LANDASAN PEDAGOGIS DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING
Teknik Informasi Dalam Bimbingan Konseling
Layanan bimbingan dan konseling merupakan bagian integral
dari pendidikan di Indonesia. Sebagai sebuah layanan profesional, kegiatan
layanan bimbingan dan konseling tidak bisa dilakukan secara sembarangan, namun
harus berangkat dan berpijak dari suatu landasan yang kokoh, yang didasarkan
pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Dengan adanya pijakan
yang jelas dan kokoh diharapkan pengembangan layanan bimbingan dan konseling,
baik dalam tataran teoritik maupun praktek, dapat semakin lebih mantap dan bisa
dipertanggungjawabkan serta mampu memberikan manfaat besar bagi kehidupan,
khususnya bagi para penerima jasa layanan (klien).
Agar aktivitas dalam layanan bimbingan dan konseling
tidak terjebak dalam berbagai bentuk penyimpangan yang dapat merugikan semua
pihak, khususnya pihak para penerima jasa layanan (klien) maka pemahaman dan
penguasaan tentang landasan bimbingan dan konseling khususnya oleh para
konselor tampaknya tidak bisa ditawar-tawar lagi dan menjadi mutlak adanya.
Berbagai kesalahkaprahan dan kasus malpraktek yang
terjadi dalam layanan bimbingan dan konseling selama ini, seperti adanya
anggapan bimbingan dan konseling sebagai “polisi sekolah”, atau berbagai
persepsi lainnya yang keliru tentang layanan bimbingan dan konseling, sangat
mungkin memiliki keterkaitan erat dengan tingkat pemahaman dan penguasaan
konselor tentang landasan bimbingan dan konseling. Dengan kata lain,
penyelenggaraan bimbingan dan konseling dilakukan secara asal-asalan, tidak
dibangun di atas landasan yang seharusnya.
Oleh karena itu, dalam upaya memberikan pemahaman tentang
landasan bimbingan dan konseling, khususnya bagi para konselor, melalui makalah
ini akan dipaparkan tentang beberapa landasan yang menjadi pijakan dalam setiap
gerak langkah bimbingan dan konseling yang dalam hal ini akan dibahas dua
landasan yaitu landasan ilmiah dan teknologi serta landasan pedagogis.
Rumusan
Masalah
Bagaimana landasan pedagogis dalam
bimbingan dan konseling ?
Tujuan
Untuk
mengetahui landasan pedagogis dalam bimbingan dan konseling.
Pengertian
landasan
Landasan adalah dasar
tempat berpijak atau tempat mulainya suatu perbuatan. Dalam bahasa inggris,
landsan disebut dengan istilah foundation, yang dalam bahasa Indonesia menjadi
Fondasi. Fondasi merupakan bagian terpenting untuk mengawali sesuatu. Jadi
dapat ditarik kesimpulan landasan adalah fondasi atau tempat berpijaknya
sesuatu.
Pengertian pedagogis
Pedagogis adalah ilmu
atau seni dalam menjadi seorang guru. Istilah ini merujuk pada strategi pembelajaran
atau gaya pembelajara. Pedagogis juga kadang merujuk pada penggunaan yang tepat
dari strategi mengajar. Pedagogis berasal dari bahasa yunani kuno yaitu
paidagogeo yang berarti membimbing secara literal. Kata yang berhubungan dengan
kata pedagogis yaitu pendidikan, sekarang digunakan untuk merujuk pada
keseluruhan konteks pembelajaran, belajar, dan berbagai kegiatan yang
berhubungan dengan hal tersebut.
Landasan Pedagogis
Bimbingan dan konseling itu identik dengan pendidikan.
Artinya ketka seseorang melakukan praktik bimbingan dan konseling berarti ia
sedang mendidik., dan begitupula sebaliknya. Pendidikan itu merupakan salah satu lembaga sosial yang
universal dan berfungsi sebagai sarana reproduksi sosial ( Budi Santoso, 1992)
Landasan pedagogis dalam layanan bimbingan dan
konseling ditinjau dari tiga segi, yaitu:
1. Pendidikan
sebagai upaya pengembangan Individu: Bimbingan merupakan bentuk upaya
pendidikan
Pendidikan
adalah upaya memanusiakan manusia. Seorang bagi manusia hanya akan dapat
menjadi manusia sesuai dengan tuntutan budaya hanya melalui pendidikan. Tanpa
pendidikan, bagi manusia yang telah lahir itu tidak akan mampu memperkembangkan
dimensi keindividualannya, kesosialisasinya, kesosilaanya dan keberagamaanya.
Undang-Undang
No. 2 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 ayat (1) ditegaskan
bahwa :
Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia,
serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Tujuan
bimbingan dan konseling tidak boleh menyimpang dengan tujuan pendidikan
nasional, yakni yang terdapat dalam Undang-Undang No. 20/2003 juga, disebutkan
bahwa :
Pendidikan Nasional bertujuan
mencerdaskan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu
manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi
pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan
rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.
Integrasi
bimbingan dan konseling dengan pendidikan juga tampak dari dimasukkannya secara
berkesinambungan berbagai program pelayanan bimbingan dan konseling ke dalam
program-program sekolah dan madrasah.
2.
Pendidikan sebagai inti Proses Bimbingan Konseling
Indikator utama yang menandai adanya pendidikan ialah
peserta didik yang terlibat di dalamnya menjalani proses belajar dan
kegiatan bimbingan konseling bersifat normatif.
Bimbingan dan konseling mengembangkan proses belajar yang
dijalani oleh klien-kliennya. Kesadaran ini telah tampil sejak pengembangan
gerakan Bimbingan dan Konseling secara meluas di Amerika Serikat . pada tahun
1953, Gistod telah menegaskan Bahwa Bimbingan dan Konseling adalah proses yang
berorientasi pada belajar……, belajar untuk memahami lebih jauh tentang diri
sendiri, belajar untuk mengembangkan dan merupakan secara efektif berbagai
pemahaman.. (dalam Belkin, 1975). Lebih jauh, Nugent (1981) mengemukakan bahwa
dalam konseling klien mempelajari ketrampilan dalam pengambilan keputusan.
Pemecahan masalah, tingkah laku, tindakan, serta sikap-sikap baru . Dengan
belajar itulah klien memperoleh berbagai hal yang baru bagi dirinya; dengan
memperoleh hal-hal baru itulah klien berkembang.
3. Pendidikan lebih lanjut sebagai inti
tujuan Bimbingan tujuan dan konseling
Bimbingan dan konseling mempunyai tujuan khusus ( jangka
pendek ) dan tujuan umum ( jangka
panjang ). Mengutip pendapat Crow and Crow, Prayitno dan Erman Amti menyatakan
bahwa tujuan khusus dalam pelayanan bimbingan dan konseling ialah membantu
individu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya, sedangkan tujuan umumnya
ialah bimbingan itu sendiri.
Tujuan Bimbingan dan Konseling disamping memperkuat
tujuan-tujuan pendidikan, juga menunjang proses pendidikan pada umumnya. Hal
itu dapat dimengerti karena program-program bimbingan dan konseling meliputi
aspek-aspek tugas perkembangan individu, khususnya yang menyangkut kawasan
kematangan pendidikan karier, Kematangan personal dan emosional, serta
kematangan sosial, semuanya untuk peserta didik pada jenjang pendidikan dasar
(SD dan SLTP) dan pendidikan menengah (Borders dan Drury, 1992). Hasil-hasil
bimbingan dan konseling pada kawasan itu menunjang keberhasilan pendidikan pada
umumnya.
Rangkuman
Landasan pedagogis
mengemukakan bahwa antara pendidikan dan bimbingan memang dapat dibedakan, tetapi
tidak dapat dipisahkan. Secara mendasar bimbingan dan konseling merupakan salah
satu bentuk pendidikan. Demikianlah, proses bimbingan dan konseling adalah
proses pendidikan yang menekankan pada kegiatan belajar dan sifat normative.
Tujuan-tujuan bimbingan dan konseling memperkuat tujuan-tujuan pendidikan dan
menunjang program-program pendidikan secara menyeluruh.
Implikasi
landasan pedagogis bagi guru BK terhadap klien
Ø Berfikir : Berfikir
positif terhadap klien.
Ø Bersikap : Bekerja
atau bersikap secara profesional.
Ø Bertindak
: Bertindak
secara Cepat, Tanggap, dan Humanis agar
klien merasa nyaman serta mampu mengembangkan
potensi diri untuk masa depan.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 2005. Psikologi Remaja.Bandung : Bumi Aksara.
Daulay, Agus Salim 2010. Diktat Psikologi Perkembangan. Padangsidimpuan: STAIN
Padangsidimpaun.
Desmita. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga.
Mappiare. 1984. Psikologi Orang Dewasa. Surabaya : Usaha
Nasional.
Papalia, Diane E.2008. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Kencana
Pranada Media Group.
Sarlito. 2010. Psikologi Remaja. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Yusuf, Syamsu. 2007 Psikologi Perkembagan Anak dan Remaja. Bandung :
PT. Remaja Rosdakarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar