Jumat, 30 November 2018

YOU

Masa lalumu tetap menjadi milik ku.

Dirimu yang dulu bukanlah urusan ku.
Kamu hidup entah dengan siapa,
Mempercayakan hatimu entah kepada siapa,
Berakhir buruk atau bahagia akupun tak tahu itu.

Yang ku tahu.

Saat kita dipertemukan takdir,
Aku hanya mendengar kisahmu dari mulutmu,
Aku tak ingin tahu lagi selain kamu yang sekarang telah bersama ku.




By:    Alepppp

SEMU

Kau izinkan ku berlabuh
Dengan penuh cinta aku kau sambut
Perlahan aku terjerat dalam indahnya rayumu
Tanpa sadar ku lepas semua yang ku miliki

Cinta inikah rayumu atau benar?

Semua mulai perlahan sirna saat kau tahu semua tentang ku
Kau anggap ku tak pernah ada
Tak  seperti saat pertama kau merasa

Tatap mu mulai kosong
Hati mu mulai dingin
Senyum mu mulai memudar

Tak lagi terlihat kau tertawa, terlebih bersama ku
Cinta kemanakah diri mu yang dulu
Yang selalu tersenyum tanpa malu



By: KopiSenja_626

KONSELING TRAUMATIK


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sepanjang sejarah kehidupan umat manusia dipermukaan bumi ini, seiring itu pula keberagaman persoalan muncul silih berganti seolah tidak pernah habis-habisnya, seperti konflik, kekerasan, pertumpahan darah, dsb. Itu belum lagi problematika alamiah seperti bencana alam; gempa bumi, tsunami, meletus gunung api, tanah longsor, banjir, badai topan, dsb. Keberagaman peristiwa dan pengalaman yang menakutkan tersebut, selain telah memporak-porandakan kondisi fisik lingkungan hidup, juga merusak ketahanan fungsi mental manusia yang mengalaminya, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam waktu yang singkat dan jangka panjang. Gambaran peristiwa dan pengalaman yang demikian dinamakan dengan trauma.
Berbedanya gejala trauma dalam realitas yang dihadapi manusia perlu ditangani secara bijak oleh para ahli atau masyarakat secara utuh. Karena itu dengan terdeteksinya gejala-gejala awal dari suatu peristiwa trauma, maka akan memudahkan kita dalam upaya pemberian bantuan (konseling) secara baik dan kontinyu. Dalam melakukan konseling traumatik, keberadaan konsep deteksi awal akan menjadi hal yang penting untuk dipahami dan diperhatikan oleh pemberi bantuan sehingga tergambar berbagai sifat atau jenis trauma yang diderita korban, seperti trauma ringan, sedang dan berat. Namun, tidak semua peristiwa atau pengalaman yang dialami manusia itu bermuara pada trauma. Biasanya kejadian dan pengalaman yang buruk, mengerikan, menakutkan atau mengancam keberadaan individu yang bersangkutan, maka kondisi ini akan berisiko memunculkan rasa trauma. Sementara, peristiwa dan pengalaman yang baik atau menyenangkan, orang tidak menganggap itu suatu kondisi yang trauma.
Kondisi trauma (traumatics) biasanya berawal dari keadaan stres yang mendalam dan berlanjut yang tidak dapat diatasi sendiri oleh individu yang mengalaminya. Stres adalah suatu respon/reaksi yang diterima individu dari rangsangan lingkungan sekitar, baik yang berupa keadaan, peristiwa maupun pengalaman–pengalaman, yang menjadi beban pikiran terus menerus dan pada akhirnya bermuara pada trauma. Untuk menanggulangi keberlanjutan trauma sejak kanak-kanak hingga dewasa, kiranya perlu segera dilakukan upaya deteksi dini. Bila keadaan trauma dalam jangka panjang, maka itu merupakan suatu akumulasi dari peristiwa atau pengalaman yang buruk dan memilukan. Dan, konsekuensinya adalah akan menjadi suatu beban psikologis yang amat berat dan mempersulit proses penyesuaian diri seseorang, akan menghambat perkembangan emosi dan sosial individu (anak) dalam berbagai aplikasi perilaku dan sikap, seperti dalam hal proses belajar mengajar (pendidikan) atau pemenuhan kebutuhan-kebutuhan individu (anak) lainnya secara luas.
Pengetahuan sekilas itu diharapkan akan menjadi rujukan kita untuk melakukan konseling pasca trauma. Penanganan kasus traumatik sangat berbeda dengan kasus-kasus penyakit fisik biasa atau soal kesulitan belajar individu (anak). Penanganan kasus traumatik sangat diperlukan sejumlah profesional (orang) yang berkualifikasi, terlatih, atau berkepribadian yang baik. Demikian juga dalam hal penerapan metode dan pendekatan, harus berorientasi pada budaya, tradisi, tata nilai dan moralitas sosial penderita traumatik.
B.     Identifikasi Masalah
1.      Apa pengertian dari konseling traumatik?
2.      Apa saja penyebab terjadinya konseling traumatik?
3.      Apa saja teknik yang dapat dilakukan dalam konseling traumatik?
4.      Apa saja keterampilanm dalam konseling traumatik?
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Konseling Traumatik
Konseling merupakan bantuan yg bersifat terapeutis yg diarahkan untuk mengubah sikap dan perilaku konseli, dilaksanakan face to face antara konseli dan konselor, melalui teknik wawancara dengan konseli sehingga dapat terentaskan permasalahan yang dialaminya.
Trauma adalah suatu kondisi emosional yang berkembang setelah suatu peristiwa trauma yang tidak mengenakkan, menyedihkan, menakutkan, mencemaskan dan menjengkelkan, seperti peristiwa : Pemerkosaan, pertempuran, kekerasan fisik, kecelakaan, bencana alam dan peristiwa-peristiwa tertentu yang membuat batin tertekan, misalnya konseli(siswa) yang tidak lulus Ujian Nasional
Trauma psikis terjadi ketika seseorang dihadapkan pada peristiwa yang menekan yang menyebabkan rasa tidak berdaya dan dirasakan mengancam. Reaksi umum terhadap kejadian dan pengalaman yg traumatis adalah berusaha menghalaukannya dari kesadaran,namun bayangan kejadian itu tidak bisa dikubur dalam memori.
Seiring dengan kejadian tersebut konselor sebagai pendidik pada jalur formal yg bertugas melakukan bimbingan dan konseling di Sekolah bertanggung jawab untuk dapat membantu peserta didik/ masyarakat/ individu yg mengalami peristiwa trauma sehingga dapat keluar dari peristiwa trauma.
Konseling traumatik yaitu konseling yang diselenggarakan dalam rangka membantu konseli yang mengalami peristiwa traumatik, agar konseli dapat keluar dari peristiwa traumatik yang pernah dialaminya dan dapat mengambil hikmah dari peristiwa trauma tersebut.
Konseling traumatik merupakan kebutuhan mendesak untuk membantu para korban mengatasi beban psikologis yang diderita akibat bencana gempa dan Tsunami. Guncangan psikologis yang dahsyat akibat kehilangan orang-orang yang dicintai, kehilangan sanak keluarga, dan kehilangan pekerjaan, bisa memengaruhi kestabilan emosi para korban gempa. Mereka yang tidak kuat mentalnya dan tidak tabah dalam menghadapi petaka, bisa mengalami guncangan jiwa yang dahsyat dan berujung pada stres berat yang sewaktu-waktu bisa menjadikan mereka lupa ingatan atau gila.
Konseling traumatik dapat membantu para korban bencana menata kestabilan emosinya sehingga mereka bisa menerima kenyataan hidup sebagaimana adanya meskipun dalam kondisi yang sulit. Konseling traumatik juga sangat bermanfaat untuk membantu para korban untuk lebih mampu mengelola emosinya secara benar dan berpikir realistik.

B.     Penyebab Terjadinya Trauma
Secara umum, kondisi trauma yang dialami individu (anak) disebabkan oleh berbagai situasi dan kondisi, di antaranya:
  1. Peristiwa atau kejadian alamiah (bencana alam), seperti gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsor, angin topan, dsb.
  2. Pengalaman dikehidupan sosial ini (psiko-sosial), seperti pola asuh yang salah, ketidak adilan, penyiksaan (secara fisik atau psikis), teror, kekerasan, perang, dsb.
  3. Pengalaman langsung atau tidak langsung, seperti melihat sendiri, mengalami sendiri (langsung) dan pengalaman orang lain (tidak langsung), dsb.

C.    Teknik-Teknik dalam Konseling Trauma
Peristiwa trauma psikologis yang pernah dialami seseorang tidak boleh dibiarkan begitu saja. Kondisi semacam ini perlu diatasi denan tiga tahapan untuk membantu memperbaiki kondisi psikis seorang individu. Berikut ini tahapan mengatasi trauma psikologis antara lain:
a.       Stabilisasi
Tahapan pertama dalam upaya mengatasi trauma psikolgogis yang dialami adalah dengan menciptakan rasa aman bagi individu. Dengan rasa aman individu akan mulai merasa nyaman dan tidak lagi tertekan dan ketakutan akan bayangan trauma yang pernah dialami.
b.      Berbagi Cerita
Selanjutnya setelah merasa nyaman dan aman, individu akan bisa mendengar pertanyaan seorang psikiater atau keluarga untuk menceritakan peristiwa yang mengakibatkan dirinya mengalami semacam trauma psikologis.
c.       Membangun Kepercayaan
Tahapan ketiga setelah bercerita maka psikiater atau keluarga mulai tahu awal peristiwa tersebut. Disinilah diperlukan kembali membangun kepercayaan diri individu bahwa dirinya sangat berarti untuk semua orang. Ajak juga individu untuk bisa menerima peristiwa traumanya itu dengan hati lapang tanpa perlu merasakan trauma lagi.
Itulah beberapa tahapan-tahapan yang akan dilakukan sebagai upaya untuk membantu seorang individu dalam mengatasi trauma masa lalu yang dialaminya. dan itulah jenis – jenis trauma psikologis lengkap dengan penyebab dan cara mengatasinya.
D.    Keterampilan dalam Konseling Trauma
1. Emotional Freedom Technique (EFT)
Konseling berguna untuk memunculkan insight yang seharusnya ditindak lanjuti dengan perilaku coping permasalahannya trauma jika klien berhasil melakukannya namun hal ini membutuhkan beberapa sesi dan kemauan klien untuk mengungkapkan apa yang dirasakan sehingga ketika menghadapi trauma dengan perasaan emosionalnya maka perlu tahap relaksasi dan pada program ini menggunakan teknik khusus yang disebut EFT
EFT merupakan teknik akupuntur versi emosional. Berbeda dengan teknik akupuntur pada umumnya yang menggunakan jarum, EFT menggunakan tapping (ketukan ringan) dengan jari di 18 titik meredian tubuh untuk mengatasi hampir semua hambatan emosi dan fisik. Delapan belas saja? Ya, memang hanya ada 18 titik yang perlu pelajari dalam EFT. Anda tidak perlu mempelajari 300 titik akupuntur yang menggunakan jarum. Teknik ini sangat mudah dipelajari dan dapat diterapkan di mana saja, untuk siapa saja.
Ketika seseorang mengalami hambatan emosional seperti marah, kecewa, sedih, cemas, stress, trauma dsb., aliran energi di dalam tubuh yang melalui titik meredian tubuh akan terganggu. Dan untuk menghilangkan hambatan-hambatan emosi di atas, kita perlu memperbaiki gangguan aliran di titik meredian dengan cara mengetukkan jari dengan cara tertentu sesuai teknik EFT.
Untuk melakukan ketukan pada 18 titik meredian tubuh hanya memerlukan 4 prosedur yang sederhana dan mudah diingat, yang dinamakan resep dasar (basic recipe). Prosedur ini dapat digunakan untuk mengatasi hampir semua masalah emosi negatif dan fisik.
Menurut psikolog Charles Figley, Ph.D., pendiri Green Cross pada tahun 1995 dan juga tokoh ternama dalam bidang terapi trauma, mengatakan “Energy Psychology semakin terbukti sebagai salah satu intervensi psikologis yang terampuh bagi para tenaga ahli yang membantu korban bencana, maupun bagi tenaga ahli itu sendiri.” Begitu emosi negatif sudah dapat dihilangkan dengan EFT, maka masalah-masalah fisik mulai hilang dengan sendirinya seperti amnesia disosiatif, dan imsonia yang mengiringi stress traumatik.




2. Cognitive Behavior Therapy

CBT digunakan ketika ada distorsi kognitif dan perilaku penghindaran. CBT dilakukan dengan restrukturisasi kognitif dan exposure. Klien dengan stress trauma yang memiliki keyakinan negatif menggunakan Eye Movement Desensitization and Reprocessing (EMDR). Selanjutnya setelah secara kognitif tidak ada lagi distorsi kognitif dilanjutkan dengan exposure. Dalam hal ini melibatkan dukungan sosialnya yaitu teman atau relasi terdekat untuk mendampinginya selama proses tersebut.

3.      Telenursing

Setelah EFT dan rangkaian konseling telah dilakukan, maka masuk pada reentry phase untuk mengetahui keberhasilan penanganan dengan melihat proses kognitif, emosional dan kemampuan untuk membuat keputusan sendiri, bertumbuh, berubah dan memiliki arahan-arahan baru dalam hidupnya. Maka dibutuhkan suatu media  untuk proses penanganan aspek psikologis traumatik yang tidak singkat melainkan merupakan proses yang relatif panjang. Sehingga perlu dirancang sebuah strategi penanganan traumatik untuk mengatasi masalah psikologis yang berkelanjutan dengan menggunakan suatu sistem teknologi modern.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat dalam bidang pendidikan dan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan telah mendorong terciptanya suatu model pelayanan keperawatan jarak jauh yang lebih dikenal dengan nama telenursing. Telenursing berarti pemberian perawatan secara berkelajutan untuk klien dan biasanya pada mereka dalam kondisi kronik (Hardin, 2001). Telenursing meliputi pengumpulan data klinik pasien dan penggunaan video-imaging untuk memberikan perawatan berkelanjutan dan edukasi pada klien.
Sistem ini memungkinkan perawat memberikan informasi dan waktu secara akurat dan dukungan secara online. Perawatan yang berkelanjutan dapat ditingkatkan dengan memberikan harapan melalui kontak dengan frekuensi yang sering antara pemberi asuhan perawatan dengan klien.\
Menurut penelitian yang dilakukan Bohnenkam, et al (2002), bahwa pasien yang menerima perawatan dengan menggunakan telenursing mengatakan bahwa pengetahuan mereka meningkat dan merasa lebih nyaman dengan yang disarankan oleh perawat. Selain itu pengunaan system ini lebih mudah di akses dan mereka umumnya lebih menyukai telenursingdaripada harus menunggu untuk kunjungan face to face. Tetapi mereka masih percaya bahwa face to face adalah yang terbaik
Dengan menggunakan media ini akan terkontrol kondisi klien pasca penanganan walaupun jarak jauh namun tetap terkontrol hasilnya dengan media internet namun tetap sesuai prosedur.












BAB III
PENUTUP
A.      Simpulan
Konseling traumatik adalah upaya klien dapat memahami diri sehubungan dengan masalah trauma yang dialaminya. Yang berusaha untuk mengatasinya sebaik mungkin.  Konseling traumatik  berbeda dengan konseling biasa, yaitu perbedaanya terletak pada waktu, fokus, aktifitas, dan tujuan.

B.       Kritik dan Saran
Jika dalam penulisan ini terdapat banyak kekurangan seperti penulisan huruf atau ejaan dan sebagainya saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat positif dan membangun karena pengetahun saya sebagai penulis masih kurang dan juga masih dalam pembelajaran



















DAFTAR PUSTAKA



Artikel - Memahami Trauma dan Penyebabnya





KONSELING POPULASI KHUSUS, ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK), BIDAN


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Setiap anak memilki anugrah tersendiri yang diberikan dari sang maha pencipta kepadanya melalui berbagai cara salah satunya adalah sperti anak yang berbakat. Anugrah yang diberikan bukan hanya saja berupa keblebihan namun erkadang kekuranganpun termasuk anugrah dari tuhan yang diberikan kepada umatnya. Setiap kelebihan dan kekurangan pada manusia pada dasarnya harus di syukuri dan cara yang mensyukuri yang paling baik adalah dengan mengembangkan kekurangan menjadi suatu kelebihan dan menjadikan kelebihan sebagai sebagai perantara untuk membantu orang lain dalam hal kebaikan.
Dalam makalah ini akan dibahasa bagaimana cara menangani anak yang berbakat, oleh karena itu mengapa anak berbakat masuk kedalam kategori anak berkebutuhan khusus karena pada dasarnya anak berbakat itu anak yang memilki perbedaan dengan anak yang lainnya sehingga perlu mendapatkan penanganan atau wadah untuk menampung anak berbakat tersebut.
Keberbakatan hingga kini masih menjadi wacana yang sangat menarik, baik bagi yang terlibat langsung dengan persoalan keberbakatan maupun yang tidak. Bahkan menjadi lebih menarik lagi, karena banyak terjadi miskonsepsi terhadap keberbakatan. Secara umum “Keberbakatan dapat diartikan sebagai kemampuan unggul yang memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungan dengan tingkat prestasi dan kreativitas yang sangat tinggi.”
Dari peranyataan tersebut dapat dipahami bahwa pertama, keberbakatan merupakan suatu kualitas yang dibawa sejak lahir (dengan kata lain keberbakatan itu bersifat alamiah), dan kedua, bahwa lingkungan keberbakatan adalah arena di mana anak berbakat memainkan peran didalamnya). Karena itulah dapat dikatakan bahwa tingkat prestasi dan kreativitas yang tinggi dihasilkan dari interaksi yang terus menerus dan fungsional antara kemampuan dan karakteristik yang dibawa seseorang dari lahir dan yang diperoleh selama dalam kehidupannya.
Perhatian terhadap pendidikan anak berbakat sebenarnya sudah dikenal sejak 2000 tahun yang lalu. Misalnya, Plato pernah menyerukan agar anak-anak berbakat dikumpulkan dan dididik secara khusus karena mereka ini diharapkan bakal menjadi pemimpin negara dalam segala bidang pemerintahan. Oleh karena itu, mereka dibekali ilmu pengetahuan yang dapat menunjang tugas mereka (Rohman Natawijaya, 1979).
Demikian pula di Indonesia, kehadiran mereka sudah dikenal sejak dulu. Banyak sekolah yang menerapkan sistem loncat kelas atau dapat naik ke kelas berikutnya lebih cepat meskipun waktu kenaikan kelas belum saatnya. Perhatian yang lebih serius dan formal tersurat dalam UUSPN No. 2 Tahun 1989 bahwa peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa berhak memperoleh pendidikan khusus untuk mengembangkan potensi anak-anak tersebut secara optimal.
Anak berbakat tidak mengalami kecacatan, seperti anak tunanetra, tunarungu, dan tunagrahita. Walaupun diantara anak berbakat ada yang menyandang kelainan, tetapi kelainan itu bukan pada terhambatnya kecerdasan. Agar anak berbakat yang mempunyai potensi unggul tersebut dapat mengembangkan potensinya dibutuhkan program dan layanan pendidikan secara khusus. Mereka lahir dengan membawa potensi luar biasa yang berarti telah membawa kebermaknaan hidup. Oleh karena itu, tugas pendidikan adalah  mengembangkan kebermaknaan tersebut secara optimal sehingga mereka dapat berkiprah dalam memajukan bangsa dan negara.






BAB II
LANDASAN TEORI

A.        PENGERTIAN ANAK BERBAKAT DAN BERKEBUTUHAN KHUSUS
Anak yang memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa (gifted) adalah anak yang secara significant memiliki mempunyai IQ 140 atau lebih, potensi diatas rata-rata dalam bidang kemampuan umum, akademik khusus, kreativitas, kepemimpinan, seni dan/atau olahraga. Anak berkebutuhan khusus gifted (Heward) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.
Banyak istilah yang dapat dipakai untuk menyebut anak berbakat, diantaranya: anak unggul, anak berkemampuan istimewa, anak superior, anak genius, dan masih banyak lagi sebutan lainnya. Secara konseptual pengertian anak berbakat juga berkembang dari tahun ke tahun. Pertama, anak berbakat adalah anak yang ditunjukkan dengan kemampuan tingkat kecerdasaan atau kemampuan umum (g factor) di atas rata-rata. Konsep ini diperkuat dengan teori faktor, bahwa kemampuan individu dapat dikatagorikan menjadi dua, yaitu kemampuan khusus (s factor) dan kemampuan umum (g factor).
Berdasarkan konsep ini Komisi Pendidikan AS, Sidney P. Marland (1972) menetapkan definisi anak berbakat sebagai "Gifted and talented children are those identified by professionally qualified persons who by virtue of outstanding abilities are capable of high performance. These are children who require differentiated educational programs and/or services beyond those normally provided by the regular school program in order to realize their contribution to self and society" Artinya kurang lebih: “Anak berbakat adalah anak yang diidentifikasi oleh orang-orang yang berkualifikasi profesional sebagai anak yang memiliki kemampuan luar biasa. Mereka menghendaki program pendidikan yang sesuai atau layanan melebihi sebagaimana diberikan secara normal oleh program sekolah regular, sehingga dapat merealisasikan kontribusi secara bermakna bagi diri dan masyarakatnya.
Kemampuan anak dengan kinerja tinggi yang dapat merupakan prestasi dan atau kemampuan potensial dalam beberapa bidang, baik yang sifatnya kemampuan tunggal maupun kemampuan jamak, atau kombinasi di antara bidang-bidang itu di antaranya: kemampuan intelektual umum, bakat akademik spesifik, kemampuan produktif atau kreatif, kemampuan kepemimpinan, kemampuan bidang seni visual dan pertunjukan, dan kemampuan motorik. Dengan menggunakan definisi keberbakatan yang lebih luas, suatu sistem sekolah diharapkan mampu mengidentifikasi 10% s.d. 15% atau lebih dari populasi dapat disebut anak berbakat. Untuk memahami definisi tersebut di atas secara lebih mendalam, maka dipandang perlu melakukan deskripsi masing-masing bidang keberbakatan.

Definisi Anak Berkebutuhan Khusus
Anak dengan kebutuhan khusus (special needs children) dapat diartikan secara simpel sebagai anak yang lambat (slow) atau mengalami gangguan (retarded) yang tidak akan pernah berhasil di sekolah sebagaimana anak-anak pada umumnya.
Banyak istilah yang dipergunakan sebagai variasi dari kebutuhan khusus, seperti disability, impairment,dan handicaped. Menurut World Health Organization (WHO), definisi masing-masing istilah adalah sebagai berikut:
1.                  Impairment: merupakan suatu keadaan atau kondisi di mana individu mengalami kehilangan atau abnormalitas psikologis, fisiologis atau fungsi struktur anatomis secara umum pada tingkat organ tubuh. Contoh seseorang yang mengalami amputasi satu kakinya, maka dia mengalami kecacatan kaki.
2.                  Disability: merupakan suatu keadaan di mana individu mengalami kekurangmampuan yang dimungkinkan karena adanya keadaan impairment seperti kecacatan pada organ tubuh. Contoh pada orang yang cacat kakinya, maka dia akan merasakan berkurangnya fungsi kaki untuk melakukan mobilitas.
3.                  Handicaped: merupakan ketidak beruntungan individu yang dihasilkan dari impairment atau disabilityyang membatasi atau menghambat pemenuhan peran yang normal pada individu. Handicaped juga bisa diartikan  suatu keadaan di mana individu mengalami ketidakmampuan dalam bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan. Hal ini dimungkinkan karena adanya kelainan dan berkurangnya fungsi organ individu. Contoh orang yang mengalami amputasi kaki sehingga untuk aktivitas mobilitas atau berinteraksi dengan lingkungannya dia memerlukan kursi roda.
Termasuk anak-anak berkebutuhan khusus yang sifatnya temporer di antaranya adalah anak-anak penyandang post traumatic syndrome disorder (PTSD) akibat bencana alam, perang, atau kerusuhan, anak-anak yang kurang gizi, lahir prematur, anak yang lahir dari keluarga miskin, anak-anak yang mengalami depresi karena perlakukan kasar, anak-anak korban kekerasan, anak yang kesulitan konsentrasi karena sering diperlakukan dengan kasar, anak yang tidak bisa membaca karena kekeliruan guru mengajar, anak berpenyakit kronis, dan sebagainya.
Menurut Heward anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. Anak berkebutuan khusus biasanya bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai dengan kekhususannya masing-masing. SLB bagian A untuk tunanetra, SLB bagian B untuk tunarungu, SLB bagian C untuk tunagrahita, SLB bagian D untuk tunadaksa, SLB bagian E untuk tunalaras dan SLB bagian G untuk cacat ganda.
Anak berkebutuhan khusus (ABK) agak berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Anak berkebutuhan khusus berproses dan tumbuh, tidak dengan modal fisik yang wajar, karenanya sangat wajar jika mereka terkadang cenderung memiliki sikap defensif (menghindar), rendah diri, atau mungkin agresif, dan memiliki semangat belajar yang lemah.
Anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah definisi yang sangat luas, mencakup anak-anak yang memiliki cacat fisik, atau kemampuan IQ rendah, serta anak dengan permasalahan sangat kompleks, sehingga fungsi-fungsi kognitifnya mengalami gangguan.
            Ada beberapa istilah yang digunakan untuk menunjukkan keadaan anak berkebutuhan khusus. Istilah anak berkebutuhan khusus merupakan istilah terbaru yang digunakan, dan merupakan terjemahan dari children with special needs yang telah digunakan secara luas di dunia internasional, ada beberapa istilah lain yang pernah digunakan diantaranya anak cacat, anak tuna, anak berkelainan, anak menyimpang, dan anak luar biasa, ada satu istilah yang berkembang secara luas telah digunakan yaitu difabel, sebenarnya merupakan kependekan dari diference ability.
            Anak-anak berkebutuhan khusus, adalah anak-anak yang memiliki keunikan tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan mereka dari anak-anak normal pada umumnya.
The National Information Center for Children and Youth with Disabilities (NICHCY) mengemukakan bahwa “children with special needs or special needs children refer to children who have disabilities or who are at risk of developing disabilities”.
Hal senada juga diajukan oleh Behr dan Gallagher (Fallen dan Umansky, 1985:13) yang mengusulkan perlunya definisi yang lebih fleksibel dalam mendefinisikan anak-anak berkebutuhan khusus. Artinya, tidak hanya meliputi anak-anak berkelainan (handicapped children) sebagaimana dirumuskan dalam P.L 94-142, tetapi juga mereka yang termasuk anak-anak memiliki faktor resiko. Dijelaskan lebih lanjut bahwa dengan definisi yang lebih fleksibel, akan memberikan keuntungan bahwa hambatan yang lebih serius dapat dicegah melalui pelayanan anak pada usia dini. Sekalipun demikian, dalam pembahasan ini lebih memfokuskan kepada anak-anak yang termasuk dalam kategori anak cacat atau berkelainan.
Perubahan terminologi atau istilah anak berkebutuhan khusus dari istilah anak luar biasa tidak lepas dari dinamika perubahan kehidupan masyarakat yang berkembang saat ini, yang melihat persoalan pendidikan anak penyandang cacat dari sudut pandang yang lebih bersifat humanis dan holistik, dengan penghargaan tinggi terhadap perbedaan individu dan penempatan kebutuhan anak sebagai pusat perhatian, yang kemudian telah mendorong lahirnya paradigma baru dalam dunia pendidikan anak penyandang cacat dari special education ke special needs education. Implikasinya, perubahan tersebut juga harus diikuti dengan perubahan dalam cara pandang terhadap anak penyandang cacat yang tidak lagi menempatkan kecacatan sebagai focus perhatian tetapi kepada kebutuhan khusus yang harus dipenuhinya dalam rangka mencapai perkembangan optimal. Dengan demikian, layanan pendidikan tidak lagi didasarkan atas label kecacatan anak, akan tetapi harus didasarkan pada hambatan belajar dan kebutuhan setiap individu anak atau lebih menonjolkan anak sebagai individu yang memiliki kebutuhan yang berbeda-beda.
Ada beberapa istilah yang sering digunakan untuk memahami anak berkebutuhan khusus yaitu impairment yang berarti cacat, disability di mana seseorang mengalami hambatan karena berkurangnya fungsi suatu organ yang dimungkinkan karena kondisi cacat, dan handicapped,merupakan keadaan seseorang yang mengalami hambatan dalam komunikasi dan sosialisasi dengan lingkungan. Kondisi handicapped inilah yang merupakan berkebutuhan khusus, karena untuk bersosialisasi dengan lingkungan termasuk pendidikan dan pengajaran memerlukan perlakuan khusus.



B. JENIS-JENIS ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
1. Kelainan Mental terdiri dari:
a. Mental Tinggi
Sering dikenal dengan anak berbakatintelektual, di mana selain memiliki kemampuan intelektual di atas rerata normal yang signifikan juga memiliki kreativitas dan tanggung jawab terhadap tugas.
b. Mental Rendah
Kemampuan mental rendah atau kapasitas intelektual (IQ) di bawah rerata dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu anak lamban belajar (slow learners) yaitu anak yang memilki IQ antara 70 – 90. Sedangkan anak yang memiliki IQ di bawah 70 dikenal dengan anak berkebutuhan khusus.
c. Berkesulitan Belajar Spesifik
Berkesulitan belajar berkaitan dengan prestasi belajar (achivement) yang diperoleh siswa. Anak berkesulitan belajar spesifik adalah anak yang memiliki kapasitas intelektual normal ke atas tetapi memiliki prestasi belajar rendah pada bidang akademik tertentu.
2. Kelainan Fisik meliputi:
a. Kelainan Tubuh (Tunadaksa)
Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk celebral palsy (kelayuhan otak ), amputasi (kehilangan organ tubuh), polio, dan lumpuh.
Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang yaitu memilki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik, berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik.


b. Kelainan Indera Penglihatan (Tunanetra)
Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. Tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total (blind) dan low vision.
Definisi tunanetra menurut Kaufman & Hallahan adalah individu yang memiliki lemah penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari 6/60 setelah dikoreksi atau tidak lagi memiliki penglihatan. Karena tunanetra memiliki keterbataan dalam indra penglihatan maka proses pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain yaitu indra peraba dan indra pendengaran. Oleh karena itu prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan pengajaran kepada individu tunanetra adalah media yang digunakan harus bersifat taktual dan bersuara, contohnya adalah penggunaantulisan braille, gambar timbul, benda model dan benda nyata. sedangkan media yang bersuara adalahtape recorder dan peranti lunak JAWS.
Untuk membantu tunanetra beraktivitas di sekolah luar biasa mereka belajar mengenai orientasi dan mobilitas. Orientasi dan Mobilitas diantaranya mempelajari bagaimana tunanetra mengetahui tempat dan arah serta bagaimana menggunakan tongkat putih (tongkat khusus tunanetra yang terbuat dari alumunium)
c. Kelainan Pendengaran (Tunarungu)
Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat gangguan pendengaran adalah:
1.              Gangguan pendengaran sangat ringan(27-40dB)
2.              Gangguan pendengaran ringan(41-55dB)
3.              Gangguan pendengaran sedang(56-70dB)
4.              Gangguan pendengaran berat(71-90dB)
5.              Gangguan pendengaran ekstrim/tuli(di atas 91dB)
Karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Cara berkomunikasi dengan individu menggunakan bahasa isyarat, untuk abjad jari telah dipatenkan secara internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda-beda di setiap negara. saat ini dibeberapa sekolah sedang dikembangkankomunikasi total yaitu cara berkomunikasi dengan melibatkan bahasa verbal, bahasa isyarat dan bahasa tubuh. Individu tunarungu cenderung kesulitan dalam memahami konsep dari sesuatu yang abstrak.
Kelainan pendengaran dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu tuli (deaf) dan kurang dengar (hard of hearing).
d. Kelainan Bicara (Tunawicara)
Seseorang yang mengalami kesulitan dalam mengungkapkan pikiran melalui bahasa verbal, sehingga sulit bahkan tidak dapat dimengerti orang lain. Kelainan bicara ini dapat bersifat fungsional di mana mungkin disebabkan karena ketunarunguan, dan organik yang memang disebabkan adanya ketidaksempurnaan organ bicara maupun adanya gangguan pada organ motoris yang berkaitan dengan bicara.
3. Kelainan Emosi

Gangguan emosi merupakan masalah psikologis, dan hanya dapat dilihat dari indikasi perilaku yang tampak pada individu. Adapun klasifikasi gangguan emosi meliputi:
a.                   Gangguan Perilaku
         Mengganggu di kelas
         Tidak sabaran-terlalu cepat bereaksi
         Tidak menghargai-menentang
         Menyalahkan orang lain
         Kecemasan terhadap prestasi di sekolah
         Dependen terhadap orang lain
         Pemahaman yang lemah
         Reaksi yang tidak sesuai
         Melamun, tidak ada perhatian, dan menarik diri

b.                  Gangguan Konsentrasi (ADD/Attention Deficit Disorder)
Enam atau lebih gejala inattention, berlangsung paling sedikit 6 bulan, ketidakmampuan untuk beradaptasi, dan tingkat perkembangannya tidak konsisten. Gejala-gejala inattention tersebut antara lain:
         Sering gagal untuk memperhatikan secara detail, atau sering membuat kesalahan dalam pekerjaan sekolah atau aktivitas yang lain.
         Sering kesulitan untuk memperhatikan tugas-tugas atau aktivitas permainan
         Sering tidak mendengarkan ketika orang lain berbicara
         Sering tidak mengikuti intruksi untuk menyelesaikan pekerjaan sekolah
         Kesulitan untuk mengorganisir tugas-tugas dan aktivitas-aktivitas
         Tidak menyukai pekerjaan rumah dan pekerjaan sekolah
         Sering tidak membawa peralatan sekolah seperti pensil, buku, dan sebagainya
         Sering mudah beralih pada stimulus luar
         Mudah melupakan terhadap aktivitas sehari-hari
c.                   Gangguan Hiperaktive (ADHD/Attention Deficit Hiperactivity Disorder)
         Perilaku tidak bisa diam
         Ketidakmampuan untuk memberi perhatian yang cukup lama
         Hiperaktivitas
         Aktivitas motorik yang tinggi
         Mudah buyarnya perhatian
         Canggung
         Infeksibilitas
         Toleransi yang rendah terhadap frustasi
         Berbuat tanpa dipikir akibatnya
    KLASIFIKASI ANAK BERBAKAT
Anak yang mempunyai kecerdasan di atas rata-rata dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, seperti dikemukakan oleh Sutratinah Tirtonegoro (1984; 29) yaitu; Superior, Gifted dan Genius. Ketiga kelompok anak tersebut memiliki peringkat ketinggian intellegnsi yang berbeda.
1.      Genius
Genius ialah anak yang memiliki kecerdasan luar biasa, sehingga dapat menciptakan sesuatu yang sangat tinggi nilainya. Intelligence Quotien-nya (IQ) berkisar antara 140 sampai 200. Anak genius memiliki sifat-sifat positif sebagai berikut; daya abstraksinya baik sekali, mempunyai banyak ide, sangat kritis, sangat kreatif, suka menganalisis, dan sebagainya. Di samping memiliki sifat-sifat positif juga memiliki sifat negatif, diantaranya; cenderung hanya mementingkan dirinya sendiri (egois), temperamennya tinggi sehingga cepat bereaksi (emosional), tidak mudah bergaul, senang menyendiri karena sibuk melakukan penelitian, dan tidak mudah menerima pendapat orang lain.

2.      Gifted
Anak ini disebut juga gifted and talented adalah anak yang tingkat kecerdasannya (IQ) antara 125 sampai dengan 140. Di samping memiliki IQ tinggi, juga bakatnya yang sangat menonjol, seperti ; bakat seni musik, drama, dan ahli dalam memimpin masyarakat. Anak gifted diantaranya memiliki karakteristik; mempunyai perhatian terhadap sains, serba ingin tahu, imajinasinya kuat, senang membaca, dan senang akan koleksi.

3.      Superior
Anak superior tingkat kecerdasannya berkisar antara 110 sampai dengan 125 sehingga prestasi belajarnya cukup tinggi. Anak superior memiliki karakteristik sebagai berikut; dapat berbicara lebih dini, dapat membaca lebih awal, dapat mengerjakan pekerjaan sekolah dengan mudah dan dapat perhatian dari teman-temannya.

C.     KARAKTERISTIK ANAK BERBAKAT
Bila dikaitkan dengan definisi Renzulli, maka karakteristik Anak Berbakat, diantaranya sebagai berikut:
1.      Menunjukkan kemampuan di atas rata-rata, terutama di bidang:
a.       Kemampuan Umum
         Tingkat berpikir abstrak yang tinggi, penalaran verbal dan numerikal, hubungan spasial, ingatan, kelancaran kata.
         Adaptasi terhadap dan pembentukan situasi baru dalam lingkungan eksternal.
         Automatisasi pemrosesan informasi.
b.      Kemampuan Khusus:
         Aplikasi berbagai kombinasi kemampuan umum di atas terhadap bidang-bidang yang lebih spesifik (misalnya Matematika, Sain, Seni, kepemimpinan)
         Kemampuan memperoleh dan membuat penggunaan yang tepat sejumlah pengetahuan formal, teknik, dan strategi di dalam menyelesaikan masalah-masalah tertentu.
         Kemampuan untuk memilih informasi yang relevan dan tak relevan dengan problem atau bidang studi tertentu

2.      Menunjukkan Komitmen yang terhadap tugas, yang diindikasikan dengan:
a.       Kemampuan yang tinggi terhadap minat, antusiasme, dan keterlibatan dengan suatu problem atau bidang tertentu.
b.      Ketekunan, daya tahan, ketetapan hati, kerja keras, dan pengabdian.
c.       Kepercayaan diri, adanya keyakinan mampu melaksanakan pekerjaan yang penting, bebas dari perasaan inferior, keinginan yang kuat untuk berprestasi.
d.      Kemampuan mengidentifikasi masalah-masalah di bidang-bidang tertentu.
e.       Menetapkan standar yang tinggi terhadap pekerjaan; memelihara keterbukaan diri dan kritik eksternal; mengembangkan rasa estetis, kualitas dan keunggulan tentang pekerjaannya sendiri dan pekerjaan orang lain.

3.      Menunjukkan kreativitas yang tinggi, yang diindikasikan dengan:
a.       Kelancaran, keluwesan, dan keaslian dalam berpikir.
b.      Keterbukaan terhadap pengalaman; Reseptif terhadap apa yang baru dan berbeda dalam pikiran, tindakan, dan produk dirinya sendiri dan orang lain.
c.       Ingin tahu, spekulatif, dan berpetualangan, keinginan untuk menghadapi resiko baik dalam pikiran maupun tindakan.
d.      Sensitif terhadap karakteristik ide dan sesuatu yang rinci dan estetik; keinginan untuk bertindak dan bereaksi terhadap stimulasi elsternal, ide-ide dan perasaannya sendiri.
e.       Sikap berani mengambil langkah atau keputusan menurut orang awam berisiko tinggi.
Selain daripada itu perlu dipahami bahwa di balik karakteristik AB, ada perilaku positif dan negatif yang muncul, sebagaimana yang dinyatakan oleh Little (2003), pada Tabel 1.
Tabel 1
Karakteristik AB Dan Konsekuensi Perilakunya
Karakteristik
Perilaku Positif
Perilaku Negatif
Belajar dengan cepat dan mudah
Mengingat dan menguasai fakta-fakta dasar secara cepat.
Mudah bosan, suka mengganggu anak lain
Membaca secara intensif
Membaca banyak buku dan menggunakan perpustakaan sendiri
Menolak tanggungjawab orang lain
Perbendaharaan kata sangat maju
Mengkomunikasikan ide-idenya baik sekali
Menimbulkan kemarahan
Tetap menjaga banyak informasi
Siap mengingat dan merespon
Memonopoli diskusi
Rentang perhatiannya sangat lama
Komitmen tinggi terhadap tugas atau proyek
Bertahan dengan kegiatan rutin kelas, tidak suka diganggu
Memiliki keingintahuan yang tinggi, punya banyak minat
Suka bertanya dan puas dengan ide-idenya
Gampang marah
Bekerja mandiri
Menciptakan dan menemukan diluar tugas yang diberikan
Menolak kerja dengan orang lain
Cermat dan jeli dalam mengamati sesuatu
Mengenal masalah
Mengoreksi orang dewasa secara kurang respon
Memiliki rasa humor
Mampu mentertawakan dirinya sendiri
Membuat joke yang kejam atau trick terhadap orang lain
Memahami dan mengenal hubungan
Mampu memecahkan problem-problem sosial
Melakukan intervensi orang lain
Prestasi akademik tinggi
Mengerjakan tugas sekolah dengan baik
Sombong, tidak sabar terhadap orang lain
Lancar dalam ekspresi verbal
Kuat dibidang verbal dan angka-angka, mengarahkan teman sebaya dengan cara yang positif
Mengarahkan teman sebaya dengan cara-cara yang negative
Individualistik
Memiliki teman sedikit, memiliki rasa keunikan sendiri
Bertahan terhadap apa yang diyakini
Memiliki dorongan diri yang kuat
Menghendaki arah dan bantuan guru yang minimal
Agresif dan menantang orang lain

KARAKTERISTIK ABK
Seringkali kita mendengar istilah “ABK” atau “Anak berkebutuhan khusus”. Dimana anak tersebut dikategorikan sebagai anak-anak istimewa yang berbeda dengan anak pada umumnya. Menurut Mulyono (ahli anak) ia menyatakan bahwa anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah seorang anak yang masuk dan tergolong cacat atau yang menyandang ketunaan. Dalam perkembangannya sekarang ini anak ketunaan berubah menjadi bekelainan luar biasa atau berkebutuhan khusus. Namun dalam golongannya, ada beberapa tingkatan yang bisa anda mengerti.
1. Sulit Komunikasi
Ketika ada anak mengalami maka perilaku beradaptasi akan mengalami gangguan terutama ketika mereka berkomunikasi. Dimana ABK seringkali memiliki hambatan berbicara dan sulit bicara meskipun usianya sudah dewasa. Ucapan dan pilihan kata mereka pun yang sering didengar saja bukan dan bukan menggunakan kata yang tepat.
Komunikasi memang masalah banyak orang, bahkan ketika manusia mendapatkan masalah maka komunkasi adalah hal pertama yang mudah terganggu. Untuk itu komunikasi bisa jadi alt jitu mendeteksi apakah anak anda ABK atau tidak.
2. Kesulitan Belajar
Anak dengan kesulitan belajar merupakan individu yang memiliki gangguan pada satu atau lebih kemampuan dasar psikologis. Tak hanya itu biasanya gelombang otaknya juga terganggu sehingga menyebabkan anak tersebut mengalami IQ yang hanya rata-rata ataupun diatas rata-rata sedikit. Biasanya ABK dikategorikan sedang, berat atau ringan dari IQ yang dimilikinya.
3. Kelainan Fisik
Secara fisik dan medis, umunya beberapa ada kondisi fisik dan medis yang sangat berbeda dengan anak kebanyakan. Misalnya jika ia mengalami kebutuhan khusus maka ia akan mengalami komplikasi dengan bagian organ tubuh lainnya. Hal ini seringkali terjadi, mengingat anak-anak tersebut sering terjadi karena kurang sempurnya pembelahan ketika kehamilan. Kelainan fisik bisa cacat fisik bisa juga sakit dalam bentuk komplikasi.
4. Bersikap membangkang 
Jangan heran jika anak-anak berkebutuhan khusus sering membangkang. Cara Menghilangkan Sifat Egois pada anak saja sulit apalagi pada anak-anak berkebutuhan khusus yang sulit membedakan bahaya atau tidak, salah atau tidak dan lain sebagainya. Penyebab Kenakalan Anak sangat banyak terjadi, namun untuk anak ABK itu sudah menjadi ciri khasnya.
5. Emosional
Emosional anak-anak ABK bukan hanya tempramen dan mudah marah melainkan terjadi hal lainnya. Jika dilihat secara emosional, mereka seringkali terperosok dalam kondisi kesepian, depresi dan juga hal-hal layaknya putus asa, merasa sendiri dan kesal pada orang lain tanpa sebab jika moodnya sedang buruk. Disinilah peran keluarga dan orang tua untuk bisa mengendalikannya. Peran Keluarga Dalam Pendidikan Anak yang berkebutuhan khusus harus lebih ekstra lagi.
6. Sulit Menulis atau Membaca
Untuk beberapa kasus anak ABK ada yang sulit mengekspresikan pikiran mereka dengan tulisan dan tidak bisa membaca. Sulit memegang bolpoin ataupun pensil yang digunakan dengan benar. Caranya memegang alat tulis seringkali terlalu dekat bahkan hampir menempel dengan kertas dan seringkali mengalami masalah ketika membaca buku atau tulisan, ini merupakan contoh anak yang berkebutuhan khusus.
7. Tidak Mengerti Arah
anak berkebutuhan khusus sulit mencerna logika sendiri. Terkadang mengalami disorientasi, seperti disorientasi waktu ataupun arah. Si anak seringkali bingung saat ditanya jam berapa sekarang, kemungkinan ia hanya mengingat bahasa yang diajarkan seperti pukul 6 petang ia sebut petang atau sore, namun pukul 4 ketika matahari terbenam ia tidak akan menyebut pukul 4 melainkan tetap sore. Ia juga tidak mampu membaca dan memahami peta atau petunjuk arah dengan baik.
8. Bersikap Sesuai Kebiasaan 
Anak ABK khususnya mereka yang autisme sangat perhatian dengan urutan atau rutinitasataupun kebiasaan sehari-hari. Ketika ritual mereka berubah misalnya setelah makan menjadi mandi atau dibalik setelah makan ia harus berolahraga dulu baru mandi, maka ia akan menjadi gelisah, cemas jika rutinitas tersebut berubah atau terganggu. Anak autis merasa ada yang salah dalam hal tersebut dan seringkali itu tidak disukai mereka.
9. Senang Meniru
Senang meniru atau membeo (echolalia) merupakan salah satu karakteristik ABK. Psikologi Abnormal  menjelaskan bahwa banyak sekali ciri yang bisa dimengerti atau dipahami oleh orang tua untuk bisa menilai apakah anaknya mengalami ABK atau tidak. Salah satunya adalah meniru. Semua anak memang senang meniru, namun ada beberapa anak ABK yang bila senang meniru, dapat hafal betul kata-kata atau nyanyian tersebut tanpa mengerti artinya. Ia tidak tahu apa yang dinyanyikan atau dibicarakan selama ia suka dan ingat maka ia akan terus melakukannya.
10. Berbicara Tanpa Henti
Beberapa anak ABK senang mengoceh tanpa arti berulang-ulang. Akan bahaya jadinya jika pembicaraan ini termasuk kedalam bahasa yang tidak boleh diucapkan atau dilarang. Karena anak-anak seperti ini seringkali membantah dan tidak mau menuruti perintah larangan. Ada juga yang menggunakan bahasa yang tak dapat dimengerti orang lain. Bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi namun untuk kepuasan mereka.
11. Bertindak Gugup
Ketika anak berkebutuhan khusus merasa cemas maka ia akan melakukan perbuatan-perbuatan aneh, sama halnya seperti orang normal hanya saja mereka lebih random. Seperti gerakan pada mulut seperti meyedot jari dan juga gigit jari dan menjulurkan lidah. Gerakan aneh disekitaran hidung, seperti mencukil hidung, mengusap-usap atau menghisutkan hidung yang sering menyebabkan rasa gugup mereka dianggap bisa hilang.
Tak jarang menjadi gerakan yang agak anarkis seperti gerakan sekitar jari seperti mencukil kuku, melilit-lilit tangan atau mengepalkan jari layaknya orang marah. Gerakan sekitar rambut seperti, mengusap-usap rambut, mencabuti atau mencakar rambut tanpa mereka sadari.
12. Iri pada Orang Lain
Anak berkebutuhan khusus masih berpikir dan berperasaan layaknya anak balita.  Sikap iri hati yang selalu merasa kurang senang ketika orang lain senang atau mendapatkan sesuatu yang menguntungkan. Terutama jika hal tersebut adalah hal yang ia sukai, maka anda sebagai orang lainnya akan dikejar olehnya tanpa ampun.
ABK membutuhkan segala sesuatu yang  benar-benar spesifik dan juga jelas. Cobalah untuk membahas topik yang spesifik dengan mereka dan jangan mengambang karena mereka tidak bisa mengerti dan anda tidak bisa menggali cara komunikasi mereka dengan baik. Seperti contoh, jika kamu ingin berbincang mengenai film maka fokus saja pada film judul apa ceritanya seperti apa jangan menyatukan keduanya.
13. Sensitifitas Tinggi
Mereka memang tidak mengerti apa yang anda bicarakan atau perintah umum yang tidak bisa mereka jalankan. Namun ABK bisa menjadi sangat sensitif atau tidak sensitif terhadap hal-hal yang merangsang seperti sentuhan, cahaya, atau suara (misalnya, tidak menyukai suara keras atau hanya merespons ketika suara yang sangat keras, disebut juga gangguan integrasi sensorik). Ada juga bahkan yang merasa terganggu jika temannya hanya tepuk tangan, itu karena sensitifitas yang tinggi.
14. Trigered Tanpa Alasan
Menangis,marah, tertawa, atau tertawa tanpa alasan yang diketahui atau pada waktu yang salah merupakan langgananan anak-anak berkebutuhan khusus. Mereka sulit mengendalikan emosi sehingga mengeluarkan begitu saja ekspresi yang seharusnya tidak digunakan seperti halnya marah tanpa alasan, tidak jelas, mood yang buruk yang akhirnya mempengaruhi semua dan lainnya.
15. Introvert
Ketika lingkungan yang menyenangkan dan memanjakan didapatkan oleh anak ABK, yang ada mereka akan merasa nyaman dan tidak berkembang dengan baik. Mereka dapat terpengaruh sehingga terjadi ketidakmampuan dalam penyesuaian mental dan emosi. Selain itu ada beberapa anak berkebutuhan khusus yang memang menunjukan kondisi yang lebih neurotik, misalnya saja ia mengalami masalah ketika berada di lingkungan ramai atau banyak orang asing dan bisa jadi ia menjadi orang dengan sifat introvert.
16. Berprasangka 
Anak berkebutuhan khusus memang tidak bisa berpikir rumit namun mereka bisa berprasangka. Beberapa dari mereka suka menafsirkan secara negatif, adanya rasa cemburu dan prasangka karena tidak diperlakukan dengan adil sehingga memicu kemarahan random mereka yang tidak diprediksi dan kurang mampu dalam mengendalikan emosinya. Padahal bisa jadi itu hanya prediksi mereka saja atau prasangka mereka saja.
17. Melukai Diri Sendiri
Kenapa anak-anak berkebutuhan khusus harus ditemani. karena mereka tidak mengerti mana bahaya atau tidak bahaya. Ada sebagian perilaku melukai diri sendiri ketika anak berusia lebih kecil. Meskipun tingkatannya tidak tinggi seperti mencakar atau memukul diri sendiri dan untuk Anak praremaja dan remaja bisa mengiris kulitnya atau membakar.
Jika hal ini terjadi maka anda harus mengawasi anak secara serius dan 24 jam. Jangan sering mengabaikan perilaku tersebut, meskipun mereka anak berkebutuhan khusus namun tidak dibenarkan untuk melakukan hal tersebut.
Beberapa pelayanan yang dapat diberikan pada anak berbakat adalah: 
  • Menyelenggarakan program akselerasi khusus untuk anak-anak berbakat. Program akselerasi ini yaitu dengan cara "lompat kelas", artinya, anak dari Taman Kanak-Kanak misalnya tidak harus melalui kelas I Sekolah Dasar, tetapi langsung ke kelas II, atau bahkan ke kelas III Sekolah Dasar. Demikian juga dari kelas III Sekolah Dasar bisa saja langsung ke kelas V jika memang anaknya sudah matang untuk menempuhnya. Jadi program akselerasi dapat dilakukan untuk seluruh mata pelajaran (akselerasi kelas atau akselerasi untuk beberapa mata pelajaran saja). Dalam program akselerasi untuk seluruh mata pelajaran berarti anak tidak perlu menempuh kelas secara berturutan, tetapi dapat melompati kelas tertentu, misalnya anak kelas I Sekolah Dasar langsung naik ke kelas III. Dapat juga program akselerasi hanya diberlakukan untuk mata pelajaran yang luar biasa saja. Misalnya saja anak kelas I Sekolah Dasar yang berbakat istimewa dalam bidang matematika, maka ia diperkenankan menempuh pelajaran matematika di kelas III, tetapi pelajaran lain tetap di kelas I. Demikian juga kalau ada anak kelas II Sekolah Dasar yang sangat maju dalam bidang bahasa Inggris, ia boleh mengikuti pelajaran bahasa Inggris di kelas V atau VI.
  • Home-schooling (pendidikan non formal di luar sekolah). Cara lain yang dapat ditempuh selain model akselerasi adalah memberikan pendidikan tambahan di rumah atau di luar sekolah, yang sering disebut home-schooling. Dalam home-schooling orang tua atau tenaga ahli yang ditunjuk bisa membuat program khusus yang sesuai dengan bakat istimewa anak yang bersangkutan. Pada suatu ketika jika anak sudah siap kembali ke sekolah, maka ia bisa saja dikembalikan ke sekolah pada kelas tertentu yang cocok dengan tingkat perkembangannya.
  • Menyelenggarakan kelas-kelas tradisional dengan pendekatan individual. Dalam model ini biasanya jumlah anak per kelas harus sangat terbatas sehingga perhatian guru terhadap perbedaan individual masih bisa cukup memadai, misalnya maksimum 20 anak. Masing-masing anak didorong untuk belajar menurut ritmenya masing-masing. Anak yang sudah sangat maju diberi tugas dan materi yang lebih banyak dan lebih mendalam daripada anak lainnya; sebaliknya anak yang agak lamban diberi materi dan tugas yang sesuai dengan tingkat perkembangannya. Demikian pula guru harus siap dengan berbagai bahan yang mungkin akan dipilih oleh anak untuk dipelajari. Guru dalam hal ini menjadi sangat sibuk dengan memberikan perhatian individual kepada anak yang berbeda-beda tingkat perkembangan dan ritme belajarnya.
Membangun kelas khusus untuk anak berbakat. Dalam hal ini anak-anak yang memiliki bakat/kemampuan yang kurang lebih sama dikumpulkan dan diberi pendidikan khusus yang berbeda dari kelas-kelas tradisional bagi anak-anak seusianya. Kelas seperti ini pun harus merupakan kelas kecil di mana pendekatan individual lebih diutamakan daripada pendekatan klasikal. Kelas khusus anak berbakat harus memiliki kurikulum khusus yang dirancang tersendiri sesuai dengan kebutuhan anak-anak berbakat. Sistem evaluasi dan pembelajarannyapun harus dibuat yang sesuai dengan kebutuhan mereka.


BAB III
PEMBAHASAN
A.    LATAR BELAKANG OBSERVASI  PANTI SOSIAL WISMA TUNA GANDA PALSIGUNUNG
Dalam observasi pertama yang kami lakukan di Panti Sosial Wisma Tuna Ganda “Palsi Gunung” terdapat pasien populasi khusus yang memiliki karakteristik yang sama namun memiliki kelainan yang berbeda-beda. Dan ditangani oleh tenaga ahli yang disebut “caregiver” yang biasa kita kenal dengan istilah pramu rawat. Sejak unit ini didirikan oleh Badan Pembina Koordinasi Kegiatan Sosial (BPKKS) dan Lembaga Rumah Piatu Muslimin pada tahun 2 Maret 1975 telah berhasil melaksanakan program kerja dengan baik. Pada tanggal 1 Mei 1985 pengelolaan Wisma Tuna Ganda (WTG) Palsigunung diserahkan sepenuhnya kepada Lembaga Rumah Piatu Muslimin (LRPM).
Sejak berdiri hingga sekarang WTG PALSIGUNUNG telah merawat anak penyandang cacat sebanyak 91 orang ( 57 laki-laki dan 34 perempuan ). Setelah menjalani latihan dan perawatan minimal satu tahun, anak rawat dapat dikatagorikan dalam 4 (empat) kelompok yaitu:
·         Anak Mampu Didik sebanyak 13,8%
·         Anak Mampu Latih sebanyak 17,2%
·         Anak Mampu Rawat sebanyak 69%
Dalam observasi pada hari Selasa, 18  September 2018. Bertempat di Panti Sosial “Wisma Tuna Ganda” Palsigunung Jl. Raya Bogor, Pekayon, Cimanggis Kota. Dalam kegiatanobsrvas ini kami  diperkenankan untuk berkeliling Panti dengan  didampingi oleh salah satu staff dan diberi kesempatan untuk bertemu dengan para penghuni Panti. Di sana  terdapat  banyak ruangan diantaranya adalah ruang belajar. Para anggota panti yang dapat mengikuti kegiatan secara mandiri, bisa ikut serta untuk belajar seperti menyusun puzzle, menulis, berhitung dan lainnya.
Penghuni panti ini berasal dari banyak daerah. Bahkan, ada yang berasal dari luar pulau Jawa. Tidak hanya berasal dari banyak daerah, mereka juga memiliki range usia yang sangat beragam. Di panti ini juga memiliki fasilitas Fisiotherapy room yang digunakan untuk kebutuhan latihan motorik. Para pendamping terlihat sabar dan telaten dalam mengajari, membimbing dan merawat teman-teman tersebut. Dari perjalanan ini, kami sangat mendapatkan pelajaran bahwa bersyukur adalah bagian dari kehidupan, berikan perhatian dan kasih sayang bagi teman-teman yang mengalami kekurangan fisik dan keterbatasan mental, serta selalu berbagi kepedulian bagi sesama terutama terhadap orang-orang yang sangat membutuhkan.
           
B.      TEORI
1.      Teori Beavoristik
Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah lakusebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respons. Seseorangdianggap telah belajar sesuatu apabila ia mampu menunjukkan perubahantingkah laku. Dengan kata lain,belajar merupakan bentuk perubahan yangdialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan carayang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respons.Menurut teori ini yang terpenting adalah masuk atau input yang berupastimulus dan keluaran atau output yang berupa respons. Sedangkan apa yangterjadi di antara stimulus dan respons dianggap tidak penting diperhatikankarena tidak bisa diamati.Faktor lain yang juga dianggap penting oleh aliran behavioristik adalahfaktor penguatan (reinforcement) penguatan adalah apa saja yang dapatmemperkuat timbulnya respons. Bila penguatan ditambahkan (positivereinforcement) maka respons akan semakin kuat. Begitu juga bila penguatandikurangi (negative reinforcement) respons pun akan tetap dikuatkan.A.


Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar
            Teori behavioristik sering kali tidak mampu menjelaskan situasibelajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal yang berkaitandengan pendidikan dan/atau belajar yang tidak dapat menjadi sekedarhubungan stimulus dan respons. Teori ini tidak mampu menjelaskan alasan-alasan yang mengacaukan hubungan stimulus dan respons ini dan tidak dapat menjawab yang menyebabkan terjadinya penyimpangan antarastimulus yang diberikan dengan responsnya. Namun, kelebihan dari teori inicendrung mengarahkan siswa untuk berpikir linier, konvergen, tidak kreatif,dan tidak produktif. Pandangan teori bahwa belajar merupakan prosespembentukan atau snapping, yaitu membawa siswa menuju atau mencapaitarget tertentu, sehingga menjadikan peserta didik untuk tidak bebasberkreasi dan berimajinasi.Aplikasi teori ini dalam pembelajaran, bahwa kegiatan belajar ditekankan sebagai aktivitas “mimetic” yang menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari. Penyajianmateri pelajaran mengikuti urutan dari bagian-bagian ke keseluruhan.Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil, dan evaluasi menuntutsatu jawaban benar. Jawaban benar menunjukkan bahwa siswa telahmenyelesaikan tugas belajarnya.

2.      Teori Psikoanalisis
Psikoalisis merupakan metode penyembuhan yang lebih bersifat psikologidengan cara- cara fisik. Tokoh utama dan pendiri teori ini adalah stemundfreud, ia adalah orang yang telah mengemukakan konsep ketidaksadaran dalamkepribadian.Teori kepribadian menurut Freud, menyangkut 4 hal, yaitu:
1.      struktur kepribadian
2.      dinamika kepribadian
3.      perkembangan kepribadian
1.      struktur kepribadian
Menurut freud, kepribadian terdiri dari 3 sistem, yaitu id, ego, super ego. Id adalahaspek biologis yang merupakan system kepribadian yang asli. Id berfungsimenghindari diri dari ketidaksenangan dan mencari atau menjadikan kesenangan ataukepuasan.Ada 2 cara id menghilangkan rasa tidak enak atau mencari kepuasan tersebut, yaitu:

1.      Dengan refleks atau reaksi- reaksi otomatis seperti bersin, mengedipkan mata,dll.
2.      Dengan proses primer, misalnya pada waktu lapar maka id membayangkan adamakanan yang lezat.
Ego adalah aspek psikologis yang timbul karena kebutuhan organisme untuk berhubungan dengan dunia kenyataan.Perbedaan ego dan id adalah kalau id mengenal bayangan subyektif sedangkan egodapat membedakan sesuatu yang hanya ada dalam subyektif dan sesuatu yang adadalam dunia objektif. Super ego merupakan aspek sosiologis yang mencerminkan nilai- nilai tradisionalserta cita- cita masyarakat yang ada dalam kepribadian individu.Fungsi super ego dalam hubungannya dengan id, dan ego adalah:
1.      Merintangi impuls - impuls id, terutama impuls seksual dan agresif yang peryataannya sangat dipengaruhi oleh mastarakat.
2.      Mendorong ego untuk lebih mengejar hal- hal yang moralitas daripadarealitas.
3.      Mengejar kesempurnaan. 

2.      Dinamika Kepribadian
Dinamika kepribadian terdiri dari cara bagaimana energi psikis itu didistribusikanserta digunakan oleh Id, Ego, Super Ego.Freud berpendapat, bahwa energi psikis dapat dipindahkan dari energi fisiologis dansebaliknya. Jembatan antara energi tubuh dengan kepribadian ialah id dan insting.Ada 3 istilah yang banyak persamaannya, yaitu insting, keinginan dan kebutuhan.Insting adalah sumber perangsang somatic dalam yang dibawa sejak lahir.Insting mempunyai 4 sifat yaitu: 
1.      Sumber, yaitu kondisi jasmaniah.
2.      Tujuan, tujuan insting ialah menghilangkan rangsangan kejasmanian,sehingga ketidakkenaan yang timbul karena adanya tegangan yang disebabkanoleh meningkatnya energi dapat di tiadakan. Misalnya, tujuan insting laparialah menghilangkannya dengan cara makan.
3.      Objek insting objeknya adalah segala aktivitas yang mengantarai keinginandan terpenuhinya keinginan tersebut.
 
3. perkembangan kepribadian
      Kepribadian menurut Freud mulai terbentuk pada tahun- tahun pertama di masakanak- kanak. Kepribadian berkembang sehubungan dengan 4 macam pokok sebagaisumber ketegangan, yaitu: [1] proses pertumbuhan psikologi [2] frustasi [3] konflik [4] ancaman.Sebagai akibat adanya tantangan dari ke-4 hal tersebut, individu berusaha untuk menemukan atas belajar cara- cara baru dalam meredakan ketegangan inilah yangdisebut perkembangan kepribadian.1.

4. Gangguan Jiwa
 Psikoanalisis membedakan 2 macam gejala gangguan jiwa, yaitu:
1.      Psikoneorose dan psikose. Psikoneorose disebabkan oleh kegagalan ego untuk mengontrol dorongan id, karena ego tidak berhasil memperoleh kesepakatan.Psikoneorose dikelompokkan menjadi 3 yaitu histeri, psikastenia, reaksikecemasan.
2.      Psikose dikelompokkan menjadi 2 macam, yaitu psikos fungisional terdiri dari3 jenis yaitu manic – defressive, paranoia, shizopherenia, psikos organicterdiri dari implutional melanchcholia, senile.

3.      Konseling Humanistik

A.    Latar Belakang Teori  Konseling Humanistik
Aliran humanistik merupakan salah satu aliran dalam psikologi yang muncul pada tahun 1950-an, dengan akar pemikiran dari kalangan eksistensialisme yang berkembang pada abad pertengahan. Pada akhir tahun 1950-an, para ahli psikologi, seperti : Abraham Maslow, Carl Rogers dan Clark Moustakas mendirikan sebuah asosiasi profesional yang berupaya mengkaji secara khusus tentang berbagai keunikan manusia, seperti tentang : self (diri), aktualisasi diri, kesehatan, harapan, cinta, kreativitas, hakikat, individualitas dan sejenisnya.
Maslow menyebutkan aliran humanistik sebagai "koalisi berbagai sempalan psikologi ke dalam suatu filsafat tunggal". Esensi filsafat tunggal itu, sebagaimana disebutkan Maslow, berwujud pengakuan bahwa species manusia memiliki ciri-ciri dan kesanggupan-kesanggupan yang unik ; terdapat nilai-nilai utama universal yang menjadi bagian dari alam biologis manusia, naluriah dan tidak dipelajari ; tujuan utama segenap upaya manusia adalah realisasi diri atau aktualisasi diri, yakni pengungkapan dan penggunaan kemungkinan-kemungkinan dan kesanggupan-kesanggupan secara
penuh.

B.     Konsep Utama Konseling Humanistik
Pandangan Tentang Manusia
Humanistik memandang manusia sebagai makhluk yang memiliki otoritas atas kehidupan dirinya. Asumsi ini menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk yang sadar, mandiri, pelaku aktif yang dapat menentukan (hampir) segalanya. Manusia adalah makhluk dengan julukan “the self determining being” yang mampu sepenuhnya menentukan tujuan-tujuan yang paling diinginkannya dan cara-cara mencapai tujuan itu yang dianggapnya paling tepat. Pendekatan eksistensial humanistik berfokus pada manusia. Pendekatan ini terutama adalah suatu sikap yang menekankan pada pemahaman atas manusia. Ada beberapa konsep utama dari pendekatan eksistensial, yaitu:
a.    Kesadaran diri
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan.
b.    Kebebasan, tanggung jawab, dan kecemasan.
Kesadaran atas kebebasan dan tanggung jawab bisa menimbulkan kecemasan yang yang menjadi atribut dasarbagi manusia.
c.    Penciptaan makna
Manusia itu unik, dalam arti bahw dia berusaha untuk menemukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang memberikan makna bagi kehidupan. Manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya dalam suatu cara yang bermakna, sebab manusia adalah makhluk yang rasional.
Ciri-Ciri Pendekatan Humanistik
Pendekatan humanistik dapat dimengerti dari tiga ciri utama, yaitu:
a.    Pendekatan humanistik menawarkan satu nilai yang baru sebagai pendekatan baru untuk memahami sifat dan keadaan manusia.
b.    Pendekatan humanistik menawarkan pengetahuan yang luas akan kaidah penyelidikan dalam bidang tingkah laku manusia
c.    Psikologi humanistik menawarkan metode yang lebih luas akan kaidah-kaidah yng efektif dalam pelaksanaan psikoterapi.

Asumsi perilaku bermasalah Konseling Humanistik
Pribadi yang bermasalah menurut pandangan eksistensial-Humanistik yaitu tidak mampu memfungsikan dimensi-dimensi dasar yang dimiliki manusia, sehingga kesadaran tidak berfungsi secara penuh. Diantaranya ; inkongruen, negatif, tidak dapat dipercaya, tidak dapat memahami diri sendiri, bermusuhan dan kurang produktif.

Adapun Asumsi perilaku bermasalah Konseling Humanistik dipengaruhi oleh tidak terpenuhinya aspek-aspek sebagai berikut:
·      Kesadaran Diri

Berhubungan dengan kemampuan manusia untuk menyadari diri dan menjadikan dirinya mampu melampaui situasi sekarang dan membentuk aktivitas-aktivitas berpikir. Dengan demikian, meningkatkan kesadaran berarti meningkatkan kesanggupan seseorang untuk mengalami hidup secara penuh sebagai manusia. Tidak jarang manusia yang tidak memiliki kesadaran akan dirinya akan mengalami masalah-masalah dalam kehidupannya.
·      Kebebasan dan tanggung jawab
Manusia adalah makhluk yang menentukan diri dn memiliki kebebasan untuk memilih diantara alternatif-alternatif. Masalah akan timbul jika manusia tidak bisa mengatur kebebasannya dan mengarahkan hidupnya.
·      Keterpusatan dan kebutuhan akan orang lain

Meliputi masalah-masalah yang berkaitan dengan kebutuhan dari luar dirinya sendiri, yaitu untuk berhubungan dengan orang lain dan alam. Kegagalan dalam berhubungan dengan orang lain dan dengan alam menyebabkan manusia kesepian, mengalami aliensi, keterasingan, dan depersonalisasi.
·      Pencarian makna Hidup
·      Kecemasan sebagai syarat hidup
·      Kesadaran atas kematian dan Non-ada

C.    Tujuan Konseling Humanistik
            Menurut Gerald Corey (2010) ada beberapa tujuan konseling Eksistensial humanistik yaitu:
a.    Agar klien mengalami keberadaannya secara otentik dengan menjadi sadar atas keberadaan dan potensi – potensi serta sadar bahwa ia dapat membuka diri dan bertindak berdasarkan kemampuannya. Keotentikan sebagai “urusan utama psikoterapi” dan “nilai eksistensial pokok”. Terdapat tiga karakteristik dari keberadaan otentik :
·       Menyadari sepenuhnya keadaan sekarang
·       Memilih bagaimana hidup pada saat sekarang
·      Memikul tanggung jawab untuk memilih.
b.    Meluaskan kesadaran diri klien, dan karenanya meningkatkan kesanggupan pilihannya yakni menjadi bebas dan bertanggung jawab atas arah hidupnya.
c.    Membantu klien agar mampu menghadapi kecemasan sehubungan dengan tindakan memilih diri, dan menerima kenyataan bahwa dirinya lebih dari sekadar korban kekuatan-kekuatan deterministic di luar dirinya.

D.    Proses Konseling Humanistik
·      Adanya hubungan yang akrab antara konselor dan konseli.
·      Adanya kebebasan secara penuh bagi individu untuk mengemukakan problem dan apa yang diinginkannya.
·      Konselor berusaha sebaik mungkin menerima sikap dan keluhan serta perilaku individu dengan tanpa memberikan sanggahan.
·      Unsur menghargai dan menghormati keadaan diri individu dan keyakinan akan kemampuan individu merupakan kunci atau dasar yang paling menentukan dalam hubungan konseling.
·      Pengenalan tentang keadaan individu sebelumnya beserta lingkungannya sangat diperlukan oleh konselor.

E.     Teknik Konseling Humanistik
Konseling humanistik tidak memiliki teknik-teknik yang ditentukan secara ketat. Prosedur-prosedur konseling bisa dipungut dari beberapa teori konseling lainnya separti teori Gestalt dan Analisis Transaksional. Tugas konselor disini adalah menyadarkan konseli bahwa ia masih ada di dunia ini dan hidupnya dapat bermakna apabila ia memaknainya. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan adalah:
1.    Membina hubungan baik (good rapport)
2.    Membuat klien bisa menerima dirinya dengan segala potensi dan keterbatasannya.
3.     Merangsang kepekaan emosi klien Membuat klien bisa
4.    mencari solusi permasalahannya sendiri.
5.      Mengembangkan potensi dan emosi positif klien
6.      Membuat klien menjadi adequate

F.     Sikap Konselor dalam Proses Konseling Humanistik
Yang paling diutamakan oleh konselor eksistensial  humanistik adalah hubunganya dengan klien. Kualitas dari dua orang yang bertatap muka dalam situasi terapeutik merupakan stimulus terjadinya perubahan yang positif. Konselor percaya bahwa sikap dasar mereka terhadap klien, karakteristik pribadi tentang kejujuran, integritas dan keberanian merupakan hal-hal yang harus ditawarkan. Konseling merupakan perjalanan yang ditempuh konselor dan klien, suatu perjalanan pencarian menyelidiki kedalam dunia seperti yang dilihat dan dirasakan klien.
Konselor berbagi reaksi dengan kliennya disertai kepedulian dan empati yang tidak dibuat-buat sebagai satu cara untuk memantapkan hubungan terapeutik. May dan Yalom (1989) menekankan peranan krusial yang dimainkan oleh kapasitas konselor untuk disana demi klien selama jam terapi yang mencakup hadir secara penuh dan terlibat secara intens dengan kliennya. Sebelum konselor membimbing klien untuk berhubugan dengan orang lain, maka pertama-tama harus secara akrab berhubungan dengan klien.

G. Kelebihan Dan Kekurangan Konseling Humanistik
Adapun kelebihan Konseling Humanistik adalah:
a.    Selalu mengedepankan akan hal-hal yang bernuansa demokratis, partisipatif-dialogis dan humanis.
b.     Suasana pembelajaran yang saling menghargai, adanya kebebasan berpendapat, kebebasan mengungkapkan gagasan.
c.    Keterlibatan peserta didik dalam berbagai aktivitas di sekolah, dan lebih-lebih adalah kemampuan hidup bersama (komunal-bermasyarakat) diantara peserta didik yang tentunya mempunyai pandangan yang berbeda-beda.

Adapun kekurangan Konseling Humanistik adalah:
1.Teori humanistik tidak bisa diuji dengan mudah.
2.Banyak konsep dalam psikologi humanistik, seperti misalnya orang yang telah berhasil mengaktualisasikan dirinya, ini masih buram dan subjektif.
3.Psikologi humanistik mengalami pembiasan terhadap nilai individualistis

C.    DATA PRIBADI NARASUMBER
Nama                                                   : Kristanti
Tangga Lahir                                     : 13 November 1964
Jabatan                                                : Kepala Panti
Status                                                   : Menikah
Pendidikan Terakhir                            : S1 Bimbingan dan Konseling

D.    Pembahasan Studi Kasus  di Panti Sosial Tuna Ganda Palsi Gunung
Nama               : LN
Jenis Kelamin  : Perempuan   
Umur               :  34 Tahun
Permasalahan yang dialami : Bergantung pada ketua panti
A.    Kasus
B.     Diagnosis
C.     Prognosis

A.    Kasus
            Ketua panti mengemukakan bahwa LN dapat dikategorikan hampir normal dan ketua panti menganggap LN mampu bersosialisasi di lingkungan baru tapi LN tidak mau terlepas dari ketua panti dan tidak mau untuk bersosialisasi dengan orang lain yang baru ditemuinya, LN merasa tidak percaya diri ketika dikeramaian.LN mampu menjalani aktivitas seperti manusia normal lainnya. 
        
B.     Diagnosis :
      Hasil dari observasi dan wawancara di Panti Sosial Wisma Tuna Ganda “Palsigunung” maka kami selaku mahasiswa bimbingan dan konseling segera menyusun laporan mengenai masalah yang dihadapi oleh anak-anak panti yang antara lain sebagai berikut :
1.      Kurang percaya diri
2.      Sulit untuk beradaptasi dengan orang baru
3.      Sulit untuk berkomunikasi dengan orang lain, mereka hanya dapat terbuka dengan caregiver.
4.      Setiap anak memiliki karakter yang berbeda-beda dalam dirinya sehingga harus mendapatkan penanganan yang khusus.
5.      Ketidaksempurnaan pada mereka, caregiver di tuntut untuk memberikan pelayanan yang lebih dari orang yang biasanya.
6.      Membutuhkan tenaga yang ekstra untuk melakukan pekerjaan sebagai caregiver maupunpun menjadi seorang kepala panti.
Berdasarkan diagnosis yang dikemukakan kepala panti palsi gunung beliau bekerjasama dengan caregiver untuk merawat dan menerapkan layanan yang tepat untuk klien. Langkah prognosis yang dilaksanakan atau jenis bimbingan yang diberikan sesuai dengan permasalahan yang dibahas di atas jenis bimbingan tersebut meliputi :
1.      LN mendpatkan layanan informasi
2.      LN mendapatkan layanan orientasi
3.      LN harus mendapatan layanan konseling perorangan
4.      LN harus mendapatkan  layanan penempatan dan penyaluran
5.      LN mendapatkan layanan penguasaan konten
Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh mahasiswa bimbingan dan konseling :
1.      Mahasiswa mengadakan wawancara dengan LN secara khusus dan sistematis
2.      Mahasiswa melakukan pendekatan dengan LN agar LN mau terbuka derngan mahasiswa.
3.      Mahasiswa berusaha memberikan informasi mengenai lingkungan baru dan pengalaman baru.
4.      Mahasiswa bersama dengan ketua panti membahas pengentasan masalah yang dihadapi LN
5.      Mahasiswa dengan suka rela membantu LN secara khusus dalam proses belajar di lingkungan baru untuk menyesuaikan diri LN

C.    Prognosis
Konseling Terapi
Langkah konseling atau terapi yaitu pelaksanaan bantuan terkait dengan apa yang ditetapkan dalam langkah prognosis. Langkah terapi membutuhkan waktu yang cukup panjang antara lain seperti yang disebutkan sebelumnya, yaitu : pelaksanaan wawancara, melakukan pendekatan, pemberian informasi, mengadakan pertemuan dengan ketua panti, dan dengan suka rela membantu LN mengenal lingkungan baru.
Konseling Individual
Merupakan salah satu teknik pemberian bantuan secara individual dan secara langsung terhadap diri agus yang berlangsung melalui komunikasi. Dalam pelaksanaan konseling seorang konselor haruslah penuh simpati dan empati, dengan kedua hal tersebut maka agus dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Dengan adanya konseling individu akan memberi kepercayaan yang penuh sehinggga agus dapat terentaskan dari masalah pribadinya. Teknik konseling yang digunakan dalam penanganan individual ada tiga yaitu:
1.      Teknik direktif konseling yaitu konselor berperan aktif bila mana konseli pasif. Di dalam teknik ini konselor berusaha mengarahklan LN menjelaskan masalah-masalah yang sedang dialaminya.
2.      Teknik eklektif konseling yaitu campuran dari kedua teknik sebelumnya.

Di dalam teknik-teknik yang disebutkan sebelumnya, langkah-langkah yang harus ditempuh antara lain :
1.      Menentukan masalah
2.      Mengumpulkan masalah
3.      Analisa data
4.      Menetapkan latar belakang masalah
5.      Menetapkan langkah-langkah bimbingan yang akan diberikan
6.      Melakukan terapi atau pelaksanakan bimbingan

E.     MODEL-MODEL KONSELING
1.      Konseling Behavioral
Manusia adalah mahluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol oleh faktor-faktor dari luar. Manusia memulai kehidupannya dengan memberikan reaksi terhadap lingkungannya dan interaksi ini menghasilkan pola-pola perilaku yang kemudian membentuk kepribadian. Tingkah laku seseorang ditentukan oleh banyak dan macamnya penguatan yang diterima dalam situasi hidupnya. Tingkah laku dipelajari ketika individu berinteraksi dengan lingkungan melalui hukum-hukum belajar : (a) pembiasaan klasik; (b) pembiasaan operan; (c) peniruan. Tingkah laku tertentu pada individu dipengaruhi oleh kepuasan dan ketidak puasan yang diperolehnya.
Manusia bukanlah hasil dari dorongan tidak sadar melainkan merupakan hasil belajar, sehingga ia dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi pembentukan tingkah laku.
Karakteristik konseling behavioral adalah : (a) berfokus pada tingkah laku yang tampak dan spesifik, (b) memerlukan kecermatan dalam perumusan tujuan konseling, (c) mengembangkan prosedur perlakuan spesifik sesuai dengan masalah klien, dan (d) penilaian yang obyektif terhadap tujuan konseling.
a.       Asumsi Tingkah Laku Bermasalah
Tingkah laku bermasalah adalah tingkah laku atau kebiasaan-kebiasaan negatif atau tingkah laku yang tidak tepat, yaitu tingkah laku yang tidak sesuai dengan tuntutan lingkungan.
Tingkah laku yang salah hakikatnya terbentu dari cara belajar atau lingkungan yang salah.Manusia bermasalah itu mempunyai kecenderungan merespon tingkah laku negatif dari lingkungannya. Tingkah laku maladaptif terjadi juga karena kesalapahaman dalam menanggapi lingkungan dengan tepat.
Seluruh tingkah laku manusia didapat dengan cara belajar dan juga tingkah laku tersebut dapat diubah dengan menggunakan prinsip-prinsip belajar
b.      Tujuan Konseling
Mengahapus/menghilangkan tingkah laku maldaptif (masalah) untukdigantikan dengan tingkah laku baru yaitu tingkah laku adaptif yang diinginkan klien.
Tujuan yang sifatnya umum harus dijabarkan ke dalam perilaku yang spesifik : (a) diinginkan oleh klien; (b) konselor mampu dan bersedia membantu mencapai tujuan tersebut; (c) klien dapat mencapai tujuan tersebut; (d) dirumuskan secara spesifik
Konselor dan klien bersama-sama (bekerja sama) menetapkan/merumuskan tujuan-tujuan khusus konseling.
c.       Deskripsi Proses Konseling Behavioral
Proses konseling adalah proses belajar, konselor membantu terjadinya proses belajar tersebut.
Konselor aktif :
Merumuskan masalah yang dialami klien dan menetapkan apakah konselor dapat membantu pemecahannya atu tidak        
Konselor memegang sebagian besar tanggung jawab atas kegiatan konseling, khususnya tentang teknik-teknik yang digunakan dalam konseling.Konselor mengontrol proses konseling dan bertanggung jawab atas hasil-hasilnya.
d.         Deskripsi langkah-langkah konseling Behavioral
Assesment, langkah awal yang bertujuan untuk mengeksplorasi dinamika perkembangan klien (untuk mengungkapkan kesuksesan dan kegagalannya, kekuatan dan kelemahannya, pola hubungan interpersonal, tingkah laku penyesuaian, dan area masalahnya) Konselor mendorong klien untuk mengemukakan keadaan yang benar-benar dialaminya pada waktu itu. Assesment diperlukan untuk mengidentifikasi motode atau teknik mana yang akan dipilih sesuai dengan tingkah laku yang ingin diubah.
Goal setting, yaitu langkah untuk merumuskan tujuan konseling. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari langkah assessment konselor dan klien menyusun dan merumuskan tujuan yang ingin dicapai dalam konseling. Perumusan tujuan konseling dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : (a) Konselor dan klien mendifinisikan masalah yang dihadapi klien; (b) Klien mengkhususkan perubahan positif yang dikehendaki sebagai hasil konseling; (c) Konselor dan klien mendiskusikan tujuan yang telah ditetapkan klien : (a) apakah merupakan tujuan yang benar-benar dimiliki dan diinginkan klien; (b) apakah tujuan itu realistik; (c) kemungkinan manfaatnya; dan (d)k emungkinan kerugiannya; (e) Konselor dan klien membuat keputusan apakahmelanjutkan konseling dengan menetapkan teknik yang akan dilaksanakan, mempertimbangkan kembali tujuan yang akan dicapai, atau melakukan referal.
·         Technique implementation, yaitu menentukan dan melaksanakan teknik konseling yang digunakan untuk mencapai tingkah laku yang diinginkan yang menjadi tujuan konseling.
·         Evaluation termination, yaitu melakukan kegiatan penilaian apakah kegiatan konseling yang telah dilaksanakan mengarah dan mencapai hasil sesuai dengan tujuan konseling.
·         Feedback, yaitu memberikan dan menganalisis umpan balik untuk memperbaiki dan meingkatkan proses konseling.
·         Teknik konseling behavioral didasarkan pada penghapusan respon yang telah dipelajari (yang membentuk tingkah laku bermasalah) terhadap perangsang, dengan demikian respon-respon yang baru (sebagai tujuan konseling) akan dapat dibentuk.

e.       Prinsip Kerja Teknik Konseling Behavioral
Memodifikasi tingkah laku melalui pemberian penguatan. Agar klien terdorong untuk merubah tingkah lakunya penguatan tersebut hendaknya mempunyai daya yang cukup kuat dan dilaksanakan secara sistematis dan nyata-nyata ditampilkan melalui tingkah laku klien.Mengurangi frekuensi berlangsungnya tingkah laku yang tidak diinginkan.Memberikan penguatan terhadap suatu respon yang akan mengakibatkan terhambatnya kemunculan tingkah laku yang tidak diinginkan.
Mengkondisikan pengubahan tingkah laku melalui pemberian contoh atau model (film, tape recorder, atau contoh nyata langsung).Merencanakan prosedur pemberian penguatan terhadap tingkah laku yang diinginkan dengan sistem kontrak. Penguatannya dapat berbentuk ganjaran yang berbentuk materi maupun keuntungan sosial.
f.        Teknik-teknik Konseling Behavioral
1. Latihan Asertif
Teknik ini dugunakan untuk melatih klien yang mengalami kesulitan untuk menyatakan diri bahwa tindakannya adalah layak atau benar. Latihan ini terutama berguna di antaranya untuk membantu individu yang tidak mampu mengungkapkan perasaan tersinggung, kesulitan menyatakan tidak, mengungkapkan afeksi dan respon posistif lainnya. Cara yang digunakan adalah dengan permainan peran dengan bimbingan konselor. Diskusi-diskusi kelompok juga dapat diterapkan dalam latihan asertif ini.
2. Desensitisasi Sistematis
Desensitisasi sistematis merupakan teknik konseling behavioral yang memfokukskan bantuan untuk menenangkan klien dari ketegangan yang dialami dengan cara mengajarkan klien untuk rileks. Esensi teknik ini adalah menghilangkan tingkah laku yang diperkuat secara negatif dan menyertakan respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang akan dihilangkan. Dengan pengkondisian klasik respon-respon yang tidak dikehendaki dapat dihilangkan secara bertahap. Jadi desensitisasi sistematis hakikatnya merupakan teknik relaksi yang digunakan untuk menghapus tingkah laku yang diperkuat secara negatif biasanya merupakan kecemasan, dan ia menyertakan respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang akan dihilangkan.
3. Pengkondisian Aversi
Teknik ini dapat digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk. Teknik ini dimaksudkan untuk meningkatkan kepekaan klien agar mengamati respon pada stimulus yang disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut.
Stimulus yang tidak menyenangkan yang disajikan tersebut diberikan secara bersamaan dengan munculnya tingkah laku yang tidak dikehendaki kemunculannya. Pengkondisian ini diharapkan terbentuk asosiasi antara tingkah laku yang tidak dikehendaki dengan stimulus yang tidak menyenangkan.
4. Pembentukan Tingkah laku Model
Teknik ini dapat digunakan untuk membentuk tingkah laku baru pada klien, dan memperkuat tingkah laku yang sudah terbentuk. Dalam hal ini konselor menunjukkan kepada klien tentang tingkah laku model, dapat menggunakan model audio, model fisik, model hidup atau lainnya yang teramati dan dipahami jenis tingkah laku yang hendak dicontoh. Tingkah laku yang berhasil dicontoh memperoleh ganjaran dari konselor. Ganjaran dapat berupa pujian sebagai ganjaran sosial.
2.      Teori koseling Humanistik
Aliran humanistik merupakan salah satu aliran dalam psikologi yang muncul pada tahun 1950-an, dengan akar pemikiran dari kalangan eksistensialisme yang berkembang pada abad pertengahan. Pada akhir tahun 1950-an, para ahli psikologi, seperti : Abraham Maslow, Carl Rogers dan Clark Moustakas mendirikan sebuah asosiasi profesional yang berupaya mengkaji secara khusus tentang berbagai keunikan manusia, seperti tentang : self (diri), aktualisasi diri, kesehatan, harapan, cinta, kreativitas, hakikat, individualitas dan sejenisnya.
Maslow menyebutkan aliran humanistik sebagai "koalisi berbagai sempalan psikologi ke dalam suatu filsafat tunggal". Esensi filsafat tunggal itu, sebagaimana disebutkan Maslow, berwujud pengakuan bahwa species manusia memiliki ciri-ciri dan kesanggupan-kesanggupan yang unik ; terdapat nilai-nilai utama universal yang menjadi bagian dari alam biologis manusia, naluriah dan tidak dipelajari ; tujuan utama segenap upaya manusia adalah realisasi diri atau aktualisasi diri, yakni pengungkapan dan penggunaan kemungkinan-kemungkinan dan kesanggupan-kesanggupan secara penuh.
Pandangan Tentang Manusia
Humanistik memandang manusia sebagai makhluk yang memiliki otoritas atas kehidupan dirinya. Asumsi ini menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk yang sadar, mandiri, pelaku aktif yang dapat menentukan (hampir) segalanya. Manusia adalah makhluk dengan julukan “the self determining being” yang mampu sepenuhnya menentukan tujuan-tujuan yang paling diinginkannya dan cara-cara mencapai tujuan itu yang dianggapnya paling tepat. Pendekatan eksistensial humanistik berfokus pada manusia. Pendekatan ini terutama adalah suatu sikap yang menekankan pada pemahaman atas manusia. Ada beberapa konsep utama dari pendekatan eksistensial, yaitu:
a.    Kesadaran diri
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan.
b.    Kebebasan, tanggung jawab, dan kecemasan.
Kesadaran atas kebebasan dan tanggung jawab bisa menimbulkan kecemasan yang yang menjadi atribut dasarbagi manusia.
c.    Penciptaan makna
Manusia itu unik, dalam arti bahw dia berusaha untuk menemukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang memberikan makna bagi kehidupan. Manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya dalam suatu cara yang bermakna, sebab manusia adalah makhluk yang rasional.

Ciri-Ciri Pendekatan Humanistik
Pendekatan humanistik dapat dimengerti dari tiga ciri utama, yaitu:
a.    Pendekatan humanistik menawarkan satu nilai yang baru sebagai pendekatan baru untuk memahami sifat dan keadaan manusia.
b.    Pendekatan humanistik menawarkan pengetahuan yang luas akan kaidah penyelidikan dalam bidang tingkah laku manusia
c.    Psikologi humanistik menawarkan metode yang lebih luas akan kaidah-kaidah yng efektif dalam pelaksanaan psikoterapi.

Asumsi perilaku bermasalah Konseling Humanistik
Pribadi yang bermasalah menurut pandangan eksistensial-Humanistik yaitu tidak mampu memfungsikan dimensi-dimensi dasar yang dimiliki manusia, sehingga kesadaran tidak berfungsi secara penuh. Diantaranya ; inkongruen, negatif, tidak dapat dipercaya, tidak dapat memahami diri sendiri, bermusuhan dan kurang produktif.

Adapun Asumsi perilaku bermasalah Konseling Humanistik dipengaruhi oleh tidak terpenuhinya aspek-aspek sebagai berikut:
·      Kesadaran Diri

Berhubungan dengan kemampuan manusia untuk menyadari diri dan menjadikan dirinya mampu melampaui situasi sekarang dan membentuk aktivitas-aktivitas berpikir. Dengan demikian, meningkatkan kesadaran berarti meningkatkan kesanggupan seseorang untuk mengalami hidup secara penuh sebagai manusia. Tidak jarang manusia yang tidak memiliki kesadaran akan dirinya akan mengalami masalah-masalah dalam kehidupannya.
·      Kebebasan dan tanggung jawab
Manusia adalah makhluk yang menentukan diri dn memiliki kebebasan untuk memilih diantara alternatif-alternatif. Masalah akan timbul jika manusia tidak bisa mengatur kebebasannya dan mengarahkan hidupnya.
·      Keterpusatan dan kebutuhan akan orang lain

Meliputi masalah-masalah yang berkaitan dengan kebutuhan dari luar dirinya sendiri, yaitu untuk berhubungan dengan orang lain dan alam. Kegagalan dalam berhubungan dengan orang lain dan dengan alam menyebabkan manusia kesepian, mengalami aliensi, keterasingan, dan depersonalisasi.
·      Pencarian makna Hidup
·      Kecemasan sebagai syarat hidup
·      Kesadaran atas kematian dan Non-ada

C.    Tujuan Konseling Humanistik
            Menurut Gerald Corey (2010) ada beberapa tujuan konseling Eksistensial humanistik yaitu:
a.    Agar klien mengalami keberadaannya secara otentik dengan menjadi sadar atas keberadaan dan potensi – potensi serta sadar bahwa ia dapat membuka diri dan bertindak berdasarkan kemampuannya. Keotentikan sebagai “urusan utama psikoterapi” dan “nilai eksistensial pokok”. Terdapat tiga karakteristik dari keberadaan otentik :
·       Menyadari sepenuhnya keadaan sekarang
·       Memilih bagaimana hidup pada saat sekarang
·      Memikul tanggung jawab untuk memilih.
b.    Meluaskan kesadaran diri klien, dan karenanya meningkatkan kesanggupan pilihannya yakni menjadi bebas dan bertanggung jawab atas arah hidupnya.
c.    Membantu klien agar mampu menghadapi kecemasan sehubungan dengan tindakan memilih diri, dan menerima kenyataan bahwa dirinya lebih dari sekadar korban kekuatan-kekuatan deterministic di luar dirinya.

D.    Proses Konseling Humanistik
·      Adanya hubungan yang akrab antara konselor dan konseli.
·      Adanya kebebasan secara penuh bagi individu untuk mengemukakan problem dan apa yang diinginkannya.
·      Konselor berusaha sebaik mungkin menerima sikap dan keluhan serta perilaku individu dengan tanpa memberikan sanggahan.
·      Unsur menghargai dan menghormati keadaan diri individu dan keyakinan akan kemampuan individu merupakan kunci atau dasar yang paling menentukan dalam hubungan konseling.
·      Pengenalan tentang keadaan individu sebelumnya beserta lingkungannya sangat diperlukan oleh konselor.
E.     Teknik Konseling Humanistik
Konseling humanistik tidak memiliki teknik-teknik yang ditentukan secara ketat. Prosedur-prosedur konseling bisa dipungut dari beberapa teori konseling lainnya separti teori Gestalt dan Analisis Transaksional. Tugas konselor disini adalah menyadarkan konseli bahwa ia masih ada di dunia ini dan hidupnya dapat bermakna apabila ia memaknainya. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan adalah:
1.    Membina hubungan baik (good rapport)
2.    Membuat klien bisa menerima dirinya dengan segala potensi dan keterbatasannya.
3.     Merangsang kepekaan emosi klien Membuat klien bisa
4.    mencari solusi permasalahannya sendiri.
5.      Mengembangkan potensi dan emosi positif klien
6.      Membuat klien menjadi adequate

F.     Sikap Konselor dalam Proses Konseling Humanistik
Yang paling diutamakan oleh konselor eksistensial  humanistik adalah hubunganya dengan klien. Kualitas dari dua orang yang bertatap muka dalam situasi terapeutik merupakan stimulus terjadinya perubahan yang positif. Konselor percaya bahwa sikap dasar mereka terhadap klien, karakteristik pribadi tentang kejujuran, integritas dan keberanian merupakan hal-hal yang harus ditawarkan. Konseling merupakan perjalanan yang ditempuh konselor dan klien, suatu perjalanan pencarian menyelidiki kedalam dunia seperti yang dilihat dan dirasakan klien.
Konselor berbagi reaksi dengan kliennya disertai kepedulian dan empati yang tidak dibuat-buat sebagai satu cara untuk memantapkan hubungan terapeutik. May dan Yalom (1989) menekankan peranan krusial yang dimainkan oleh kapasitas konselor untuk disana demi klien selama jam terapi yang mencakup hadir secara penuh dan terlibat secara intens dengan kliennya. Sebelum konselor membimbing klien untuk berhubugan dengan orang lain, maka pertama-tama harus secara akrab berhubungan dengan klien.

G. Kelebihan Dan Kekurangan Konseling Humanistik
Adapun kelebihan Konseling Humanistik adalah:
a.    Selalu mengedepankan akan hal-hal yang bernuansa demokratis, partisipatif-dialogis dan humanis.
b.     Suasana pembelajaran yang saling menghargai, adanya kebebasan berpendapat, kebebasan mengungkapkan gagasan.
c.    Keterlibatan peserta didik dalam berbagai aktivitas di sekolah, dan lebih-lebih adalah kemampuan hidup bersama (komunal-bermasyarakat) diantara peserta didik yang tentunya mempunyai pandangan yang berbeda-beda.

Adapun kekurangan Konseling Humanistik adalah:
1.Teori humanistik tidak bisa diuji dengan mudah.
2.Banyak konsep dalam psikologi humanistik, seperti misalnya orang yang telah berhasil mengaktualisasikan dirinya, ini masih buram dan subjektif.
3.Psikologi humanistik mengalami pembiasan terhadap nilai individualistis

F.     LAYANAN-LAYANAN YANG DIGUNAKAN
Panti Sosial Wisma Tuna Ganda Palsigunung
1.       Layanan Orientasi, Layanan orientasi merupakan layanan yang memungkinan peserta didik memahami lingkungan baru, terutama lingkungan sekolah dan obyek-obyek yangdipelajari, untuk mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik dilingkungan yang baru itu, sekurang-kurangnya diberikan dua kali dalam satutahun yaitu pada setiap awal semester. Tujuan layanan orientasi adalah agarpeserta didik dapat beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan barusecara tepat dan memadai, yang berfungsi untuk pencegahan dan pemahaman. Materi kegiatan layananorientasimenyangkut :
a.       Pengenalan lingkungan dan fasilitas sekolah 
b.      Peraturan dan hak-hak serta kewajiban siswa.
c.       Organisaso dan wadah-wadah yang dapat membantu dan meningkatkan hubungan sosial siswa. 
d.      Kurikulum dengan seluruh aspek-aspeknya. 
e.       Peranan kegiatan bimbingan karir.
f.        Peranan pelayanan bimbingan dan konseling dalam membantu segala jenis masalah dan kesulitan siswa
2.      Layanan Informasi, Layanan informasi adalah layanan yang memungkinan peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi (seperti : informasi diri, sosial,belajar, pergaulan, karier, pendidikan lanjutan). Tujuan layanan informasi adalahmembantu peserta didik agar dapat mengambil keputusan secara tepat tentangsesuatu, dalam bidang pribadi, sosial, belajar maupun karier berdasarkaninformasi yang diperolehnya yang memadai. Layanan informasi pun berfungsiuntuk pencegahan dan pemahaman. Materi layanan informasi menyangkut :
a.       Tugas-tugas perkembangan masa remaja akhir tentang kemampuan dan perkembangan pribadi, 
b.      Usaha yang dapat dilakukan dalam mengenal bakat, minat, serta bentuk-bentuk penyuluhan dan pengembangan. 
c.       Tata tertib sekolah, cara bertingkah laku, tata krama, dan sopan santun.
d.      Nilai-nilai sosial, adat istiadat, dan upaya yang berlaku dan berkembang di masyarakat.
e.       Mata pelajaran dan pembidangannya seperti program inti dan program tambahan. 
f.        Sistem penjurusan, kenaikan kelas, syarat-syarat mengikuti UN, dll. 
g.      Fasilitaspenunjang/sumberbelajar.
3.      Layanan Konseling Perorangan, Layanan konseling perorangan merupakan layanan yang memungkinanpeserta didik mendapatkan layanan langsung tatap muka (secara perorangan)dengan guru pembimbing untuk membahas dan mengentaskan permasalahan yangdihadapinya dan perkembangan dirinya. Tujuan layanan konseling peroranganadalah agar peserta didik dapat mengentaskan masalah yang dihadapinya.Layanan konseling perorangan berfungsi untuk pengentasan dan advokasi. Pelaksanaan usaha dan pengentasan siswa dapat dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah berikut            :
a.       Pengenalan dan pemahaman permasalahan.
b.      Analisis yang tepat.
c.       Aplikasi dan pemecahan permasalahan. 
d.      Evaluasi, baik evaluasi awal, proses ataupun evaluasi akhir.
e.       Tindak lanjut. Melihat kepada teknik penyelenggaraan konseling perorangan terdapat bermacam-macam teknik konseling perorangan yang sangat ditentukan oleh permasalahan yang dialami oleh siswa. 
Teknik konseling perorangan yang sederhana melalui proses/tahapan-tahapan sebagai berikut:
a)      Tahap pembukaan 
b)      Tahap penjelasan (eksplorasi)
c)      Tahap pengubahan tingkah laku
d)      Tahap penilaian/tindak lanjut Materi layanan konseling perorangan meliputi : 1.       Pemahaman sikap, kebiasaan, kekuatan diri dan kelemahan, bakat, minat dan penyalurannya. 2.      Pengentasan kelemahan diri dan pengembangan kekuatan diri. 3.      Mengembangkan kemampuan berkomunikasi, menerima dan menyampaikan pendapat, bertingkah laku sosial, baik di rumah, sekolah maupun di masyarakat. 4.      Mengembangkan sikap kebiasaan belajar yang baik, disiplin dan berlatih dan pengenalan belajar sesuai dengan kemampuan, kebiasaan dan potensi diri
4.      Layanan Penempatan dan Penyaluran, Layanan penempatan dan penyaluran merupakan layanan yang memungkinan peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran di dalamkelas, kelompok belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang,kegiatan ko/ekstra kurikuler sesuai dengan potensi, bakat, minat erta kondisipribadinya, dengan tujuan agar peserta didik dapat mengembangkan segenapbakat, minat dan segenap potensi lainnya. Layanan penempatan dan penyaluranberfungsi untuk pengembangan.
Materi kegiatan layanan penempatan dan penyaluran meliputi : a.       Penempatan kelas siswa, program study/jurusan dan pilihan ekstrakurrikuler yang dapat menunjang pengembangan sikap, kebiasaan, kemampuan, bakat dan minat. b.      Membantu dalam kegiatan program khusus sesuai dengan kebutuhan siswa, baik pengajaran maupun program pengayaan dan seleksi masuk perguruan tinggi. c.       Penempatan dan penyaluran dalam kelompok sebaya, kelompok belajar dan organisasi kesiswaan serta kegiatan sosial sekolah.
5.      Layanan Penguasaan Konten, Layanan penguasaan konten merupakan layanan yang membantu peserta didik menguasai konten tertentu, terutama kompetensi dan atau kebiasaan yang berguna dalam kehidupan di sekolah, keluarga, dan masyarakat. 

G.    EVALUASI
Panti Sosial Wisma Tuna Ganda
Diharapkan setelah keluar dari panti LN dapat beradaptasi dengan lingkungan baru dan dapat lebih mandiri.
H.    REKOMENDASI TINDAK LANJUT
1.      Dokter Fisioterapi

I.       DAFTAR PERTANYAN PANTI SOSIAL
1.      Bagaimana bisa berdirinya panti sosial wisma tuna ganda ini? Apakah dari awalibu yag sudah merints panti sosial ini ?
2.      Ada berapa jumlah populasi anak yang di rawat di panti ini?
3.      Mereka semua apakah di kategorikan atau disamaratakan ya bu? Kategorikan dalam arti dari jumlah umur, jenis penyakit atau yang lainnya?
4.      Lalu selama ibu menjabat menjadi ketua panti disini,apakah ibu pernah mengalami kesulitan dalam menangani permasalahan yang terjadi kepada mereka?
5.      Basana masalah seperti apa yang di alami oleh anak-anak ibu disini?
6.      Bagaimana cara ibu menyelesaikan permasalahan nya?
7.      Biasanya ibu menggnakan layanan apa dalam mengentakan permasalahan mereka?
8.      Cara pemberian layanan untuk ABK apakah sama dengan anak yang lainnya?
9.      Apakah mereka memerluan pengajar khusus bu? Untuk melatih saraf-saraf motorik dan keakifan mereka?
10.  Jenis terapi apa yang biasanya digunakan? Apakah setiap anak meode terapinya sama?

A.    LATAR BELAKANG OBSERVASI DI BIDAN MURDININGSIH
Lalu observasi di tempat yang kedua adalah “Bidan Sri Murdiningsih” atau terkenal dengan julukan bidan imung. Bidan merupakan salah satu profesi tertua sejak adanya peradaban umat manusia. Bidan muncul sebagai wanita terpercaya dalam mendampingi dan menolong ibu yang melahirkan. Peran dan posisi bidan dimasyarakat sangat dihargai dan dihormati karena tugasnya yang sangat mulia, memberi semangat, membesarkan hati, mendampingi, serta menolong ibu yang melahirkan sampai ibu dapat merawat bayinya dengan baik. Bidan sebagai pekerja profesional dalam menjalankan tugas dan prakteknya, bekerja berdasarkan pandangan filosofis yang dianut, keilmuan, metode kerja, standar praktik pelayanan serta kode etik yang dimilikinya.
Dalam observasi pada hari Jumat 21 September 2018 kami dipersilakan untuk melihat-lihat ruangan yang ada disana. Dari mulai ruang persalinan, ruang bayi, ruang periksa, dan ruang rawat inap. Bidan Sri Murdiningsih atau bidan imung ini bidan satu-satunya yang paling lama di Depok. Bidan imung ini sudah beroprasi sangat lama ±20 tahun. Di bidan tersebut terdapat 3 bidan ang ekerja disana, salah satunya mba dewi bidan yang paling muda dan baru bekerja selama 1 tahun.

B.     TEORI
1.      Client centered Carls roger
a.        Pandangan Tentang Sifat Manusia
Manusia dalam pandangan Rogers adalah bersifat positif. Ia mempercayai bahwa manusia memiliki dorongan untuk selalu bergerak ke muka, berjuang untuk berfungsi, kooperatif, konstrukstif dan memiliki kebaikan pada inti terdalam tanpa perlu mengendalikan dorongan-dorongan agresifnya. Filosofi tentang manusia ini berimplikasi dalam praktek terapi client centered dimana terapis meletakan tanggung jawab proses terapi pada client, bukan terapis yang memiliki otoritas. Client diposisikan untuk memiliki kesnggupan-kesangguapan dalam membuat keputusan.
Pendekatan konseling client centered menekankan pada kecakapan klien untuk menentukan isu yang penting bagi dirinya dan pemecahan masalah dirinya. Konsep pokok yang mendasari adalah hal yang menyangkut konsep-konsep mengenai diri (self), aktualisasi diri, teori kepribadian,dan hakekat kecemasan. Menurut Roger konsep inti konseling berpusat pada klien adalah konsep tentang diri dan konsep menjadi diri atau pertumbuhan perwujudan diri.
Terapi berpusat pada klien (Client Centered Teraphy) merupakan salah satu teknik alternatif dalam praktik pekerjaan sosial, terutama bagi terapis yang tidak begitu menguasai secara baik beberapa teori dan praktik pekerjaan sosial, walaupun begitu bukan berarti tanpa tantangan dan keahlian yang spesific. Beberapa teori dan praktik pekerjaan yang bersifat dasar tetap menjadi kebutuhan mutlak dalam teknik terapi ini. Tulisan ini akan berusaha menjelaskan tentang latarbelakang historis terapi client centered, beberapa asumsi dasar, prinsip, tujuan dan teknik serta proses terapi client centered.
b.      Latar Belakang Historis Terapi Client Centered
Terapi Client Centered dipelopori oleh Carl R . Rogers sebagai reaksi terhadap apa yang disebutnya sebagai keterbatasan-keterbatasan mendasart dari psikoanalisis;
Pada hakikatnya pendekatan Client Centered merupakan cabang khusus dari terapi Humanistik yang menggaris bawahi tindakan mengalami klien berikut duni subjektif dan fenomenalnya
c.       Beberapa Asumsi Dasar Terapi Client Centered
Individu memiliki kapasitas untuk membimbing, mengatur, mengarahkan, dan mengendalikan dirinya sendiri apabila ia diberikan kondisi tertentu yang mendukung
Individu memiliki potensi untuk memahami apa yang terjadi dalam hidupnya yang terkait dengan tekanan dan kecemasan yang ia rasakan.
Individu memiliki potensi untuk mengatur ulang dirinya sedemikian rupa sehingga tidak hanya untuk menghilangkan tekanan dan kecemasan yang ia rasakan, tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan diri dan mencapai kebahagiaan.
d.      Prinsip-Prinsip dalam Terapi Client Centered
Kita berperilaku sesuai dengan persepsi kita terhadap realitas. Berkaitan dengan hal ini, untuk memahami masalah klien, maka kita harus benar-benar memahami bagaimana ia mempersepsikannya.
Kita termotivasi oleh dorongan primer bawaan lahir yang berupa dorongan untuk mengaktualisasikan diri. Secara otomatis individu akan mengembangkan potensinya dalam kondisi-kondisi yang mendukung. Kondisi-kondisi ini dapat diciptakan dalam terapi dan oleh karena itu, terapis harus bersikap nondirektif.
Individu memiliki kebutuhan dasar akan cinta dan penerimaan. Dalam terapi, hal ini diterjemahkan sebagai adanya kebutuhan untuk fokus pada hubungan (antara terapis dan klien-red) dan pengkomunikasian empati, sikap menghargai, dan ketulusan dari terapis.
Konsep diri individu bergantung pada penerimaan dan penghargaan yang ia terima dari orang lain. Konsep diri klien dapat ia ubah apabila ia mengalami penghargaan positif tanpa syarat (unconditional positive regard) dalam terapi.
·         KONSEP DASAR
a.       Pandangan Menurut Rogers
CLIENT CENTERED (KONSELING BERPUSAT KLIEN) – Model konseling berpusat pribadi dikembangkan oleh Carl R. Rogers. Sebagai hampiran keilmuan merupakan cabang dari psikologi humanistik yang menekankan model fenomenologis. Konseling person-centered mula-mula dikembangkan pada 1940 an sebagai reaksi terhadap konseling psychoanalytic. Semula dikenal sebagai model nondirektif, kemudian diubah menjadi client-centered.
Carl R. Rogers mengembangkan terapi client-centered sebagai reaksi terhadap apa yang disebutnya keterbatasan-keterbatasan mendasar dari psikoanalisis. Terapis berfugsi terutama sebagai penunjang pertumbuhan pribadi seseorang dengan jalan membantunya dalam menemukan kesanggupan-kesanggupan untuk memecahkan masalah-masalah. Pendekatan client centered ini menaruh kepercayaan yang besar pada kesanggupan seseorang untuk mengikuti jalan terapi dan menemukan arahnya sendiri.
b.      Ciri-Ciri Pendekatan Client Centered
Berikut ini uraian ciri-ciri pendektan Client Centered dari Rogers :
Client dapat bertanggungjawab, memiliki kesanggupan dalam memecahkan masalah dan memilih perliku yang dianggap pantas bagi dirinya.   
Menekankan dunia fenomenal client. Dengan empati dan pemahaman  terhadap client, terapis memfokuskan pada persepsi diri client dan persepsi client terhadap dunia.
Prinsip-prinsip psikoterapi berdasarkana bahwa hasrat kematangan psikologis manusia itu berakar pada manusia sendiri. Maka psikoterapi itu bersifat konstrukstif dimana dampak psikoteraputik terjadi karena hubungan konselor dan client. Karena hal ini tidak dapat dilakukan sendirian (client).
Efektifitas teraputik didasarkan pada sifat-sifat ketulusan, kehangatan, penerimaan nonposesif dan empati yang akurat.
Pendekatan ini bukanlah suatu sekumpulan teknik ataupun dogma. Tetapi berakar pada sekumpulan sikap dan kepercayaan dimana dalam proses terapi, terapis dan client memperlihatkan kemanusiawiannya dan partisipasi dalam pengalaman pertumbunhan.
·         TUJUAN PENDEKATAN TERAPI
Terdapat beberapa tujuan pendekatan terapi Client Centered yaitu sebagai berikut :
a.       Keterbukaan pada Pengalaman
Sebagai lawan dari kebertahanan, keterbukaan pada pengalamam menyiratkan menjadi lebih sadar terhadap kenyataan sebagaimana kenyataan itu hadir di luar dirinya.
b.      Kepercayaan pada Organisme Sendiri
Salah satu tujuan terapi adalah membantu klien dalam membangun rasa percaya terhadap diri sendiri. Dengan meningknya keterbukaan klien terhadap pengalaman-pengalamannya sendiri, kepercayaan kilen kepada dirinya sendiri pun muali timbul.
c.        Tempat Evaluasi Internal
Tempat evaluasi internal ini berkaitan dengan kepercayaan diri, yang berarti lebih banyak mencari jawaban-jawaban pada diri sendiri bagi masalah-masalah keberadaannya. Orang semakin menaruh perhatian pada pusat dirinya dari pada mencari pengesahan bagi kepribadiannya dari luar. Dia mengganti persetujuan universal dari orang lain dengan persetujuan dari dirinya sendiri. Dia menetapkan standar-standar tingkah laku dan melihat ke dalam dirinya sendiri dalam membuat putusan-putusan dan pilihan-pilihan bagi hidupnya.
d.      Kesediaan untuk menjadi Satu Proses.
Konsep tentang diri dalam proses pemenjadian merupakan lawan dari konsep diri sebagai produk. Walaupun klien boleh jadi menjalani terapi untuk mencari sejenis formula guna membangun keadaan berhasil dan berbahagia, tapi mereka menjadi sadar bahwa peretumbuhan adalah suatu proses yang berkesinambungan. Para klien dalam terapi berada dalam proses pengujian persepsi-persepsi dan kepercayaan-kepercayaannya serta membuka diri bagi pengalaman-pengalaman baru, bahkan beberapa revisi.

e.       Tujuan Konseling
Tujuan Konseling dengan pendekatan Client Centered adalah sebagai berikut :
·         Menciptakan suasana yang kondusif bagi klien untuk mengeksplorasi diri sehingga dapat mengenal hambatan pertumbuhannya .
·         Membantu klien agar dapat bergerak ke arah keterbukaan, kepercayaanyang lebih besar kepada dirinya,keinginan untuk menjadi pribadi yang mandiri dan meningkatkan spontanitas hidupnya.
·         Menyediakan iklim yang aman dan percaya dalam pengaturan konseling sedemikian sehingga konseli, dengan menggunakan hubungan konseling untuk self-exploration, menjadi sadar akan blok/hambatan ke pertumbuhan.
·         Konseli cenderung untuk bergerak ke arah lebih terbuka, kepercayaan diri lebih besar, lebih sedia untuk meningkatkan diri sebagai lawan menjadi mandeg, dan lebih hidup dari standard internal sebagai lawan mengambil ukuran eksternal untuk apa ia perlu menjadi.
HUBUNGAN KONSELOR DENGAN KLIEN
Konsep hubungan antara terapis dan client dalam pendekatan ini ditegaskan oleh pernyataan Rogers (1961) “jika saya bisa menyajikan suatu tipe hubungan, maka orang lain akan menemukan dalam dirinya sendiri kesanggupan menggunakan hubungan itu untuk pertumbuhan dan perubahan, sehingga perkembangan peribadipun akan terjadi. Ada enam kondisi yang diperlukan dan memadahi bagi perubahan kepribadian :
Dua orang berada dalam hubungan psikologis.
Orang pertama disebut client, ada dalam keadaan tidak selaras, peka dan cemas.
Orang kedua disebut terapis, ada dalam keadaan selaras atau terintegrasi dalam berhubungan.
Terapis merasakan perhatian positif tak bersyarat terhadap client.terapis merasakan pengertian yang empatikterhadap kerangka acuan internal client dan berusaha mengkomunikasikan perasaannya ini kepad terapis.
Komunikasi pengertian empatik dan rasa hormat yang positif tak bersyarat dari terapis kepada client setidak-tidaknya dapat dicapai.
Ada tiga ciri atau sikap terapis yang membentuk bagian tengan hubungan teraputik :
Pertama, Keselarasana/kesejatian. Konsep kesejatian yang dimaksud Rogers adalah bagaimana terapis tampil nyata, utuh, otentik dan tidak palsu serta terinytgrasi selama pertemuan terapi. Terapis bersikap secara spontan dan terbuka menyatakan sikap-sikap yang ada pada dirinya baik yang positif maupun negatif. Terapis tidak diperkenankan terlibat secara emosional dan berbagi perasaan-perasaan secara impulsive terhadap  client. Hal ini dapat menghambat proses terapi. Jelas bahwa pendekatan client centered berasumsi bahwa jika terapi selaras/menunjukkan kesejatiannya dalam berhubungan dengan client maka proses teraputic bisa berlangsung.
Kedua, Perhatian positif tak bersayarat. Perhatian tak bersayarat itu tidak dicampuri oleh evaluasi atau penilaian terhadap pemikiran-pemikiran dan tingkah laku client sebagai hal yang buruk atau baik. Perhatian tak bersyarat bkan sikap “Saya mau menerima asalkan…..melainkan “Saya menerima anda apa adanya”. Perhatian tak bersyarat itu seperti continuum. Semakin besar derajat kesukaan, perhatian dan penerimaan hangat terhadap client, maka semakin besar pula peluang untuk menunjung perubahan pada client.
Ketiga, Pengertian empatik yang akurat. Pada bagian ini merupakan hal yang sangat krusial, dimana terapis benar-benar dituntut untuk menggunakan kemampuan inderanya dalam berempati guna mengenali dan menjelajahi pengalaman subjektif dari client. Konsep ini menyiratkan terapis memahami perasaan-perasaan client yang seakan-akan perasaanya sendiri. Tugas yang makin rumit adalah memahami perasaan client yang samar dan memberikan makna yang makin jelas. Tugas terapis adalah membantu kesadaran client terhadap perasaan-perasaan yang dialami. Regers percaya bahwa apabila terapis mampu menjangkau dunia pribadi client sebagaimana dunia pribadi itu diamati dan dirasakan oleh client, tanpa kehilangan identitas dirinya yang terpisah dari client, maka perubahan yang konstruktif akan terjadi.
PROSES KONSELING
Proses-proses yang terjadi dalam konseling dengan menggunakan pendekatan Client Centered adalah sebagai berikut :
Konseling memusatkan pada pengalaman individual.
Konseling berupaya meminimalisir rasa diri terancam, dan memaksimalkan dan serta menopang eksplorasi diri. Perubahan perilaku datang melalui pemanfaatan potensi individu untuk menilai pengalamannya, membuatnya untuk memperjelas dan mendapat tilikan pearasaan yang mengarah pada pertumbuhan.
Melalui penerimaan terhadap klien, konselor membantu untuk menyatakan, mengkaji dan memadukan pengalaman-pengalaman sebelunya ke dalam konsep diri.Dengan redefinisi, pengalaman, individu mencapai penerimaan diri dan menerima orang lain dan menjadi orang yang berkembang penuh.
Wawancara merupakan alat utama dalam konseling untuk menumbuhkan hubungan timbal balik.

C.    DATA PRIBADI NARASUBER
Nama                                                         : Dewi Piji Astuti
Tanggal Lahir                               : 15 Sep 1995
Alamat                   : Asrama Gegana Brimob Kelapa Dua Depok Rt.01 Rw.06
Status                                                        : Single
Lama Bekerja Di Bidan Sri                      :  1thn
Pendidikan Terakhir                                  : D3 Kebidanan

D.    Pembahasan Studi Kasus  di Panti Sosial Tuna Ganda Palsi Gunung
Nama                     : IS
Jenis Kelamin        : Perempuan   
Umur                     : 23 Tahun
Permasalahan yang dialami : keguguran diusia kandungan muda 
A.    Kasus
B.     Diagnosis
C.     Prognosis



A.    Kasus
      Salah satu bidan di tempat observasi kemarin memberitahukan ada beberapa kasus yang terjadi pada  bidan Sri Murdiningsih atau bidan imung, salah satunya  kasus ibu IS yang mengalami pendarahan ringan saat kandungan nya baru menginjak 3 bulan. Karena menurut bidan dewi pendarahan diusia kehamilan muda itu berbahaya dan akan mengancam nyawa sang bayinya justru seharusnya pendarahan atau lendir darah baiknya keluar saat usia kandungan sudah menginjak usia tua sekitaer 8-9 bulan.
      Akan tetapi jika sudah menginjak usia 8-9 bulan sudah mengalami pendarahan bidan sudah tidak bisa menangani akhirnya bidan mengalih tangan kasuskan ke dokter di rumah sakit. Bidan hanya bisa membantu dengan cara memberikan cairan infus agar sang ibu tidaak kekurangan cairan dalam tubuh dikarenakan darahnya sudah keluar secara terus-menerus. Saat bidan mengarahkan ke dokter di rumah sakit, bidan tidak melepas pasiennya begitu saja akan tetapi bidan mendampi pasien hingga ke rumah sakit, karena tidak memungkinkan untuk pasien berjalan ke rumah sakit sendirian.
      Flek atau pendarahan ini termasuk salah satu tanda keguguran, kalau sudah keluar flek yang di takutkan jika sudah ada flerk berarti sudah ada lubang untuk keluarnya darah kalau kelamaan lubangnya bisa makin membesar apalagi bayi masih diumur 3bulan ini masih berbentuk gumpalan darah. Ibu IS sebelumnya juga mengaklu sering mengalami kram yang berlebihan secara terus menerus.
      Penyebab terjadinya permasalahan yang dialami ibu IS terjadi karena sang ibu kurangnya beristirahat dan pola makan yang tidak sehat. Pada dasarnya ibu hamil mudah mengalami kelelahan, terlebih kehamilan yang pertama. Maka dari itu ibu IS disini terlalu memaksakan untuk bekerja dan melupakan pola makanan yang baik. Sehingga terjadinya pendarahan ini dikarenakan faktor lingkungan keluarga yang tidak bisa menjaga ibu IS.

Kesimpulan :
1.      Ibu IS memerlukan bantyuan khusus dari dokter di rumah sakit
2.      Faktor utama dari permasalahan ibu IS adalah lingkungan keluarga yang kurang perhatian terhadap ibu IS
3.      Suami ibu IS sangat mengharapkan bidan dewi bisa menangani permasalahan istrinya dengan baik.

B.     Diagnosis
      Hasil dari wawancara bidan dewi, mahasiswa bimbingan dan konseling segera menyusun laporan menganai masalah yang dihadapi oibu IS yang anatara lain sebagai berikut :
1.      Ibu IS mengalami pendarahan atau flek dalam usia kandungan yang masih muda
2.      Ibu IS mengalami permasalahan terkait pola kehidupan yang sehat
3.      Ibu IS mengalami kekecewaan karena kandungan nya yang bermasalah
4.      Ibu IS sering merasakan kram yangh berlebihan
      Berdasarkan diagnosis yang dikemukakan mahasiswa bimbingan dan konseling mengadakan rapat dengan semua anggota kelompok untuk membicarakan maslaah dan tindakan yang akan dilakukan. Langkah prognosis yang dilaksanakan atau jenis bimbingan yang diberikan sesuai dengan pertemuan pada wawancara pada hari jumat tanggal 21 september 2018, jenis bimbingan tersebut meliputi :
1.      Ibu IS harus mendaptkan layanan informasi terkait dengan kahamilan.
2.      Ibu IS harus mendapatkan layanan konseling perorangan
3.      Ibu IS mendapatkan layanan konsultasi
4.      Ibu IS dialihtangan kasuskan kepada dokter di rumah sakit
Langkah-langkah yang harus dilaksanakan mahasiswa bimbingan dan konseling
1.      Mahasiswa bimbingan dan konseling melakukan wawancara khusus dengan ibu IS secatra khusus dan sistematis
2.      Mahasiswa bimbingan dan konseling mengadakan pendekatan dengan keluarga dan suami, agar orang tua, suami dan keluarga mengerti dengan sebaik-baiknya tentang kasus yang dialami ibu IS. Yaitu melalui layanan konsultasi
3.      Mahasiswa bimbingan dan konseling mengadakan penyuluhan berupa informasi tentang kehamilan.
4.      Mahasiswa boimbingan dan konseling memberikan informasi keterangan tentang kehamilan agar ibu IS mengerti tentang rentan nya kehamilan.

C.    Prognosis
Konseling Terapi
      Langkah konseling/ terapi yaitu pelaksanaan bantuan yang terkait dengan apa-apa yang di tetapkan dalam langkah prognosis. Langkah terapi mmbutuhkan waktu yang cukup panjang antara lain seperti yang disebutkan sebelumnya yaitu : pe;laksanaan wawancara, mengadakan diskusi kerja kelompok, dan pengarahan buntuk membantu ibu IS dalam penanganan kasus-kasus kehamilan.
Teknik bimbingan yang diberikan dalam masalah ibu IS:
1.      Layanan informasi yaitu, melibatkan ibu IS agar dapat memahamin informasi-informasi awal tentang kehamilan muda. Hal-hal apa saja yang harus dilakukan selama kehamilan dan tidak boleh dilakukan ketika kehamil.
2.      Layanan konseling perorangan yaitu, ketika pasien mengalami stress dan ketidakseimbangan emosional atau hormon.
3.      Kegiatan pendukung alih tangan kasus, yaitu ibu IS di alih tangan kasuskan kepada dokter di rumah sakit jika ada keadaan yang bukan ranah dari bidan.
4.      Layanan konsultasi, yaitu ibu IS mengalami flek agar mendapatkan pencerahan dari permasalahan yang dialami ibu IS.
Konseling Individual
      Merupakan salah satu teknik pemberian bantuan seacara individual dan seacara daterhadap ibu IS yang berlangsung melalui komunikasi. Dalam pelaksanaan konsewling seorang konselor haruslah perlu simpati dan empati, dengan kedua hal tersebut maka ibu IS dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Dengan adanya konseling individu akan memberi kepercayaan yang penuh sehingga ibu IS dapat terentaskan dari masalahnya. Teknik konseling yang digunakan dalam penggunaan individual ada tiga yaitu :
1.      Teknik direktif yaitu mahasiswa BK bereran aktif bila mana pasien pasif.
2.      Teknik non direktif yaitu mahasiswa BK pasif dan pasien aktif dalam pemecahan masalah.
3.      Teknik eklektif yaitu keduabelah pihak aktif.
Di dalam teknik yang disebutkan sebelumnya ;langkah-langkah yang harus ditemopuh antara lain :
1.      Menentukan masalah
2.      Mengumnpulkan data
3.      Analisis data
4.      Menetepkan latar belakang masalah
5.      Menetapkan langkah-langkah bimbingan yang akan diberikanMelakukan terapi bimbingan

E.     MODEL-MODEL KONSELING
Client centered Carls roger
A.     Pandangan Tentang Sifat Manusia
Manusia dalam pandangan Rogers adalah bersifat positif. Ia mempercayai bahwa manusia memiliki dorongan untuk selalu bergerak ke muka, berjuang untuk berfungsi, kooperatif, konstrukstif dan memiliki kebaikan pada inti terdalam tanpa perlu mengendalikan dorongan-dorongan agresifnya. Filosofi tentang manusia ini berimplikasi dalam praktek terapi client centered dimana terapis meletakan tanggung jawab proses terapi pada client, bukan terapis yang memiliki otoritas. Client diposisikan untuk memiliki kesnggupan-kesangguapan dalam membuat keputusan.
Pendekatan konseling client centered menekankan pada kecakapan klien untuk menentukan isu yang penting bagi dirinya dan pemecahan masalah dirinya. Konsep pokok yang mendasari adalah hal yang menyangkut konsep-konsep mengenai diri (self), aktualisasi diri, teori kepribadian,dan hakekat kecemasan. Menurut Roger konsep inti konseling berpusat pada klien adalah konsep tentang diri dan konsep menjadi diri atau pertumbuhan perwujudan diri.
Terapi berpusat pada klien (Client Centered Teraphy) merupakan salah satu teknik alternatif dalam praktik pekerjaan sosial, terutama bagi terapis yang tidak begitu menguasai secara baik beberapa teori dan praktik pekerjaan sosial, walaupun begitu bukan berarti tanpa tantangan dan keahlian yang spesific. Beberapa teori dan praktik pekerjaan yang bersifat dasar tetap menjadi kebutuhan mutlak dalam teknik terapi ini. Tulisan ini akan berusaha menjelaskan tentang latarbelakang historis terapi client centered, beberapa asumsi dasar, prinsip, tujuan dan teknik serta proses terapi client centered.
B.     Latar Belakang Historis Terapi Client Centered
Terapi Client Centered dipelopori oleh Carl R . Rogers sebagai reaksi terhadap apa yang disebutnya sebagai keterbatasan-keterbatasan mendasart dari psikoanalisis;
Pada hakikatnya pendekatan Client Centered merupakan cabang khusus dari terapi Humanistik yang menggaris bawahi tindakan mengalami klien berikut duni subjektif dan fenomenalnya
C.     Beberapa Asumsi Dasar Terapi Client Centered
Individu memiliki kapasitas untuk membimbing, mengatur, mengarahkan, dan mengendalikan dirinya sendiri apabila ia diberikan kondisi tertentu yang mendukung
Individu memiliki potensi untuk memahami apa yang terjadi dalam hidupnya yang terkait dengan tekanan dan kecemasan yang ia rasakan.
Individu memiliki potensi untuk mengatur ulang dirinya sedemikian rupa sehingga tidak hanya untuk menghilangkan tekanan dan kecemasan yang ia rasakan, tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan diri dan mencapai kebahagiaan.
D.    Prinsip-Prinsip dalam Terapi Client Centered
Kita berperilaku sesuai dengan persepsi kita terhadap realitas. Berkaitan dengan hal ini, untuk memahami masalah klien, maka kita harus benar-benar memahami bagaimana ia mempersepsikannya.
Kita termotivasi oleh dorongan primer bawaan lahir yang berupa dorongan untuk mengaktualisasikan diri. Secara otomatis individu akan mengembangkan potensinya dalam kondisi-kondisi yang mendukung. Kondisi-kondisi ini dapat diciptakan dalam terapi dan oleh karena itu, terapis harus bersikap nondirektif.
Individu memiliki kebutuhan dasar akan cinta dan penerimaan. Dalam terapi, hal ini diterjemahkan sebagai adanya kebutuhan untuk fokus pada hubungan (antara terapis dan klien-red) dan pengkomunikasian empati, sikap menghargai, dan ketulusan dari terapis.
Konsep diri individu bergantung pada penerimaan dan penghargaan yang ia terima dari orang lain. Konsep diri klien dapat ia ubah apabila ia mengalami penghargaan positif tanpa syarat (unconditional positive regard) dalam terapi.
·         KONSEP DASAR
c.       Pandangan Menurut Rogers
CLIENT CENTERED (KONSELING BERPUSAT KLIEN) – Model konseling berpusat pribadi dikembangkan oleh Carl R. Rogers. Sebagai hampiran keilmuan merupakan cabang dari psikologi humanistik yang menekankan model fenomenologis. Konseling person-centered mula-mula dikembangkan pada 1940 an sebagai reaksi terhadap konseling psychoanalytic. Semula dikenal sebagai model nondirektif, kemudian diubah menjadi client-centered.
Carl R. Rogers mengembangkan terapi client-centered sebagai reaksi terhadap apa yang disebutnya keterbatasan-keterbatasan mendasar dari psikoanalisis. Terapis berfugsi terutama sebagai penunjang pertumbuhan pribadi seseorang dengan jalan membantunya dalam menemukan kesanggupan-kesanggupan untuk memecahkan masalah-masalah. Pendekatan client centered ini menaruh kepercayaan yang besar pada kesanggupan seseorang untuk mengikuti jalan terapi dan menemukan arahnya sendiri.
d.      Ciri-Ciri Pendekatan Client Centered
Berikut ini uraian ciri-ciri pendektan Client Centered dari Rogers :
Client dapat bertanggungjawab, memiliki kesanggupan dalam memecahkan masalah dan memilih perliku yang dianggap pantas bagi dirinya.   
Menekankan dunia fenomenal client. Dengan empati dan pemahaman  terhadap client, terapis memfokuskan pada persepsi diri client dan persepsi client terhadap dunia.
Prinsip-prinsip psikoterapi berdasarkana bahwa hasrat kematangan psikologis manusia itu berakar pada manusia sendiri. Maka psikoterapi itu bersifat konstrukstif dimana dampak psikoteraputik terjadi karena hubungan konselor dan client. Karena hal ini tidak dapat dilakukan sendirian (client).
Efektifitas teraputik didasarkan pada sifat-sifat ketulusan, kehangatan, penerimaan nonposesif dan empati yang akurat.
Pendekatan ini bukanlah suatu sekumpulan teknik ataupun dogma. Tetapi berakar pada sekumpulan sikap dan kepercayaan dimana dalam proses terapi, terapis dan client memperlihatkan kemanusiawiannya dan partisipasi dalam pengalaman pertumbunhan.
·         TUJUAN PENDEKATAN TERAPI
Terdapat beberapa tujuan pendekatan terapi Client Centered yaitu sebagai berikut :
f.        Keterbukaan pada Pengalaman
Sebagai lawan dari kebertahanan, keterbukaan pada pengalamam menyiratkan menjadi lebih sadar terhadap kenyataan sebagaimana kenyataan itu hadir di luar dirinya.
g.      Kepercayaan pada Organisme Sendiri
Salah satu tujuan terapi adalah membantu klien dalam membangun rasa percaya terhadap diri sendiri. Dengan meningknya keterbukaan klien terhadap pengalaman-pengalamannya sendiri, kepercayaan kilen kepada dirinya sendiri pun muali timbul.
h.       Tempat Evaluasi Internal
Tempat evaluasi internal ini berkaitan dengan kepercayaan diri, yang berarti lebih banyak mencari jawaban-jawaban pada diri sendiri bagi masalah-masalah keberadaannya. Orang semakin menaruh perhatian pada pusat dirinya dari pada mencari pengesahan bagi kepribadiannya dari luar. Dia mengganti persetujuan universal dari orang lain dengan persetujuan dari dirinya sendiri. Dia menetapkan standar-standar tingkah laku dan melihat ke dalam dirinya sendiri dalam membuat putusan-putusan dan pilihan-pilihan bagi hidupnya.
i.        Kesediaan untuk menjadi Satu Proses.
Konsep tentang diri dalam proses pemenjadian merupakan lawan dari konsep diri sebagai produk. Walaupun klien boleh jadi menjalani terapi untuk mencari sejenis formula guna membangun keadaan berhasil dan berbahagia, tapi mereka menjadi sadar bahwa peretumbuhan adalah suatu proses yang berkesinambungan. Para klien dalam terapi berada dalam proses pengujian persepsi-persepsi dan kepercayaan-kepercayaannya serta membuka diri bagi pengalaman-pengalaman baru, bahkan beberapa revisi.

j.        Tujuan Konseling
Tujuan Konseling dengan pendekatan Client Centered adalah sebagai berikut :
·         Menciptakan suasana yang kondusif bagi klien untuk mengeksplorasi diri sehingga dapat mengenal hambatan pertumbuhannya .
·         Membantu klien agar dapat bergerak ke arah keterbukaan, kepercayaanyang lebih besar kepada dirinya,keinginan untuk menjadi pribadi yang mandiri dan meningkatkan spontanitas hidupnya.
·         Menyediakan iklim yang aman dan percaya dalam pengaturan konseling sedemikian sehingga konseli, dengan menggunakan hubungan konseling untuk self-exploration, menjadi sadar akan blok/hambatan ke pertumbuhan.
·         Konseli cenderung untuk bergerak ke arah lebih terbuka, kepercayaan diri lebih besar, lebih sedia untuk meningkatkan diri sebagai lawan menjadi mandeg, dan lebih hidup dari standard internal sebagai lawan mengambil ukuran eksternal untuk apa ia perlu menjadi.
HUBUNGAN KONSELOR DENGAN KLIEN
Konsep hubungan antara terapis dan client dalam pendekatan ini ditegaskan oleh pernyataan Rogers (1961) “jika saya bisa menyajikan suatu tipe hubungan, maka orang lain akan menemukan dalam dirinya sendiri kesanggupan menggunakan hubungan itu untuk pertumbuhan dan perubahan, sehingga perkembangan peribadipun akan terjadi. Ada enam kondisi yang diperlukan dan memadahi bagi perubahan kepribadian :
Dua orang berada dalam hubungan psikologis.
Orang pertama disebut client, ada dalam keadaan tidak selaras, peka dan cemas.
Orang kedua disebut terapis, ada dalam keadaan selaras atau terintegrasi dalam berhubungan.
Terapis merasakan perhatian positif tak bersyarat terhadap client.terapis merasakan pengertian yang empatikterhadap kerangka acuan internal client dan berusaha mengkomunikasikan perasaannya ini kepad terapis.
Komunikasi pengertian empatik dan rasa hormat yang positif tak bersyarat dari terapis kepada client setidak-tidaknya dapat dicapai.
Ada tiga ciri atau sikap terapis yang membentuk bagian tengan hubungan teraputik :
Pertama, Keselarasana/kesejatian. Konsep kesejatian yang dimaksud Rogers adalah bagaimana terapis tampil nyata, utuh, otentik dan tidak palsu serta terinytgrasi selama pertemuan terapi. Terapis bersikap secara spontan dan terbuka menyatakan sikap-sikap yang ada pada dirinya baik yang positif maupun negatif. Terapis tidak diperkenankan terlibat secara emosional dan berbagi perasaan-perasaan secara impulsive terhadap  client. Hal ini dapat menghambat proses terapi. Jelas bahwa pendekatan client centered berasumsi bahwa jika terapi selaras/menunjukkan kesejatiannya dalam berhubungan dengan client maka proses teraputic bisa berlangsung.
Kedua, Perhatian positif tak bersayarat. Perhatian tak bersayarat itu tidak dicampuri oleh evaluasi atau penilaian terhadap pemikiran-pemikiran dan tingkah laku client sebagai hal yang buruk atau baik. Perhatian tak bersyarat bkan sikap “Saya mau menerima asalkan…..melainkan “Saya menerima anda apa adanya”. Perhatian tak bersyarat itu seperti continuum. Semakin besar derajat kesukaan, perhatian dan penerimaan hangat terhadap client, maka semakin besar pula peluang untuk menunjung perubahan pada client.
Ketiga, Pengertian empatik yang akurat. Pada bagian ini merupakan hal yang sangat krusial, dimana terapis benar-benar dituntut untuk menggunakan kemampuan inderanya dalam berempati guna mengenali dan menjelajahi pengalaman subjektif dari client. Konsep ini menyiratkan terapis memahami perasaan-perasaan client yang seakan-akan perasaanya sendiri. Tugas yang makin rumit adalah memahami perasaan client yang samar dan memberikan makna yang makin jelas. Tugas terapis adalah membantu kesadaran client terhadap perasaan-perasaan yang dialami. Regers percaya bahwa apabila terapis mampu menjangkau dunia pribadi client sebagaimana dunia pribadi itu diamati dan dirasakan oleh client, tanpa kehilangan identitas dirinya yang terpisah dari client, maka perubahan yang konstruktif akan terjadi.
PROSES KONSELING
Proses-proses yang terjadi dalam konseling dengan menggunakan pendekatan Client Centered adalah sebagai berikut :
Konseling memusatkan pada pengalaman individual.
Konseling berupaya meminimalisir rasa diri terancam, dan memaksimalkan dan serta menopang eksplorasi diri. Perubahan perilaku datang melalui pemanfaatan potensi individu untuk menilai pengalamannya, membuatnya untuk memperjelas dan mendapat tilikan pearasaan yang mengarah pada pertumbuhan.
Melalui penerimaan terhadap klien, konselor membantu untuk menyatakan, mengkaji dan memadukan pengalaman-pengalaman sebelunya ke dalam konsep diri.Dengan redefinisi, pengalaman, individu mencapai penerimaan diri dan menerima orang lain dan menjadi orang yang berkembang penuh.
Wawancara merupakan alat utama dalam konseling untuk menumbuhkan hubungan timbal balik.

F.     LAYANAN YANG DIGUNAKAN
1.      Layanan Informasi, Layanan informasi adalah layanan yang memungkinan peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi (seperti : informasi diri, sosial,belajar, pergaulan, karier, pendidikan lanjutan). Tujuan layanan informasi adalahmembantu peserta didik agar dapat mengambil keputusan secara tepat tentangsesuatu, dalam bidang pribadi, sosial, belajar maupun karier berdasarkaninformasi yang diperolehnya yang memadai. Layanan informasi pun berfungsiuntuk pencegahan dan pemahaman. Materi layanan informasi menyangkut :
a.       Tugas-tugas perkembangan masa remaja akhir tentang kemampuan dan perkembangan pribadi, 
b.      Usaha yang dapat dilakukan dalam mengenal bakat, minat, serta bentuk-bentuk penyuluhan dan pengembangan. 
c.       Tata tertib sekolah, cara bertingkah laku, tata krama, dan sopan santun.
d.      Nilai-nilai sosial, adat istiadat, dan upaya yang berlaku dan berkembang di masyarakat. 
e.       Mata pelajaran dan pembidangannya seperti program inti dan program tambahan. 
f.        Sistem penjurusan, kenaikan kelas, syarat-syarat mengikuti UN, dll.
g.      Fasilitas penunjang/sumber belajar.

2.      Layanan Konseling Perorangan, Layanan konseling perorangan merupakan layanan yang memungkinanpeserta didik mendapatkan layanan langsung tatap muka (secara perorangan)dengan guru pembimbing untuk membahas dan mengentaskan permasalahan yangdihadapinya dan perkembangan dirinya. Tujuan layanan konseling peroranganadalah agar peserta didik dapat mengentaskan masalah yang dihadapinya.Layanan konseling perorangan berfungsi untuk pengentasan dan advokasi. Pelaksanaan usaha dan pengentasan siswa dapat dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah berikut :
a.       Pengenalan dan pemahaman permasalahan. 
b.      Analisis yang tepat.
c.       Aplikasi dan pemecahan permasalahan. 
d.      Evaluasi, baik evaluasi awal, proses ataupun evaluasi akhir. 
e.       Tindak lanjut. Melihat kepada teknik penyelenggaraan konseling perorangan terdapat bermacam-macam teknik konseling perorangan yang sangat ditentukan oleh permasalahan yang dialami oleh siswa. 
Teknik konseling perorangan yang sederhana melalui proses/tahapan-tahapan sebagai berikut:
a.       Tahap pembukaan 
b.      Tahap penjelasan (eksplorasi) 
c.       Tahap pengubahan tingkah laku
d.      Tahap penilaian/tindak lanjut Materi layanan konseling perorangan meliputi : 1.       Pemahaman sikap, kebiasaan, kekuatan diri dan kelemahan, bakat, minat dan penyalurannya. 2.      Pengentasan kelemahan diri dan pengembangan kekuatan diri. 3.      Mengembangkan kemampuan berkomunikasi, menerima dan menyampaikan pendapat, bertingkah laku sosial, baik di rumah, sekolah maupun di masyarakat. 4.      Mengembangkan sikap kebiasaan belajar yang baik, disiplin dan berlatih dan pengenalan belajar sesuai dengan kemampuan, kebiasaan dan potensi diri. 

3.      Layanan Konsultasi, Layanan Konsultasi merupakan layanan yang membantu peserta didik danatau pihak lain dalam memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani kondisi dan atau masalah peserta didik. Pengertian konsultasi dalam program BK adalah sebagai suatu proses penyediaanbantuan teknis untuk konselor, orang tua, administrator dan konselor lainnyadalam mengidentifikasi dan memperbaiki masalah yang membatasi efektivitaspeserta didik atau sekolah konseling atau psikoterapi sebab konsultasi tidak merupakan layanan yang langsung ditujukan kepada klien, tetapi secara tidak langsung melayani klien melalui bantuan yang diberikan orang lain.
Dalam penyelesaian masalah yang dilakukan bidan dewi tidaka hanya melakukan layanan-layana yang ada dalam bimbingan dan konseling, akan tetapi bidan dewi menggunakan kegiatan pendukung Alih Tangan kasus. Berikut adalah pengertian dari kegiatan pendukung bimbingan dan konseling Alih Tangan Kasus
1.      Alih tangan kasus, yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling, untuk mendapatkan penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas masalah yang dialami peserta didik (klien/konseli) dengan memindahkan penanganan kasus dari satu pihak ke pihak lain. Kegiatan ini memerlukan kerja sama yang erat dan mantap antara berbagai pihak yang dapat memberikan bantuan atas penanganan masalah tersebut (terutama kerja sama dari ahli lain tempat kasus itu dialihtangankan).
Disekolah alih tangan kasus dapat diartikan bahwa guru mata pelajaran/praktik, wali kelas, dan/atau staf sekolah lainnya, atau orang tua mengalihtanagnkan siswa yang bermasalah kepada guru pembimbing. Guru pembimbing atau guru kelas juga dapat mengalihtangankan permasalahan siswa kepada ahli-ahlinyang relevan, seperti dokter, psikiater, ahli agama, dan lain-lain.
Alih tangan bertujuan untuk mendapatkan penangana yang lebih tepat dan tuntas atas masalah yang dihadapi oleh siswa dengan jalan memindahkan penanganan kasus dari satu pihak ke pihak lain yang lebih ahli.
·         Lembaga-lembaga alih tangan kasus (rujukan)
·         Rumah sakit, puskesmas, atau dokter praktek umu
·         Lembaga pelayanan psikologis
·         Lembaga kepolisian
·         Lembaga-lembaga penyelenggaraan tes
·         Lembaga penempatan tenaga.
·         Persyaratan pelayanan alih tangan kasus (rujukan)
Untuk melakukan pelayanan alih tanagan kasus (rujukan), perlu memperhatikan hal-hal berikut:
1.      Alih tangan kasus harus disertai dengan data lengkap berkaitan dengan masalah yang dihadapi oleh siswa yang bersakutan.
2.      Alih tangan kasus harus diberikan surat pengantar atau rekomendasi yang menjelaskan tujuan alih tangan kasus (rujukan) itu.
3.      Alih tangan kasus harus disetujui oleh siswa yang bersangkutan.
4.      Pelayanan alih tangan kasus itu harus tetap menjadi tanggung jawab sekolah.
5.      Pihak yag dialihtangankan harus diminta untuk menyampaikan laporan terinci mengenai hasil upaya alih tangan itu kepada sekolah.
6.      Kriteria penilaian keberhasilan pelayanan alih tangan kasus
7.      Jika pelimpahan kasus kepaa guru didalam sekolah sendiri atau kepada lembaga/pelayanan alih tangan kasus atau rujukan telah disertai dengan data/informasi kasus yang diperlukan.
8.      Jika alih tangan kasus dapat diakhiri dengan pemecahan masalah kasus dan diberikan rekomendasikan tentang masalah kasus pada sumber alih tangan kasus.

G.    EVALUASI
Diharapkan setelah proses melahirkan selesai pasien tetap memeriksakan kepada bidan terkait. 

H.    RENCANA TINDAK LANJUT
1.Dokter Kandungan Rumah Sakit

I.       DAFTAR PERTANYAN WAWANCARA
1.      Sejak kapan praktik bidan ini berdiri ?
2.      Mba dewi sendiri bekerja di bidan ini dari kapan?
3.      Selama menjadi bidan, apakah mba dewi pernah menemukan permasalahan terkait ibu hamil?
4.      Biasanya permasalahan seperi apa yang mba dewi hadapi?
5.      Apakah mba dewi menyelesesaikan semua masalah dengan layanan yang sama?
6.      Apakah mba dewi juga melakkan kunjungan rumah untuk emberikan asuhan? Dan ketika pasien mba dewi berada jau dari jangkauan, apa yang mba lakukan?


Lampiran-lampiran      :
Dokumentasi Panti Sosial Wisma Tuna Ganda Palsigunug
   vv


Dokumentasi Bidan Sri Murdiningsih
 
 
 
 
 








DAFTAR PUSTAKA
Sudrajat , Akhmad. 2013. Konseling Humanistik  (artikel) tersedia di Http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2013/01/28/humanistik/html
Corey, Geral. 2010. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama