Minggu, 23 September 2018

Psikologi Pendidikan – Pengertian, Peran, Teori dan Manfaat


Hasil gambar untuk psikologi pendidikan
Psikologi diartikan sebagai studi ilmu yang mempelajari tentang kejiwaan dan tingkah laku manusia (Slater, 2005). Psikologi pendidikan dimaksudkan untuk memberikan pengaruh dalam kegiatan pendidikan pembelajaran dan proses belajar mengajar yang lebih efektif dengan memperhatikan respon kejiwaan dan  tingkah laku anak didik. Keadaan sistem pembelajaran, cara mengajar, dan anak didik di setiap daerah tidaklah sama.
Kebiasaan anak didik ketika berada di lingkungan keluarga dan lingkungan pendidikan terkadang juga berbeda. Psikologi pendidikan muncul untuk memberikan perbaikan pada dunia pendidikan dalam menerapkan kurikulum, proses belajar mengajar, layanan konseling dan evaluasi untuk mendapatkan kualitas anak didik yang lebih baik.
Pengertian Psikologi Pendidikan Menurut Para Ahli
·         Psikologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku dan gejala gejala jiwa manusia (Abu, 2003).
·         Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia dalam suatu pembelajaran atau pelatihan (KBBI).
·         Menurut Muhibin Syah (2003), psikologi pendidikan adalah sebuah disiplin psikologi yang membahas masalah psikologis yang terjadi dalam dunia pendidikan.
·         Psikologi pendidikan adalah studi yang sistematis terhadap proses dan faktor – faktor yang berhubungan dengan dunia pendidikan (Whiterington, 1982).
·         Sementara itu, Djiwandono (2002), mengatakan bahwa psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku dan pengalaman manusia.
Psikologi pendidikan bermaksud untuk menerapkan psikologi ke dalam proses yang membawa pengubahan tingkah laku, dengan kata lain untuk mengajar. Sedangkan arti psikologi pendidikan adalah ilmu yang mempelajari tentang belajar, pertumbuhan, dan kematangan individu serta penerapan prinsip – prinsip ilmiah terhadap reaksi manusia. Pendidikan tersebut bertujuan untuk mempengaruhi proses mengajar dan belajar.
Pengertian psikologi pendidikan menurut para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa psikologi pendidikan merupakan disiplin ilmu psikologi yang mempengaruhi proses belajar mengajar dalam dunia pendidikan.
Ruang Lingkup Psikologi Pendidikan
Psikologi pendidikan memiiliki ruang lingkupnya yang menjadi dasar dan batas atau yang membedakan dengan keilmuan psikologi lainnya. Menurut Sumadi Suryobroto, ruang lingkup psikologi pendidikan antara lain
·         Pengetahuan
Pendidik atau guru perlu memilik pengetahuan yang lebih untuk memberikan pengajaran pada anak didiknya. Proses belajar mengajar memberikan dampak secara pengetahuan (kognitif) pada peserta didik yang awalnya tidak tahu tentang materi yang diberikan menjadi tahu. Guru atau pengajar perlu memiliki pengetahuan tentang metode pembelajaran dan pengetahuan lainnya tentang masalah yang mungkin ada pada peserta didik.
Pengetahuan tentang aktivitas jiwa peserta didik, intelegensi, kepribadian, karakter individu, bakat peserta didik, tumbuh kembangnya, pembinaan disiplin di dalam kelas, motivasi belajar, perilaku guru, strategi belajar mengajar, dan masalah masalah khusus dalam pengajaran dan pendidikan.
·         Pembawaan
Proses pembelajaran yang interaktif dari guru akan memberikan motivasi dan respon positif dari anak didik saat proses belajar mengajar. Pembawaan dimiliki seorang pengajar sebagai gaya penyampaian materi, konsep pengajaran selama berada di kelas. Dan juga diperlukan untuk mengubah suasana yang menstimulus siswa selalu aktif akan meningkatkan kualitas hasil pembelajaran.
·         Proses – proses tingkah laku
Menurut Soerjabrata, psikologi pendidikan ditinjau secara dinamis yakni mencakup perubahan perilaku seperti :
1.      Perubahan perilaku karena pertumbuhan dan perkembangan.
2.      Perubahan perilaku karena belajar merupakan faktor yang penting dalam pembelajaran.
Proses pembelajaran interaktif yang diberikan oleh guru kepada peserta didik akan memunculkan perubahan perilaku seperti ketrampilan selama proses pembelajaran seperti berbicara di depan kelas, berdiskusi, ataupun kegiatan yang melibatkan respon sensorik dan motorik. Kegiatan tersebut memberikan perubahan pada peserta didik menjadi lebih aktif dan perubahan sikap (afektif) dari sikap yang kurang baik menjadi sikap yang positif. Sikap positif yang dibawa saat kembali ke dalam keluarga, ke masyarakat merupakan hasil proses pendidikan yang berkualitas.
·         Hakikat dan ruang lingkup belajar
Hakikat merupakan hal yang mendasari dalam proses belajar. Hakekat dan ruang lingkup belajar mengacu proses pembelajaran seperti interaksi, materi yang diberikan kepada siswa.
·         Perkembangan siswa
Guru mempengaruhi perkembangan siswa dari tingkah laku yang ditunjukkan ketika di kelas, ketertarikan atau keaktifan saat mengikuti pelajaran, hasil yang didapatkan ketika tes. Dan juga perkembangan siswa yang tampak dari sikap, cara berbicara, interaksi dengan guru dan temannya. Semua itu merupakan hasil dari proses pembelajaran. Perkembangan yang positif jika dilihat kemajuan siswa dalam interaksinya maupun intelegensinya meningkat ke arah yang baik.
·         Faktor yang mempengaruhi belajar
Situasi belajar sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran. Situasi seperti tempat dan suasana sangat mempengaruhi keberhasilan mengajar seorang guru. Kondisi ruang kelas, ruang laboratorium, ruang perpustakaan merupakan fasilitas yang membantu mempengaruhi kualitas belajar mengajar.
Kondisi ruangan dari kebersihan, sirkulasi udara, kapasitas ruangan yang memadai, kondisi bangku dan tempat duduk, penerangan, dan kondisi tenang dibutuhkan akan membangkitkan minta belajar peserta didik dan juga semangat mengajar guru. Sikap guru, semangat kelas, sikap keluarga dan masyarakat juga merupakan faktor yang mempengaruhi situasi belajar dan pada akhirnya mempengaruhi kualitas proses dan hasil pembelajaran.
Faktor lain yang mempengaruhi belajar berasal dari dalam atau diri siswa yaitu motivasi, bakat, intelegensi, kemampuan diri menyesuaikan dengan lingkungan belajar.
·         Pengukuran pendidikan
Pengukuran pendidikan merupakan evaluasi yang dilakukan terhadap peserta didik setelah mendapatkan proses pembelajaran dalam waktu tertentu untuk mengukur perkembangan pendidikan yang telah didapat.
·         Aspek praktis pengukuran
Aspek praktis pengukuran merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengetahui perubahan perilaku siswa hasil dari proses pembelajaran.
·         Transfer belajar
Pembelajaran dengan sistem dan interaksi yang baik dan positif dengan komunikasi yang menyenangkan antara guru dan anak didik menyebabkan anak didik menerima ilmu yang diberikan dan menyukai gurunya. Namun, jika interaksi dan komunikasi guru pada siswa kurang baik, maka siswa akan menjadi tidak suka dan menunjukkan sikap yang negatif. Sikap positif yang diajarkan dan diterapkan selama di sekolah akan dimiliki oleh siswa seperti yang awalnya tidak disiplin menjadi disiplin, yang sebelumnya tidak bisa berpakaian rapi menjadi berseragam dengan rapi.
·         Kesehatan mental
Kesehatan mental anak didik ditandai dengan keikutsertaannya dan keaktifannya dalam mengikuti setiap kegiatan pembelajaran baik secara individu maupun berkelompok.
·         Pendidikan karakter
Karakter psikologi dibentuk dari budaya yang diterapkan selama masa pembelajaran di bangku sekolah oleh pendidik. Budaya berupa aturan aturan kedisplinan ataupun asas dari kebudayaan yang ada pada suatu daerah.
·         Kurikulum pendek
Kurikulum merupakan kerangkan pembelajaran untuk tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien.
Teori Belajar dalam Psikologi Pendidikan
Terdapat beberapa terori – teori psikologi pendidikan yang menjadi konsep dasar pelaksanaan psikologi dalam dunia pendidikan.
·         Teori Behaviorisme
Menurut teori behaviorisme, belajar adalah perubahan tingkah laku. Perubahan tersebut merupakan dampak  dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dapat diartikan bahwa belajar merupakan bentuk perubahan tingkah laku pada siswa dari interaksi terhadap stimulus. Seseorang dikatakan sudah belajar jika terdapat perubahan pada perilakunya.
Kemudian, dalam teori ini, konsep yang diutamakan adalah input atau stimulus yang diberikan seperti guru mengajarkan pada siswa cara membaca. Kemudian output yang merupakan hasil atau respon akibat dari stimulus, seperti siswa menjadi bisa membaca walaupun masih terbata- bata. Hal tersebutlah yang dikatakan belajar. Namun apabila pada outputnya siswa masih belum bisa membaca, maka proses tersebut belum dikatakan sebagai kegiatan belajar karena tidak ada hasil dari stimulus yang diberikan.
·         Operant conditioning Theory
Operant conditioning adalah tipe pembelajaran dimana perilaku dikontrol oleh konsekuensi yang bisa diperoleh. Kunci dari operant conditioning ini adalah dukungan positif dan negatif, hukuman positif dan negatif. Dukungan positif adalah memberikan sesuatu yang menyenangkan pada suatu perilaku. Contohnya : guru yang memberikan pujian pada siswanya karena telah menjawab dengan benar. Dukungan negatif adalah membuang sesuatu yang tidak menyenangkan sebagai sikap yang bisa diterima. Contohnya : Di luar sangat bising, sehingga menyalakan TV dengan keras membuat lebih nyaman dan mengurangi suara bising yang tidak menyenangkan.
Kemudian, hukuman positif digunakan untuk mengurangi perilaku yang tidak menyenangkan. Contohnya : Ketika ada seorang anak yang nakal di kelas, dia menerima hukuman berdiri di depan kelas. Hukuman negatif digunakan untuk mengurangi perilaku yang tidak menyenangkan dengan mengambil sesuatu yang menyenangkan. Contoh : Kevin merusak boneka adiknya, sehingga dia tidak diperbolehkan main di luar dengan temannya (Saul, 2015).
·         Classical conditioning Theory
Classical conditioning merupakan teori dengan melibatkan pembelajaran pada perilaku baru melalui suatu proses yang berkesinambungan. Terdapat tiga tahapan pada teori ini dengan pemberian stimulus baru pada masing masing tahapan.
1.      Tahap 1 – Before Conditioning: pada tahap ini stimulus dari lingkungan yang mengeluarkan respon yang belum dipelajari dan terdapat respon yang tidak pernah terfikirkan. Contoh : Parfum dapat menimbulkan respon kebahagiaan.
2.      Tahap 2 – During Conditioning: Stimulus dari lingkungan tidak berespon berhubungan dengan stimulus yang sudah diketahui. Contoh : parfum mungkin berkaitan dengan seseorang.
3.      Tahap 3 After Conditioning: terbentuknya respon yang baru. Contoh : Seseorang yang sebelumnya berkaitan dengan parfum yang harum menjadi sangat memikat (Mcleod, 2008).
·         Teori Kognitif
Teori kognitif memfokuskan perubahan proses mental dan struktur yang terjadi sebagai hasil dari upaya untuk memahami sekitar. Teori kognitif dugunakan untuk proses pembelajaran yang sederhana seperti mengingat nomor telepon dan lainnya. Kemudian, teori kognitif memiliki empat pronsip dasar : (1) Siswa aktif untuk mendapatkan pemahaman tentang pengetahuan yang diberikan, (2) Pengembangan pengetahuan tergantung terhadap apa yang sudah mereka pelajari, (3) belajar membangun pengalaman (4) belajar merupakan perubahan struktur mental seseorang.
·         Koneksionisme
Teori koneksionisme dikembangkan oleh Edward L. Thorndike (1878- 1949) dan dikenal dengan teori stimulus – respon. Menurutnya, dasar belajar merupakan asosiasi dari stimulus dan respon. Stimulus akan memberikan pesan pada panca indera lalu memberikan respon dengan perilaku. Asosiasi seperti hal tersebut disebut koneksi. Prinsip itulah yang disebut koneksionisme.
·         Teori Gestalt
Gestalt merupakan teori yang menjelaskan proses persepsi melalui penataan komponen sensasi yang memiliki hubungan atau pola menjadi kesatuan. Disimpulkan bahwa, seseorang cenderung melihat sesuatu di sekitarnya sebagai kesatuan yang utuh. Teori Gestalt menjelaskan bagaimana persepsi visual bisa terbentuk. Misalnya, ketika kita sedang melihat awan dan melihat suatu bentuk yang mirip suatu objek.
Peran Psikologi terhadap Pendidikan
Psikologi pendidikan sudah menjadi dasar pembentukan dan pengembangan sistem kurikulum, pembelajaran,d an penilaian dalam dunia pendidikan. Kontribusinya terhadap perkembangan dunia pendidikan dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.      Peran psikologi terhadap kurikulum pendidikan
Secara psikologis, pengembangan diri siswa didasarkan pada kemampuan afektif, kognitif, dan psikomotor. Kemampuan tersebut dapat dilihat dari perkembangan sikap, motivasi, tingkah laku, dan komponen lainnya. Komponen pembelajaran merupakan proses dari input ke output. Lalu, penggunaan kurikulum sebagai kerangka alur input menuju output atau hasil yang baik memerlukan hakikat – hakikat psikologi.
Kurikulum yang saat ini sedang dikembangkan adalah kurikulum berbasis kompetensi. Kompetensi bertujuan untuk mengembangkan kemampuan pada ketrampilan, pengetahuan, dan refleksi dalam berfikir dan bertindak. Kebiasaan berfikir dan bertindak dengan refleksi diri yang konsisten memungkinkan terbentuknya suatu individu individu yang unggul dan kompeten.
2.      Peran psikologi terhadap sistem pembelajaran
Terkait dengan teori teori psikologi yang berdampak pada seseorang dalam bertingkah laku, psikologi juga mempengaruhi sistem pembelajaran pada dunia pendidikan dengan positif. Siswa menjadi bersungguh – sungguh belajar ketika respon psikologinya dibimbing oleh pengajar dengan baik.
Dan juga, proses pemahaman pembelajaran suatu topik menjadi lebih mudah dengan penyelesaian masalah-masalah pembelajaran yang dialami. Keinginan atau hasrat menjadi lebih tinggi dengan pendekatan psikologi dari guru dengan interaksi dan komunikasi yang menyenangkan.
Selain itu psikologi pendidikan juga telah melahirkan prinsip prinsip pembelajaran seperti yang dipaparkan oleh Sudirwo, 2002 :
·         Seseorang yang belajar harus memiliki sebuah tujuan.
·         Tujuan dilahirkan dari kebutuhan bukan paksaan
·         Harus bersedia mengalami beberapa kesulitan.
·         Belajar itu dibuktikan dengan perubahan perilaku.
·         Belajar membutuhkan insight apa yang harus dipelajari dan dipahami.
·         Seseorang membutuhkan bimbingan.
·         Ujian perlu dilakukan namun didahului dengan pemahaman.
3.      Peran psikologi terhadap sistem penilaian
Psikologi juga telah memberikan peranannya dalam sistem penilaian. Misalnya, dengan tes psikologi untuk mengetahui tingkat kecerdasan siswa, tes bakat untuk mengetahui bakat yang potensial terdapat dalam diri siswa sehingga lebih mudah memberikan bimbingan dalam membantu mengembangkan potensi diri siswa.
Tes aspek kepribadian juga dapat membantu guru mengenal lebih baik pribadi siswanya sehingga bisa memberikan pendekatan yang lebih baik lagi dalam proses pembelajaran. Berbagai tes psikologi tersebut membantu memberikan penilaian terhadap masing masing siswa untuk mempermudah menjembatani keinginan, potensial, maupun impian siswa sesuai dengan kemampuan dan bakatnya.
Manfaat Mempelajari Psikologi Pendidikan
Terdapat beberapa manfaat mempelajari psikologi pendidikan menurut Muhammad dan Wiyani (2013), yaitu :
1.      Memahami perbedaan siswa
Masing masing siswa memiliki kemampuan dan potensi yang berbeda beda. Sebagai guru, perlu untuk memahami perbedaan perbedaan karakteristik setiap siswa, tahap tumbuh kembangnya, serta tipe perilakunya. Pemahaman tersebut dapat menghasilkan interaksi pembelajaran yang sesuai dan pembelajaran yang efektif serta efisien.
Tidak hanya itu, pemahaman guru terhadap perbedaan-perbedaan tersebut memungkinkan untuk memberikan interaksi belajar yang berbeda pula pada setiap siswa agar pendekatan dan proses belajar lebih bisa diterima tanpa membeda bedakan siswa secara personal atau pilih kasih.
2.      Menciptakan iklim belajar yang kondusif di kelas
Kemampuan guru menciptakan iklim belajar yang kondusif meningkatkan efektifitas kegiatan belajar mengajar dalam kelas. Pengetahuan tentang prinsip-prinsip dasar pendekatan dan interaksi yang menyenangkan kepada siswa sesuai dengan masing masing karakteristik siswa, akan memberikan iklim belajar yang kondusif dan proses pembelajaran yang efektif.
3.      Memilih strategi pembelajaran yang tepat
Mempelajari psikologi untuk mengenal karakteristik masing masing siswa dan mengenal metode pembelajaran yang disukai, akan memberikan kemampuan untuk memilih strategi pembelajaran yang tepat di dalam kelas. Strategi pembelajaran yang sudah tepat, akan memberikan situasi efektif belajar mengajar.
4.      Memberikan bimbingan pada siswa
Psikologi memberikan kemampuan kepada guru untuk menjadi seorang pembimbing bagi siswanya dengan pendekatan emosional dari hati ke hati untuk mendapatkan kepercayaan siswa. Ketika siswa sudah memberikan rasa percayanya kepada guru, maka proses membantu penyelesaian masalah untuk proses pembelajaran yang efektif akan dapat dilakukan dengan mudah.
5.      Berinteraksi dengan tepat dengan siswa
Prinsip-prinsip psikologi mendasari cara berkomunikasi yang tepat dalam pembelajaran. Komunikasi dengan siswa dinyatakan dengan menempatkan diri sesuai tahapan tumbuh kembang siswa. Sehingga dapat memberikan suatu interaksi yang menyenangkan. Penyesuaian dengan tahapan rumbuh kembang siswa menciptakan pemahaman pengajar dari sudut siswa dan mengetahui keinginan atau proses pembelajaran yang disukai dan juga karakter masing masing siswa.
6.      Memberikan evaluasi hasil pembelajaran
Sebagai seorang pendidik, dengan mempelajari psikologi pendidikan akan mampu memberikan penilaian hasil pembelajaran secara adil. Selain itu juga dapat menyesuaikan dengan kemampuan masing-masing siswa tanpa membedakan satu dengan yang lainnya. Evaluasi hasil pembelajaran bisa berupa nilai ujian secara intelegensi, nilai sikap, dan nilai keaktifan mengikuti kegiatan sekolah. Ketiga hal tersebut menentukan kualitas perbaikan itngkah laku siswa menjadi lebih baik.
7.      Memotivasi belajar
Bekal psikologi pendidikan untuk pengajar agar pengajar mampu memberikan dukungan, dorongan atau motivasi untuk siswanya dalam semangat belajar yang lebih tinggi. Psikologi pendidikan mengajarkan tentang memahami masing masing karakteristik siswa dan memberikan motivasi sesuai dengan karakter tersebut agar lebih efektif mempengaruhi semangat belajar siswa. Pemberian dukungan positif kepada siswa menghasilkan semangat belajar yang meningkat.
8.      Menetapkan tujuan pembelajaran
Psikologi pendidikan membantu pegajar untuk menentukan tujuan pembelajaran terhadap perubahan perilaku seperti apa yang diinginkan sebagai hasil pembelajaran. Tujuan pembelajaran ditetapkan pada setiap materi yang akan diberikan. Oleh karena itu, tujuan pembelajaran dijadikan patokan kesesuaian hasil pembelajaran apakah nantinya dianggap berhasil atau tidak.
9.      Penggunaan media pembelajaran yang tepat
Pengetahuan psikologi pendidikan juga bermanfaat untuk menentukan media pembelajaran yang tepat untuk siswa, misalnya media audio, visual, motorik, dan lain sebagainya sebagai aktivitas pembelajaran yang menyenangkan. media pembelajaran juga disesuaikan dengan materi belajar yang akan disampaikan. Siswa terkadang lebih tertarik dengan proses pembelajaran yang menggunakan komponen audiovisual dalam proses pemahaman materi dan lebih efisien dalam pengembangan imajinasi siswa.
10.  Penyusunan jadwal pelajaran yang sesuai
Penyusunan jadwal pelajaran juga disesuaikan dengan kondisi siswa, seperti pelajaran yang butuh pemikiran lebih rumit seperti matematika akan lebih baik jika diletakkan pada jam belajar pertama, saat pikiran siswa masih segar dan konsentrasinya masih maksimal. Jika mata pelajaran seperti matematika diletakkan pada akhir kelas, maka hal itu tidak akan efektif. Siswa sudah lelah, daya tangkapnya menurun, konsentrasi menurun, dan pembelajaran menjadi tidak efektif.
Psikologi pendidikan memberikan dampak dan manfaat dari berbagai aspek dalam pembelajaran. Psikologi pendidikan membantu pengajar untuk memahami siswa lebih dalam berdasarkan karakteristiknya, tahap tumbuh kembangnya, perilaku dan tingkah lakunya, secara emosional untuk memberikan proses belajar mengajar yang tepat dan sesuai sehingga menghasilkan proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Proses pembelajaran yang baik tersebut akan berdampak pada hasil yang memuaskan. Siswa yang mendapatkan proses pembelajaran baik, akan menerapkan pola pola kebiasaan yang baik setelah dirinya masuk ke dalam keluarga dan masyarakat dan memberikan dampak perilaku positif dalam setiap kehidupannya.
Artikel tentang psikologi pendidiikan ini semoga dapat membantu para pengajar untuk lebih memahami karakter siswanya dan menyesuaikan proses pembelajaran yang tepat sehingga mampu menghasilkan generasi generasi yang unggul baik secara intelegensi maupun sikap dan perilaku yang nantinya dibawa dalam kehidupan bermasyarakat sehingga mampu memberikan peranan positif dan bermanfaat.


BK POLA 17 PLUS

POLA 17 PLUS

1. Wawasan Bimbingan dan Konseling 
Pengetahuan Wawasan Bimbingan dan Konseling yang harus dimiliki oleh seorang konselor yaitu
a. Konsep Dasar bimbingan dan konseling
Dalam konsep dasar seorang konselor perlu memahami dan mendalami tentang:
1.      perubahan dan perkembangan masyarakat; 
2.      modernisasi, 
3.      era glogalisasi dan informasi, 
4.      dampak modernisasi, globalisasi dan informasi, 
5.      derajat manusia di antara sekian makhluk, 
6.      dimensi kemanusiaan (individualitas, sosialitas, moralitas, dan religiusitas), 
7.      Manusia seutuhnya, 
8.      sumber masalah,
9.      peranan pendidikan, 
10.  peranan bimbingan dan konseling, dan 
11.  peraturan perundang-undangan sistem pendidikan nasional.
b. Fungsi bimbingan dan konseling
Dalam proses pelayanan bimbingan dan konseling ada beberapa fungsi pokok diantaranya adalah:
1.      Fungsi Pemahaman, 
2.      Fungsi Pencegahan, 
3.      Fungsi Pengentasan, 
4.      Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan.
5.      Fungsi Advokasi
c. Landasan bimbingan dan konseling
Dalam pelayanan bimbingan dan konseling terdapat beberapa landasan diantaranya:
Landasan Filosofi, pemikiran filosofis yang menitik beratkan pada pemahaman tentang hakekat manusia.  Hakekat manusia dilihat dari beberapa dimensi memiliki empat dimensi yaitu:
1.      Dimensi keindividualan, 
2.      Dimensi kesosialan, 
3.      Dimensi kesusilaan dan 
4.      Dimensi keberagamaan. 
Hasil gambar untuk bk pola 17 plus
Bagan BK Pola 17 Plus

Selain itu hakekat manusia adalah mahluk Tuhan yang memiliki tujuan mengemban tugas dalam kehidupan yang berkaitan dengan kehidupan beragama, bekerja, berkeluarga, dan bermasyarakat. 
Landasan Religius, menitik beratkan pada pemahaman tentang  keyakinan bahwa manusia dan seluruh alam semesta terhadap makhluk Tuhan. Upaya konselor pada landasan ini menuntut suasana dan perangkat budaya dan kemasyarakatan sesuai dengan kehidupan beragama dalam membantu dan memecahkan masalah individu. 
Landasan Psikologis, menitik beratkan pada pemahaman tentang tingkah laku klien. Upaya konselor pada landasan ini menuntut bidang garapan bimbingan dan konseling adalah tingkah laku perlu diubah, dikembangkan dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi atau tujuan yang akan dicapai dengan pemahaman bahwa pemahaman tingkah laku yang jadi sasaran pelayanan memiliki latar belakang dan masa depan yang berbeda. 
Landasan Sosial Budaya, penyelengaraan bimbingan dan konseling harus dapat dilandasi oleh pertimbangan keanekaragaman sosial budaya dan hidup dalam masyarakat di samping akan dinamika sosial budaya menuju masyarakat lebih maju. Perbedaan latar belakang sosial budaya yang beraneka pada konseli menjadi tanggung jawab konselor agar tidak disamaratakan dalam usaha membantu memecahkan persoalan klien. 
Landasan Ilmiah dan Teknologi, teknologi membicarakan tentang sifat keilmuan bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling sebagai ilmu yang multidimensional yang menerima sumbangan besar dari ilmu-ilmu lain dan bidang teknologi. 
Landasan Pedagogis, tujuan pendidikan dan tujuan bimbingan dan konseling memang dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan. Secara mendasar bimbingan dan konseling merupakan salah satu bentuk pendidikan sehingga tujuan bimbingan dan konseling memperkuat tujuan pendidikan dan menunjang program pendidikan secara menyeluruh.
d. Asas bimbingan dan konseling
Dalam pelayanan bimbingan dan konseling terdapat beberapa asas diantaranya: 
·         Asas Kerahasiaan, 
·         Asas Kesukarelaan, 
·         Asas Keterbukaan, 
·         Asas Kekinian, 
·         Asas Kemandirian, 
·         Asas Kegiatan, 
·         Asas Kedinamisan, 
·         Asas Keterpaduan, 
·         Asas Kenormatifan, 
·         Asas Keahlian, 
·         Asas Alih Tangan, dan 
·         Asas Tutwuri Handayani.
e. Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling
Prinsip-prinsip dalam bimbingan dan konseling ada empat hal, yaitu :
·         Prinsip-prinsip berkenaan dengan sasaran pelayanan, 
·         Prinsip-prinsip berkenaan dengan masalah individu, 
·         Prinsip-prinsip berkenaan dengan pelayanan dan 
·         Prinsip-prinsip berkenaan dengan pelaksanaan layanan.
2. Bidang Bimbingan
Pelayanan bimbingan konseling di sekolah merupakan kegiatan yang sistematis, terarah dan berkelanjutan. Oleh karena itu pelayanan bimbingan konseling selalu memperhatikan karakteristik tujuan pendidikan, kurikulum dan peserta didik.
a.       Bidang bimbingan pribadi
Dalam bidang bimbingan pribadi, pelayanan bimbingan konseling membantu siswa menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, mantap dan mandiri serta sehat jasmani dan rohani. Bidang bimbingan pribadi ini dapat dirinci menjadi pokok-pokok berikut:
Ø  Pemantapan sikap dan kebiasaan serta pengembangan wawasan dalam beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Ø  Pemantapan pemahaman tentang kekuatan diri dan pengembangannya untuk kegiatan-kegiatan yang kreatif dan produktif.
Ø  Pemantapan pemahaman tentang bakat dan minat pribadi serta penyaluran dan pengembangan.
Ø  Pemantapan pemahaman tentang kelemahan diri dan usaha-usaha penanggulangannya.
Ø  Pemantapan kemampuan mengambil keputusan
Ø  Pengembangan kemampuan mengarahkan diri sesuai dengan keputusan yang diambil
Ø  Pemantapan dalam perencanaan dan penyelenggaraan hidup sehat.
b.      Bidang bimbingan sosial
Dalam bidang bimbingan sosial, pelayanan bimbingan konseling di sekolah berusaha membantu peserta didik mengenal dan berhubungan dengan lingkungan sosialnya. Bidang ini dirinci menjadi pokok-pokok berikut:
Ø  Pemantapan kemampuan berkomunikasi baik melalui lisan maupun tulisan.
Ø  Pengembangan kemampuan bertingkah laku dan berhubungan sosial, baik di rumah, di sekolah maupun di masyarakat.
Ø  Pemantapan hubungan yang dinamis, harmonis dan produktif dengan teman sebaya.
Ø  Pemantapan tentang peraturan, kondisi dan tuntutan sekolah, rumah dan lingkungan.
Ø  Pemantapan kemampuan menerima dan mengemukakan pendapat serta berargumentasi.
Ø  Orientasi tentang hidup berkeluarga.
c.       Bidang Bimbingan Belajar
Dalam bidang bimbingan belajar, pelayanan bimbingan konseling membantu peserta didik untuk menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik. Bidang bimbingan ini memuat pokok-pokok berikut:
Ø  Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar untuk mencari informasi dari berbagai sumber belajar.
Ø  Pemantapan disiplin belajar dan berlatih baik secara mandiri atau kelompok.
Ø  Pemantapan penguasaan materi program belajar di sekolah.
Ø  Pemantapan pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik, sosial dan budaya yang di lingkungan sekitar dan masyarakat.
Ø  Orientasi dan informasi tentang pendidikan yang lebih tinggi.
d.      Bidang bimbingan karier
Dalam bidang bimbingan karier ini, pelayanan bimbingan konseling ditujukan untuk mengenal potensi diri, mengembangkan dan memantapkan pilihan karier. Bimbingan ini memuat pokok-pokok berikut:
Ø  Pengenalan terhadap dunia kerja dan usaha untuk memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup
Ø  Pemantapan pemahaman diri berkenaan dengan kecenderungan karier yang hendak dikembangkan.
Ø  Pemantapan informasi tentang kondisi tuntutan dunia kerja, jenis-jenis pekerjaan.
Ø  Pemanfaatan cita-cita karier sesuai dengan bakat minat dan kemampuan.
Bidang Kehidupan Keberagamaan: bidang pelayanan yang membantu peserta didik untuk mementapkan diri dalam memahami dan melaksanakan nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan pribadi dan sosial.
3. Layanan Bimbingan dan Konseling
Layanan bimbingan dan konseling meliputi:
Layanan Orientasi
Layanan orientasi adalah layanan bimbingan yang dilakukan untuk memperkenalkan siswa baru dan atau seseorang terhadap lingkungan yang baru dimasukinya. Hasil yang diharapkan dari layanan orientasi adalah dipermudahnya penyesuaian diri siswa terhadap pola kehidupan sosial, kegiatan belajar dan kegiatan lain yang mendukung keberhasilan siswa. Fungsi utama layanan orientasi ialah fungsi pemahaman dan pencegahan.
Materi yang dapat diangkat melalui layanan orientasi ada berbagai macam, yaitu meliputi:
·         Orientasi umum sekolah yang baru dimasuki
·         Orientasi kelas baru dan semester baru
·         Orientasi kelas terakhir
Penyelenggaraan layanan orientasi dapat diselenggarakan melalui ceramah, tanya jawab dan diskusi selanjutnya dapat dilengkapi dengan peragaan, selebaran, tayangan foto, film, video, dan peninjauan ketempat-tempat yang dimaksud (ruang kelas, laboratorium, perpustakaan dll). Materi orientasi dapat diberikan oleh konselor, Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Wali Kelas, Guru Mata pelajaran, atau personil lain. Namun seluruh kegiatan itu direncanakan dan dikoordinasikan oleh konselor sekolah.
Layanan orientasi dapat diselenggarakan baik dalam bentuk pertemuan umum, pertemuan klasikal, maupun pertemuan kelompok. Materi orientasi dapat disampaikan oleh konselor sekolah, Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Wali Kelas, Guru Mata pelajaran, atau personil lain. Layanan orientasi diselenggarakan pada awal mulainya kegiatan pada satu jenjang atau periode pendidikan tertentu.
Layanan Informasi
Bertujuan untuk membekali individu dengan berbagai pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai hal yang berguna untuk mengenal diri, merencanakan dan mengembangkan pola kehidupan sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat. Fungsi utama layanan informasi ialah fungsi pemahaman dan pencegahan.
Materi yang dapat diangkat melalui layanan informasi ada berbagai macam, yaitu meliputi: 
·         Informasi pengembangan pribadi; 
·         Informasi kurikulum dan proses belajar mengajar;
·         Informasi pendidikan tinggi;
·         Informasi jabatan; 
·         Informasi kehidupan keluarga, sosial-kemasyarakatan, keberagaman, sosial-budaya, dan lingkungan.
Materi informasi dapat diberikan berbagai nara sumber baik dari sekolah sendiri, dari sekolah lain, dari lembaga-lembaga pemerintah, maupun dari berbagai kalangan di masyarakat dapat diundang untuk memberikan informasi kepada siswa. Namun seluruh kegiatan itu harus direncanakan dan dikoordinasikan oleh konselor sekolah. Layanan informasi dapat diberikan kapan saja pada waktu yang memungkinkan. Topik yang diberikan dipilihkan yang sedang hangat menyangkut kebutuhan siswa dalam cakupan yang besar.
Layanan Penempatan dan Penyaluran
Kemampuan, bakat, dan minat bila tidak disalurkan secara tepat dapat mengakibatkan siswa yang bersangkutan tidak dapat berkembang secara optimal. Layanan penempatan dan penyaluran memungkinkan siswa berada pada posisi dan pilihan yang tepat yaitu berkenaan dengan penjurusan, kelompok belajar, pilihan pekerjaan/karier, kegiatan ekstra kurikuler, program latihan dan pendidikan yang lebih tinggi sesuai kondisi fisik dan psikisnya. Fungsi utama layanan penempatan dan penyaluran ialah fungsi pencegahan dan pemeliharaan.
Materi yang dapat diangkat melalui layanan penempatan dan penyaluran ada berbagai macam, yaitu:
·         penempatan di dalam kelas berdasar kondisi dan ciri pribadi dan hubungan sosial siswa serta asas pemerataan;
·         penempatan dan penyaluran ke dalam kelompok belajar berdasarkan kemampuan dan kelompok campuran; 
·         penempatan dan penyaluran di dalam program yang lebih luas.
Pengungkapan pelaksanaan layanan penempatan dan penyaluran dapat dilakukan melalui pengamatan langsung, analisis hasil belajar, dan himpunan data, penyelenggaraan instrumentasi, wawancara dengan siswa, analisis laporan (wali kelas, guru mata pelajaran, guru praktek, diskusi dengan personil sekolah). Konselor sekolah perlu memiliki catatan lengkap tentang penempatan dan penyaluran seluruh siswa asuhannya. Kemana siswa itu ditempatkan, pada posisi mana di dalam kelas, kelompok mana, berapa lama direncanakan berada pada posisi kelompok itu, dan kapan penempatan dan penyaluran itu dievaluasi dan diperbarui. Catatan ini amat diperlukan untuk tindak lanjut layanan penempatan dan penyaluran.
Penguasaan Konten
Yaitu layanan yang membantu peserta didik menguasai konten tertentu, terutama kompetensi dan atau kebiasaan  yang berguna dalam kehidupan di sekolah, keluarga, dan masyarakat.
Materi umum layanan penguasaan konten ditujukan konseli dapat memiliki konten dalam:
·         Ketrampilan teknik belajar
·         Ketrampilan cara belajar yang efektif dan efisien
·         Melatih kebiasaan belajar
·         Melatih efisiensi waktu sehari-hari 
Contohnya:
·         Mengatur jadwal kegiatan sehari-hari: di rumah, di sekolah, di luar rumah/sekolah, 
·         Menggunakan waktu senggang,
Layanan Konseling Perorangan
Tujuan dan fungsi layanan konseling perorangan dimaksudkan untuk memungkinkan siswa mendapatkan layanan langsung, tatap muka dengan konselor sekolah dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahannya. Fungsi utama bimbingan yang didukung oleh layanan konseling perorangan ialah fungsi pengentasan.
Konselor sekolah tidak boleh sekedar menunggu kedatangan siswa saja, sebaiknya harus aktif mengupayakan agar siswa yang bermasalah menjadi sadar bahwa dirinya bermasalah, menjadi sadar bahwa mereka memerlukan bantuan untuk memecahkan masalahnya. Upaya ini dilakukan dengan ceramah, tanya jawab terkait dengan layanan konseling perorangan sehingga yakin bahwa layanan konseling perorangan itu benar-benar bermanfaat dan diperlukan siswa. Upaya lain adalah memanggil siswa didasari oleh analisis yang mendalam tentang perlunya siswa dipanggil berdasar analisis belajar, hasil instrumen, hasil pengamatan, laporan pihak tertentu dengan dalih menawarkan diri untuk membantu siswa dan memberikan kesempatan bahwa pertemuan itu untuk kepentingan siswa.
Materi layanan konseling perorangan, antara lain:
Ø  Pemahaman sikap, kebiasaan, kekuatan diri dan kelemahan, bakat dan minat serta penyalurannya.
Ø  Pengentasan kelemahan diri dan pengembangan kekuatan diri.
Ø  Informasi karier, dunia kerja dan prospek masa depan karier.
Ø  Pengambilan keputusan sesuai dengan kondisi pribadi, keluarga dan sosial.
Layanan bimbingan kelompok
Merupakan suatu cara memberikan bantuan (bimbingan) kepada individu (siswa) melalui kegiatan kelompok. Tujuannya adalah untuk pengembangan kemampuan bersosialisasi, khususnya kemampuan berkomunikasi peserta layanan (siawa). Secara khusus layanan ini bertujuan untuk mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang perwujudan tingkah laku yang lebih efektif, yakni peningkatan kemampuan berkomunikasi baik verbal maupun nonverbal para siswa.
Layanan bimbingan kelompok mempunyai 3 fungsi yaitu informatif, pengembangan dan preventif dan kreatif. Materi layanan bimbingan kelompok, yaitu:
Ø  Pemahaman dan pemantapan kehidupan keberagaman dan hidup sehat.
Ø  Pemahaman dan penerimaan diri sendiri dan orang lain sebagaimana adanya (termasuk perbedaan individu, sosial dan budaya).
Ø  Pemahaman tentang dunia kerja, pilihan dan pengembangan karier.
Ø  Pengambilan keputusan dan perencanaan masa depan.
Layanan konseling kelompok
Layanan konseling kelompok adalah suatu upaya pembimbing atau konselor membantu memecahkan masalah-masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok melalui kegiatan kelompok agar tercapai perkembangan yang optimal. Tujuannya adalah agar berkembangnya kemampuan sosialisasi siswa, khususnya kemampuan berkomunikasi siswa.
Dinamika kelompok adalah suasana yang hidup yang berdenyut, yang bergerak, yang berkembang yang ditandai dengan adanya interaksi antar sesama anggota kelompok.
Tujuan konseling kelompok, meliputi:
Ø  Melatih anggota kelompok agar berani berbicara dengan orang banyak.
Ø  Melatih anggota kelompok dapat bertenggang rasa terhadap teman sebaya.
Ø  Dapat mengembangkan bakat dan minat masing-masing anggota kelompok.
Ø  Mengentaskan permasalahan-permasalahan kelompok
Proses pelaksanaan konseling kelompok dilaksanakan melalui tahap-tahap berikut:
Ø  Tahap pembentukan
Ø  Tahap peralihan
Ø  Tahap kegiatan
Ø  Tahap pengakhiran.
Layanan konsultasi
Merupakan   layanan  koseling yang dilaksanakan oleh  konselor (pembimbing) terhadap seorang konsulti yang memungkinkan dirinya memperoleh wawasan, pemahaman dan cara-cara yang  perlu dilaksanakannya   dalam   menangani   kondisi    atau  permasalahan   pihalk  ketiga.  Bertujuan agar klien (siswa) dengan kemampuannya sendiri dapat menangani kondisi atau permasalahan yang dialami oleh pihak ketiga. Pihak ketiga adalah orang yang mempunyai hubungan baik dengan kosulti, sehigga permasalahan yang dialami oleh pihak ketiga setidak-tidaknya sebahagian menjadi tanggung jawab konsulti.
Layanan mediasi
Merupakan layanan konseling yang dilaksanakan konselor terhadap dua pihak atau lebih yang sedang dalam keadaan saling tidak menemukan kecocokan. Layanan ini bertujuan agar tercapai hubungan yang positif dan kondusif diantara para klien atau pihak-pihak yang bertikai atau bermusuhan.
4.  Kegiatan Pendukung Bimbingan Konseling
            Selain kegiatan layanan bimbingan konseling sebagaimana yang telah dikemukakan pada uraian terdahulu, dalam bimbingan konseling dapat dilakukan sejumlah kegiatan lain yang disebut kegiatan pendukung. Kegiatan pendukung ini pada umumnya tidak ditujukan secara langsung untuk memecahkan atau mengentaskan masalah klien, melainkan untuk memungkinkan diperolehnya data dan keterangan lain serta kemudahan-kemudahan yang akan membantu kelancaran dan keberhasilan kegiatan layanan terhadap peserta didik.
a.      Aplikasi instrumentasi bimbingan konseling
Aplikasi instrumentasi bimbingan konseling bertujuan untuk mengumpulkan data dari keterangan tentang peserta didik (baik secara individual maupun kelompok), keterangan tentang lingkungan peserta didik dan lingkungan yang lebih luas (termasuk di dalamnya informasi pendidikan dan jabatan). Data dan keterangan yang perlu dikumpulkan melalui aplikasi instrumentasi bimbingan konseling pada umumnya meliputi:
Ø  Kebiasaan dan sikap dalam beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Ø  Kondisi mental dan fisik siswa, pengenalan terhadap diri sendiri.
Ø  Kemampuan pengenalan lingkungan dan hubungan sosial.
Ø  Tujuan, sikap, kebiasaan dan keterampilan serta kemampuan belajar.
Ø  Informasi karier dan pendidikan.
Ø  Kondisi keluarga dan lingkungan.
b.     Penyelenggaraan himpunan data
     Yaitu kegiatan pendukung bimbingan konseling untuk menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan peserta didik. Himpunan data perlu diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematis, komprehensif, terpadu dan sifatnya tertutup.
Data yang perlu dikumpulkan, disusun dan dipelihara meliputi:
Ø  Identitas pribadi
Ø  Latar belakang rumah dan keluarga
Ø  Kemampuan mental, bakat dan kondisi kepribadian
Ø  Sejarah pendidikan, nilai-nilai pelajaran
Ø  Sejarah kesehatan
Ø  Minat dan cita-cita
c.      Konferensi kasus
     Yaitu kegiatan pendukung bimbingan konseling untuk membahas permasalahan yang dialami oleh peserta didik dalam suatu forum pertemuan yang dihadiri oleh berbagai pihak yang diharapkan dapat memberikan bahan, keterangan dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan tersebut.
Tujuan konferensi kasus ialah untuk:
Ø  Diperolehnya gambaran yang lebih jelas, mendalam dan menyeluruh tentang permasalahan siswa.
Ø  Terkomunikasinya sejumlah aspek permasalahan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, guru pembimbing atau guru kelas, wali kelas, guru mata pelajaran dan kepala sekolah.
Ø  Terkoordinasinya penanganan masalah yang dimaksud sehingga upaya penanganan itu lebih efektif dan efisien.
d.     Kunjungan rumah
     Yaitu kegiatan pendukung bimbingan konseling untuk memperoleh data, keterangan, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan peserta didik melalui kunjungan ke rumahnya. Kegiatan ini memerlukan kerja sama yang penuh antara orang tua atau wali dan anggota keluarga lainnya dengan guru pembimbing.
      Dengan kunjungan rumah akan diperoleh berbagai data dan keterangan tentang berbagai hal yang besar kemungkinan ada sangkut paut dengan permasalahan peserta didik. Data dan keterangan ini meliputi:
Ø  Kondisi rumah tangga dan orang tua
Ø  Fasilitas belajar yang ada di rumah
Ø  Hubungan antar anggota keluarga
Ø  Sikap dan kebiasaan siswa di rumah
Ø  Komitmen orang tua dan anggota keluarga lainnya dalam perkembangan dan pengentasan masalah siswa.
e.      Alih tangan kasus
Yaitu kegiatan pendukung bimbingan konseling untuk mendapatkan penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas masalah yang dialami peserta didik dengan memindahkan penanganan kasus dari satu pihak ke pihak lainnya.
Di sekolah alih tangan kasus dapat diartikan bahwa guru mata pelajaran atau praktek, wali kelas dan /atau staf sekolah lainnya, atau orang tua mengalihtangankan siswa bermasalah kepada guru pembimbing atau guru kelas.
Alih tangan kasus bertujuan untuk mendapatkan penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas masalah yang dialami siswa, dengan jalan memindahkan penanganan kasus dari satu pihak kepada pihak yang lebih ahli. Fungsi utama bimbingan yang diemban oleh kegiatan alih tangan kasus ialah fungsi pengentasan.