknya. Permainan mampu meredakan ketegangan sehingga anak dapat melakukan penyesuaian diri dengan permasalahan-permasalahan hidupnya dan bermain memungkinkan anak menyalurkan energi fisiknya dan meredakan ketegangannya. Strategi pengembangan penghayatan dan kesadaran tubuh menunjuk bagian-bagian tubuh, permainan puzzle, mencari yang hilang, menggambar seukuran tubuh, meraba berbagai bagian tubuh, permainan pantomim, mengikuti perintah, membuat estimasi, ekspresi wajah, dan aktivitas air.
2.       Strategi Pengembangan Motorik Halus
Persiapan dan alat-alatnyapun sangat mudah didapatkan di sekitar kita bahkan itu adalah sesuatu yang tanpa kita sadari bisa dijadikan sebagai sebuah pembelajaran buat si anak. Adapun aktivitas-aktivitas yang bisa dilakukan antara lain seperti senam tangan, menggunting kertas, menyambung titik-titik,melipat kertas, plastisin.
STRATEGI 1
Anak bekerja dalam kelompok–kelompok yang terdiridari 4 – 5 anak. Setiap kelompok memiliki sebuah tugas khusus yang harus dihasilkan pada sentra tertentu. Pada3 – 5 menit terakhir, anak berputar kesentra yang lain. Guru memiliki kesempatan untuk memberikan penguatan dan arahan kepada anak dalam mengerjakan tugas tersebut, atau dapat membantu jika ada kesalahan yang dilakukan anak. Hal ini dilakukan kepada semua kelompok. Kegiatan yang dilakukan dapat berupa kegiatan finger play atau pengembangan keterampilan visual motor (koordinasi mata dan tangan).
STRATEGI 2
Strategi I ditujukan untuk anak-anak yang berada dalam kelompok-kelompok yang cukup banyak. Untuk strategi 2, di setiap sentra memiliki 2 macam aktivitas yaitu A dan B, dimana masing-masing menggunakan konsep yang serupa. Misalnya sebuah tugas bi-manual (2 cara pengerjaan). Di setiap sentra kedua aktivitas telah digandakan sesuai dengan jumlah anak dalam kelompok. Sebagian anggota kelompok menyelesaikan tugas aktivitas sentra A (2 - 3 menit), ketika yang lainnya menyelesaikan aktivitas sentra B. Kelompok - kelompok tersebut kemudian berputar kegiatan pada sentra tersebut dan setelah menyelesaikan tugas/aktivitas kedua, berputar ke sentra lainnya. Keuntungan dari strategi ini adalah anak tidak perlu menetap pada suatu aktivitas dalam waktu yang lama. Untuk anak yang masih kecil – terutama anak yang berkesulitan konsentrasi- hal ini akan sangat bermanfaat. Sebagaimana strategi I, anak-anak harus menyelesaikan tugas yang yang telah ditentukan.
STRATEGI 3
Strategi ini dapat dilakukan anak yang dibagi menjadi 4 – 5 perkelompok , dimana setiap kelompok bekerja pada sebuah sentra untuk semua sesion pembelajaran. Setiap sentra menyediakan berbagai aktivitas untuk area pengembangan/pengendalian motorik halus.
Karena banyaknya aktivitas yang dilakukan maka strategi ini bersifat lebih produktif, sehingga dapat kita rekomendasikan bahwa orangtua atau anak yang lebih besar dapat menjadi tutor pada sentra-sentra tersebut. Sebagai contoh, Kelompok 1 bekerja dengan pensil dan kertas; Kelompok 2 bekerja membuat model/ benda tiruan; Kelompok 3 bekerja dengan arena fine-motor manipulation (kegiatan motorik halus dengan mengubah-ubah); Kelompok 4 kegiatan permainan dan jual beli; dan Kelompok 5 kegiatan bermain bebas terstruktur.. Kelompok yang melakukan perputaran hanya satu yaitu Kelompok 3. Pada sesi berikutnya, kelompok akan tinggal di tempat yang sama dan bekerja di sentra yang berbeda. Oleh karena itu, anak diperbolehkan selama 2 – 4 minggu menyelesaikan perputaran (kegiatan pada sentra) tergantung pada berapa sesi dalam tiap minggu yang dapat dicapai.
STRATEGI 4
Tempatkan anak ke dalam beberapa kelompok sehingga anak anak menghabiskan waktu 3 - 5 menit pada setiap aktivitas. Satu atau dua sentra memiliki ciri ‘teacher directed’ dan yang lainnya memiliki ciri melibatkan kegiatan bermain bebas terstruktur. Anak menjadi lebih bertanggung jawab untuk merancang kegiatan. (Jika orangtua bertindak sebagai asisten, dapat menggunakan 2 buah sentra yang berciri "teacher directed") Berbagai Strategi untuk Pengayaan Gerakan Motorik Secara Kelompok atau Individual: Kegiatan latihan otot jari tangan dan keterampilan visual motor dilaksanakan dengan pemanasan dan penutupan kegiatan.
CONCEPT APPROACH
Aktivitas berbeda-beda tetapi berfokus pada satu konsep. Anak berputar pada beberapa kegiatan selama 3 - 5 menit. Strategi ini sangat baik bagi anak yang memiliki kesulitan yang serupa.
TABLOID APPROACH
Berbagai aktivitas yang berbeda dari berbagai area pengembangan /pengendalia motorik halus yang berbeda pula disiapkan untuk anak. Artinya, anak akan latihan beberapa aktivitas yang mereka sudah siap melakukannya, mereka akan melakukan dengan baik karena aktivitas tersebut telah mereka alami dan ketahui kesulitannya.
STRUCTURED FREE PLAY
Strategi ini memberikan kesempatan bagi anak untuk menghabiskan waktu bereksperimen dengan berbagai bahan yang berbeda, menggunakan metode yang berbeda pula dalam berkarya. Umpan balik dalam teknik masih perlu diberikan.
3.    Strategi Integrasi Sistem Perseptual
Banyak anak yang kesulitan belajar karena tidak dapat melakukan transfer informasi dari suatu sistem perseptual ke sistem perseptual yang lain.  Transfer informasi yang mencakup integrasi dan aktivitas :
a.    Visual ke Auditoris, meminta anak melihat suatu pola titik-titik dan garis-garis, kemudian menyuruh anak meniru pola tersebut dalam bentuk ritmis pada drum.
b.    Auditoris ke Visual, meminta anak mendengarkan irama ritmis dan memilih salah satu pola visual titik dan garis yang sesuai dari beberapa pilihan.
c.    Auditoris ke Motorvisual, mendengar irama ritmis dan mengalihkan pada visual dengan menulis pasangan titik dan garis.
d.    Auditoris – verbal ke motor, memerintah anak untuk melakukan gerakan-gerakan tertentu.
e.    Taktil –Visualmotor, meraba bentuk dan menggambarkan bentuk.


B.    Gangguan Perkembangan Kognitif
Kognitif merupakan suatu yang berhubungan dengan proses berpikir guna untuk mengetahui atau memahami sesuatu. Wujud dari penggunaan fungsi kemampuan kognitif seseorang dapat dilihat dari kemampuannya dalam menggunakan bahasa dan matematika (Wienman. 1981: 142). Perkembangan kognitif yang matang sesuai usianya sangat membatu untuk fungsi mental seseorang yang meliputi persepsi, pikiran, simbol, penalaran, dan pemecahan masalah.
Jean Piaget yang merupakan tokoh psikologi perkembangan berkebangsaan Swiss ini, menyatakan dalam teori kognitifnya bahwa anak-anak secara aktif membangun pemahaman mengenai dunia dan melalui empat tahap perkembangan kognitif. Keempat tahap perkembangan kognitif tersebut meliputi :
Ø  Tahap sensomotori (mulai dari lahir hingga 2 tahun). Dalam tahap ini, bayi membangun pemahaman mengenai dunianya dengan mengkordinasikan pengalaman-pengalaman sensorisnya (melihat, mendengar) dengan tindakan-tindakan fisik dan motorik.
Ø  Tahap praoperasi (2 hingga 7 tahun). Anak mulai melukiskan dunianya dengan kata-kata dan gambar. Kata-kata dan gambar ini mencerminkan meningkatnya pemikiran simbolis dan melampaui hubungan informasi sensoris dan tindakan fisik.
Ø  Tahap operasi konkret (7 hingga 11 tahun). Anak saat ini dapat bernalar secara logis mengenai peristiwa-peristiwa konkret dan mengklasifikasikan objek-objek ke dalam bentuk-bentuk yang berbeda.
Ø  Tahap operasi formal (11 tahun hingga masa dewasa). Remaja bernalar secara lebih abstrak, idealis, dan logis.
Jika seorang anak tidak memperlihatkan indikator perkembangan kognitif Piaget sesuai dengan rentan usianya atau pun tidak mengikuti pola perkembangan kognitif tersebut, maka ada kemungkinan anak mengalami kesulitan dalam kemampuan perkembangan kognitifnya. Sehingga anak tersebut tidak mampu menyelesaikan tugas-tugas kognitif yang di tuntut oleh kebanyakan sekolah. Serta mempengaruhi proses belajarnya, dan anak akan berkesulitan belajar.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa keberhasilan anak dalam menyelesaikan tugas-tugas kognitif terkait dengan gaya kognitif mereka. Sehingga akan mempengaruhi pemrosesan informasi yang mereka dapatkan terhadap suatu lingkungan. Gaya kognitif adalah cara seseorang dalam menghadapi tugas kognitif dan berpikir untuk menyelesaikan permasalahan (pemecahan masalah). Hallahan, Kauffman, dan Llody (1985: 84) berpadangan bahwa gaya kognitif adalah bagaimana cara seseorang berpikir (how of thinking), dan setiap orang memiliki gaya kognitif yang berbeda-beda dalam menghadapi tugas-tugas pemecahan masalah.
Pada kajian anak berkesulitan belajar akan ada dua dimensi yang mempengaruhi gaya kognitif seorang anak, yaitu : (a)gaya kognitif ketidakterikatan-keterikatan pada lingkungan (field independence-field dependence), dan (b)gaya kognitif reflektifitas-impulsivitas (reflectivity-impulsivity)
a.       Gaya Kognitif Ketidakterikatan-Keterikatan Pada Lingkungan
Kemampuan seseorang untuk membebaskan diri dari pengaruh lingkungan pada saat membuat keputusan tentang tugas-tugas perseptual. Disebut keterterikatan pada lingkungan (field dependence) karena seseorang dalam menghadapi tugas-tugas perseptual banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Dan disebut ketidakterikatan pada lingkungan (field independence) karena seseorang tidak mudah terpengaruh pada lingkungan terhadap tugas perseptualnya.
Anak berkesulitan belajar umumnya tergolong dalam gaya kognitif keterikatan pada lingkungan. Sehingga anak tersebut mudah terkecoh oleh informasi yang menyesatkan dan persepsinya menjadi tidak akurat. Implikasi kondisi tersebut, maka perlunya latihan bagi anak bekesulitan belajar agar mampu memusatkan perhatian pada data perseptual yang esensial dan menghindari diri pada pengaruh data yang mengecohkan.
b.       Gaya Kognitif Reflektifitas-Impulsivitas
Kemapuan yang terkait dengan pemanfaatan atau penggunaan waktu yang diperlukan anak dalam menjawab persoalan dan jumlah kesalahan yang dibuat. Anak yang impulsif cenderung menjawab persoalan secara cepat tetapi membuat banyak kesalahan, sedangkan anak yang reflektif cenderung menjawab persoalan secara lebih lambat tetapi hanya membuat sedikit kesalahan. Umumnya anak berkembang dari impulsif ke reflektif, yang berarti bahwa anak yang muda lebih impulsif dan anak yang tua cenderung lebih reflektif.
Meskipun demikian berbeda halnya dengan anak berkesulitan belajar, mereka lebih cenderung dengan gaya kognitif yang impulsif, walaupun usianya mungkin lebih tua. Karena gaya kognitif impulsif tersebut anak berkesulitan belajar memiliki problema bukan hanya dalam bidang akademik tetapi juga pada perilakunya. Implikasi dari kondisi tersebut maka perlunya latihan, khususnya bagi anak berkesulitan belajar dengan gaya kognitif impulsif agar mereka memperoleh latihan merespons suatu persoalan dengan menggunakan waktu yang cukup dan cara yang lebih hati-hati.
Selain gaya kognitif yang dapat mempengaruhi dalam pemrosesan informasi, kemampuan memori juga merupakan salah satu elemen penting dalam pemrosesan informasi. Memori adalah merujuk pada proses mengigat informasi. Memori atau ingatan adalah proses penyimpanan informasi dan dapat dipanggil kembali ketika dibutuhkan (Cardoso, 1997).
a.       Memori jangka pendek
Merupakan kemampuan untuk mengingat informasi yang lebih relatif pada jangka waktu yang pendek. Dalam memori jangka pendek seseorang mampu mempertahankan informasi selama 30 detik selama tidak ada pengulangan terhadap informasi itu. Memori jangka pendek dapat diukur dengan menyuruh anak mengamati objek-objek visual atau audio dalam waktu yang singkat, misalnya 20 detik. Dan anak diminta untuk mengingat kembali objek yang dilihat atau didengarnya dengan urutan yang benar.
Banyak anak berkesulitan belajar yang mengalami kesulitan dalam ingatan visual pada memori jangka pendek (Hallahan, Kauffman, & Ball, 1973; Tayer, Hallahan, Kauffman, & Ball, 1976). Dan fakta membuktikan bahwa anak berkesulitan belajar kemampuannya dalam memori jangka pendek auditori lebih rendah dari mereka yang tergolong tidak berkesulitan belajar(Humle & Snowling, 1992).
b.       Memori kerja
Beberapa bukti bahwa memori kerja lebih penting dari masalah memori jangka pendek dalam kesulitan membaca dari murid yang berkesulitan belajar. Memori kerja merujuk pada kemampuan seseorang untuk menjaga informasi dalam jumlah yang sedikit dalam pikiran. Sambil memahami informasi tersebut dan membayangkan informasi tersebut untuk bisa menuju operasi yang lebih jauh.
Contoh sehari-hari dari memori kerja tersebut untuk mengingat alamat rumah seseorang dalam pikiran. Sambil mendengarkan instruksi untuk mencapai alamat rumah tersebut. Atau juga dalam mendengarkan untuk menghafal runtutan peristiwa atau suatu kejadian dalam sebuah cerita dan mencoba untuk mengerti arti dari cerita tersebut. Dalam hal tersebut digambarkan bahwa memori kerja berbeda dengan memori jangka pendek.
Dalam studi ini, anak-anak dan dewasa yang berkesulitan belajar dan anak-anak dan dewasa yang normal dibandingkan dalam beberapa tipe dari tugas memori kerja dan memori pendek. Dalam salah satu tugas memori kerja contohnya seseorang diberikan sebuah barisan kata-kata. Lalu ditanyakan kembali adakah kata tersebut dalam barisan kata-kata yang diberikan. Dan dipinta untuk mengingat kembali kata-kata tersebut dalam urutan yang benar.
Hasilnya menyatakan bahwa untuk seseorang yang berkesulitan belajar, memori kerjanya tersebut sangat penting untuk memprediksikan bacaan dan kemampuan matematika. Dengan kata lain seseorang yang berkesulitan belajar yang memiliki kemampuan yang baik dalam memori jangka pendek dan memori kerja. Akan menampakkan kemampuan yang baik pula pada kemampuan membaca dan kemampuan matematika.
Ada dua strategi yang digunakan untuk mengembangkan perkembangan kognitif. Kedua strategi tersebut biasa digunakan oleh anak yang tidak berkesulitan belajar. Strategi tersebut adalah pengulangan dan pengorganisasian. Seorang anak akan mudah terbantu dalam mengingat sekelompok kata jika kata-kata tersebut diulang-ulang. Dan memorinya akan lebih terbantu lagi jika anak mampu mengorganisasikan kata-kata tersebut menjadi beberapa kelompok. Anak berkesulitan belajar cenderung tidak menggunakan strategi mengulang atau menghafal dan mengorganisasikan materi yang harus diingat. Meskipun mereka dapat dilatih untuk hal tersebut, agar strategi ini menjadi kebiasaan dalam mengingat suatu materi yang dipelajari.





















BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Gangguan perkembangan motorik sering diperlihatkan dalam bentuk adanya gerakan melimpah kurang koordinasi dalam aktivitas motorik, kesulitan dalam koordinasi motorik halus, kekurangan dalam penghayatan tubuh, kekurangan pemahaman dalam hubungan keruangan atau arah, dan bingung. Dalam proses belajar motorik, beberapa saluran sensasi atau presepsi terintregasi satu sama lain dan terkait dengan aktivitas motorik. Dan dalam gangguan motorik juga dijelaskan dengan 3 teori nya yaitu : Teori pendidikan jasmani adaptif dan belajar motoric Cratty, Teori perseptual-motor Kephart, Teori sensori-Integrasi Ayres. 

Persepsi adalah batasan yang digunakan pada proses memahami dan menginterpretasikan informasi sensoris, atau kemampuan intelek untuk mencarikan makna dari data yang diterima oleh berbagai indra. Karena persepsi merupakan suatu ketrampilan yang dipelajari maka proses pengajaran dapat memberikan dampak langsung terhadap kecakapan perseptual. Dalam gangguang perkembangan persepsi juga dibahas dalam konsep modalitas-perseptual, sistem perseptual bermuatan lebih, dan juga beberapa jenis perseptuan yang menggambarkan tentang gangguan perkembangan perseptual.
Serta anak yang berkesulitan belajar memiliki beberapa hal yang ditandai dalam perkembangan kognitifnya. Anak kesulitan belajar memiliki gaya kognitif yang terikat atau ketergantungan pada lingkungan serta memiliki gaya kognitif yang impulsif. Artinya anak yang bertipe kognitif terikat pada lingkungan mudah terkocoh oleh informasi yang menyesatkan sehingga persepsinya tidak akurat. Dan anak kesulitan belajar memiki kemampuan kognitif yang lebih rendah dari anak yang normal. Sehingga memori jangka pendek dan memori kerjanya mempengaruhi kemampuannya dalam memprediksikan membaca dan matematika. Untuk menanggulangi hal tersebut diperlukan latihan yang intensif dengan guru yang tepat. Seperti latihan untuk memusatkan perhatian pada data perseptual esensial dan menghindari diri dari pengaruh data yang mengecoh, latihan merespons suatu persoalan dengan menggunakan waktu yang cukup dan cara yang hati-hati. Serta latihan mengulang dan mengorganisasikan untuk perkembangan kognitif anak kesulitan belajar.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar