BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Setiap anak memilki anugrah
tersendiri yang diberikan dari sang maha pencipta kepadanya melalui berbagai
cara salah satunya adalah sperti anak yang berbakat. Anugrah yang diberikan
bukan hanya saja berupa keblebihan namun erkadang kekuranganpun termasuk
anugrah dari tuhan yang diberikan kepada umatnya. Setiap kelebihan dan
kekurangan pada manusia pada dasarnya harus di syukuri dan cara yang mensyukuri
yang paling baik adalah dengan mengembangkan kekurangan menjadi suatu kelebihan
dan menjadikan kelebihan sebagai sebagai perantara untuk membantu orang lain
dalam hal kebaikan.
Dalam makalah ini akan dibahasa
bagaimana cara menangani anak yang berbakat, oleh karena itu mengapa anak
berbakat masuk kedalam kategori anak berkebutuhan khusus karena pada dasarnya
anak berbakat itu anak yang memilki perbedaan dengan anak yang lainnya sehingga
perlu mendapatkan penanganan atau wadah untuk menampung anak berbakat tersebut.
Keberbakatan hingga kini masih
menjadi wacana yang sangat menarik, baik bagi yang terlibat langsung dengan
persoalan keberbakatan maupun yang tidak. Bahkan menjadi lebih menarik lagi,
karena banyak terjadi miskonsepsi terhadap keberbakatan. Secara umum
“Keberbakatan dapat diartikan sebagai kemampuan unggul yang memungkinkan
seseorang berinteraksi dengan lingkungan dengan tingkat prestasi dan
kreativitas yang sangat tinggi.”
Dari peranyataan tersebut dapat
dipahami bahwa pertama, keberbakatan merupakan suatu kualitas yang dibawa sejak
lahir (dengan kata lain keberbakatan itu bersifat alamiah), dan kedua, bahwa
lingkungan keberbakatan adalah arena di mana anak berbakat memainkan peran
didalamnya). Karena itulah dapat dikatakan bahwa tingkat prestasi dan
kreativitas yang tinggi dihasilkan dari interaksi yang terus menerus dan
fungsional antara kemampuan dan karakteristik yang dibawa seseorang dari lahir
dan yang diperoleh selama dalam kehidupannya.
Perhatian terhadap pendidikan anak
berbakat sebenarnya sudah dikenal sejak 2000 tahun yang lalu. Misalnya,
Plato pernah menyerukan agar anak-anak berbakat dikumpulkan dan
dididik secara khusus karena mereka ini diharapkan bakal menjadi
pemimpin negara dalam segala bidang pemerintahan. Oleh karena itu, mereka
dibekali ilmu pengetahuan yang dapat menunjang tugas mereka (Rohman
Natawijaya, 1979).
Demikian pula di Indonesia,
kehadiran mereka sudah dikenal sejak dulu. Banyak sekolah yang menerapkan
sistem loncat kelas atau dapat naik ke kelas berikutnya lebih cepat
meskipun waktu kenaikan kelas belum saatnya. Perhatian yang lebih
serius dan formal tersurat dalam UUSPN No. 2 Tahun 1989 bahwa peserta
didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa berhak
memperoleh pendidikan khusus untuk mengembangkan potensi anak-anak
tersebut secara optimal.
Anak berbakat tidak mengalami kecacatan,
seperti anak tunanetra, tunarungu, dan tunagrahita.
Walaupun diantara anak berbakat ada yang menyandang kelainan,
tetapi kelainan itu bukan pada terhambatnya kecerdasan. Agar anak
berbakat yang mempunyai potensi unggul tersebut dapat mengembangkan
potensinya dibutuhkan program dan layanan pendidikan secara khusus. Mereka
lahir dengan membawa potensi luar biasa yang berarti telah membawa
kebermaknaan hidup. Oleh karena itu, tugas
pendidikan adalah mengembangkan kebermaknaan tersebut secara
optimal sehingga mereka dapat berkiprah dalam memajukan bangsa dan negara.
BAB II
LANDASAN
TEORI
A.
PENGERTIAN ANAK BERBAKAT DAN BERKEBUTUHAN KHUSUS
Anak yang memiliki potensi
kecerdasan dan/atau bakat istimewa (gifted) adalah anak yang secara significant
memiliki mempunyai IQ 140 atau lebih, potensi diatas rata-rata dalam bidang
kemampuan umum, akademik khusus, kreativitas, kepemimpinan, seni dan/atau
olahraga. Anak berkebutuhan khusus gifted (Heward) adalah anak dengan
karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu
menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.
Banyak istilah yang dapat dipakai
untuk menyebut anak berbakat, diantaranya: anak unggul, anak berkemampuan
istimewa, anak superior, anak genius, dan masih banyak lagi sebutan lainnya.
Secara konseptual pengertian anak berbakat juga berkembang dari tahun ke tahun.
Pertama, anak berbakat adalah anak yang ditunjukkan dengan kemampuan tingkat
kecerdasaan atau kemampuan umum (g factor) di atas rata-rata. Konsep ini
diperkuat dengan teori faktor, bahwa kemampuan individu dapat dikatagorikan
menjadi dua, yaitu kemampuan khusus (s factor) dan kemampuan umum (g factor).
Berdasarkan konsep ini Komisi
Pendidikan AS, Sidney P. Marland (1972) menetapkan definisi anak berbakat
sebagai "Gifted and talented children are those identified by
professionally qualified persons who by virtue of outstanding abilities are
capable of high performance. These are children who require differentiated
educational programs and/or services beyond those normally provided by the
regular school program in order to realize their contribution to self and
society" Artinya kurang lebih: “Anak berbakat adalah anak yang
diidentifikasi oleh orang-orang yang berkualifikasi profesional sebagai anak yang
memiliki kemampuan luar biasa. Mereka menghendaki program pendidikan yang
sesuai atau layanan melebihi sebagaimana diberikan secara normal oleh program
sekolah regular, sehingga dapat merealisasikan kontribusi secara bermakna bagi
diri dan masyarakatnya.
Kemampuan anak dengan kinerja tinggi
yang dapat merupakan prestasi dan atau kemampuan potensial dalam beberapa
bidang, baik yang sifatnya kemampuan tunggal maupun kemampuan jamak, atau
kombinasi di antara bidang-bidang itu di antaranya: kemampuan intelektual umum,
bakat akademik spesifik, kemampuan produktif atau kreatif, kemampuan
kepemimpinan, kemampuan bidang seni visual dan pertunjukan, dan kemampuan
motorik. Dengan menggunakan definisi keberbakatan yang lebih luas, suatu sistem
sekolah diharapkan mampu mengidentifikasi 10% s.d. 15% atau lebih dari populasi
dapat disebut anak berbakat. Untuk memahami definisi tersebut di atas secara
lebih mendalam, maka dipandang perlu melakukan deskripsi masing-masing bidang
keberbakatan.
Definisi Anak
Berkebutuhan Khusus
Anak
dengan kebutuhan khusus (special needs children) dapat diartikan secara
simpel sebagai anak yang lambat (slow) atau mengalami gangguan (retarded)
yang tidak akan pernah berhasil di sekolah sebagaimana anak-anak pada umumnya.
Banyak
istilah yang dipergunakan sebagai variasi dari kebutuhan khusus, seperti disability,
impairment,dan handicaped. Menurut World Health
Organization (WHO), definisi masing-masing istilah adalah sebagai berikut:
1.
Impairment: merupakan suatu keadaan atau kondisi di mana
individu mengalami kehilangan atau abnormalitas psikologis, fisiologis atau
fungsi struktur anatomis secara umum pada tingkat organ tubuh. Contoh seseorang
yang mengalami amputasi satu kakinya, maka dia mengalami kecacatan kaki.
2.
Disability:
merupakan suatu keadaan di mana individu mengalami kekurangmampuan yang
dimungkinkan karena adanya keadaan impairment seperti kecacatan pada organ
tubuh. Contoh pada orang yang cacat kakinya, maka dia akan merasakan
berkurangnya fungsi kaki untuk melakukan mobilitas.
3.
Handicaped: merupakan ketidak beruntungan individu yang
dihasilkan dari impairment atau disabilityyang
membatasi atau menghambat pemenuhan peran yang normal pada individu. Handicaped juga
bisa diartikan suatu keadaan di mana individu mengalami
ketidakmampuan dalam bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan. Hal ini
dimungkinkan karena adanya kelainan dan berkurangnya fungsi organ individu.
Contoh orang yang mengalami amputasi kaki sehingga untuk aktivitas mobilitas
atau berinteraksi dengan lingkungannya dia memerlukan kursi roda.
Termasuk
anak-anak berkebutuhan khusus yang sifatnya temporer di antaranya adalah
anak-anak penyandang post traumatic syndrome disorder (PTSD)
akibat bencana alam, perang, atau kerusuhan, anak-anak yang kurang gizi, lahir
prematur, anak yang lahir dari keluarga miskin, anak-anak yang mengalami
depresi karena perlakukan kasar, anak-anak korban kekerasan, anak yang
kesulitan konsentrasi karena sering diperlakukan dengan kasar, anak yang tidak
bisa membaca karena kekeliruan guru mengajar, anak berpenyakit kronis, dan
sebagainya.
Menurut
Heward anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang
berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan
mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra,
tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan
prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak
berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Karena karakteristik
dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus
yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra
mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu
berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. Anak berkebutuan khusus biasanya
bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai dengan kekhususannya
masing-masing. SLB bagian A untuk tunanetra, SLB bagian B untuk tunarungu, SLB
bagian C untuk tunagrahita, SLB bagian D untuk tunadaksa, SLB bagian E untuk
tunalaras dan SLB bagian G untuk cacat ganda.
Anak
berkebutuhan khusus (ABK) agak berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Anak
berkebutuhan khusus berproses dan tumbuh, tidak dengan modal fisik yang wajar,
karenanya sangat wajar jika mereka terkadang cenderung memiliki sikap defensif
(menghindar), rendah diri, atau mungkin agresif, dan memiliki semangat belajar
yang lemah.
Anak
berkebutuhan khusus (ABK) adalah definisi yang sangat luas, mencakup anak-anak
yang memiliki cacat fisik, atau kemampuan IQ rendah, serta anak dengan
permasalahan sangat kompleks, sehingga fungsi-fungsi kognitifnya mengalami
gangguan.
Ada
beberapa istilah yang digunakan untuk menunjukkan keadaan anak berkebutuhan
khusus. Istilah anak berkebutuhan khusus merupakan istilah terbaru yang
digunakan, dan merupakan terjemahan dari children with special needs yang
telah digunakan secara luas di dunia internasional, ada beberapa istilah lain
yang pernah digunakan diantaranya anak cacat, anak tuna, anak berkelainan, anak
menyimpang, dan anak luar biasa, ada satu istilah yang berkembang secara luas
telah digunakan yaitu difabel, sebenarnya merupakan kependekan dari diference
ability.
Anak-anak
berkebutuhan khusus, adalah anak-anak yang memiliki keunikan tersendiri dalam
jenis dan karakteristiknya, yang membedakan mereka dari anak-anak normal pada
umumnya.
The
National Information Center for Children and Youth with Disabilities (NICHCY)
mengemukakan bahwa “children with special needs or special needs children
refer to children who have disabilities or who are at risk of developing
disabilities”.
Hal
senada juga diajukan oleh Behr dan Gallagher (Fallen dan Umansky, 1985:13) yang
mengusulkan perlunya definisi yang lebih fleksibel dalam mendefinisikan
anak-anak berkebutuhan khusus. Artinya, tidak hanya meliputi anak-anak
berkelainan (handicapped children) sebagaimana dirumuskan dalam P.L 94-142,
tetapi juga mereka yang termasuk anak-anak memiliki faktor resiko. Dijelaskan
lebih lanjut bahwa dengan definisi yang lebih fleksibel, akan memberikan
keuntungan bahwa hambatan yang lebih serius dapat dicegah melalui pelayanan
anak pada usia dini. Sekalipun demikian, dalam pembahasan ini lebih memfokuskan
kepada anak-anak yang termasuk dalam kategori anak cacat atau berkelainan.
Perubahan
terminologi atau istilah anak berkebutuhan khusus dari istilah anak luar biasa
tidak lepas dari dinamika perubahan kehidupan masyarakat yang berkembang saat
ini, yang melihat persoalan pendidikan anak penyandang cacat dari sudut pandang
yang lebih bersifat humanis dan holistik, dengan penghargaan tinggi terhadap
perbedaan individu dan penempatan kebutuhan anak sebagai pusat perhatian, yang
kemudian telah mendorong lahirnya paradigma baru dalam dunia pendidikan anak
penyandang cacat dari special education ke special needs education.
Implikasinya, perubahan tersebut juga harus diikuti dengan perubahan dalam cara
pandang terhadap anak penyandang cacat yang tidak lagi menempatkan kecacatan
sebagai focus perhatian tetapi kepada kebutuhan khusus yang harus dipenuhinya
dalam rangka mencapai perkembangan optimal. Dengan demikian, layanan pendidikan
tidak lagi didasarkan atas label kecacatan anak, akan tetapi harus didasarkan
pada hambatan belajar dan kebutuhan setiap individu anak atau lebih menonjolkan
anak sebagai individu yang memiliki kebutuhan yang berbeda-beda.
Ada
beberapa istilah yang sering digunakan untuk memahami anak berkebutuhan khusus
yaitu impairment yang berarti cacat, disability di mana seseorang mengalami
hambatan karena berkurangnya fungsi suatu organ yang dimungkinkan karena
kondisi cacat, dan handicapped,merupakan keadaan seseorang yang mengalami
hambatan dalam komunikasi dan sosialisasi dengan lingkungan. Kondisi
handicapped inilah yang merupakan berkebutuhan khusus, karena untuk
bersosialisasi dengan lingkungan termasuk pendidikan dan pengajaran memerlukan
perlakuan khusus.
B. JENIS-JENIS ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS
1. Kelainan Mental
terdiri dari:
a.
Mental Tinggi
Sering dikenal dengan
anak berbakatintelektual, di mana selain memiliki kemampuan intelektual di atas
rerata normal yang signifikan juga memiliki kreativitas dan tanggung jawab
terhadap tugas.
b. Mental Rendah
Kemampuan mental
rendah atau kapasitas intelektual (IQ) di bawah rerata dapat dibagi menjadi 2
kelompok yaitu anak lamban belajar (slow learners) yaitu anak yang memilki IQ
antara 70 – 90. Sedangkan anak yang memiliki IQ di bawah 70 dikenal dengan anak
berkebutuhan khusus.
c. Berkesulitan
Belajar Spesifik
Berkesulitan belajar
berkaitan dengan prestasi belajar (achivement) yang diperoleh siswa. Anak
berkesulitan belajar spesifik adalah anak yang memiliki kapasitas intelektual
normal ke atas tetapi memiliki prestasi belajar rendah pada bidang akademik
tertentu.
2. Kelainan Fisik
meliputi:
a. Kelainan Tubuh (Tunadaksa)
Tunadaksa
adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh
kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit
atau akibat kecelakaan, termasuk celebral
palsy (kelayuhan otak
), amputasi (kehilangan organ tubuh), polio,
dan lumpuh.
Tingkat
gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam
melakukan aktivitas fisik tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi,
sedang yaitu memilki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi
sensorik, berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak
mampu mengontrol gerakan fisik.
b. Kelainan Indera
Penglihatan (Tunanetra)
Tunanetra
adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. Tunanetra dapat diklasifikasikan
kedalam dua golongan yaitu: buta
total (blind)
dan low
vision.
Definisi
tunanetra menurut Kaufman
& Hallahan adalah
individu yang memiliki lemah penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari
6/60 setelah dikoreksi atau tidak lagi memiliki penglihatan. Karena tunanetra
memiliki keterbataan dalam indra penglihatan maka proses pembelajaran
menekankan pada alat indra yang lain yaitu indra peraba dan indra pendengaran.
Oleh karena itu prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan pengajaran
kepada individu tunanetra adalah media yang digunakan harus bersifat taktual dan bersuara, contohnya adalah penggunaantulisan
braille, gambar timbul,
benda model dan benda nyata. sedangkan media yang bersuara adalahtape
recorder dan peranti
lunak JAWS.
Untuk
membantu tunanetra beraktivitas di sekolah luar biasa mereka belajar
mengenai orientasi dan mobilitas. Orientasi dan Mobilitas diantaranya mempelajari
bagaimana tunanetra mengetahui tempat dan arah serta bagaimana
menggunakan tongkat
putih (tongkat khusus
tunanetra yang terbuat dari alumunium)
c. Kelainan
Pendengaran (Tunarungu)
Tunarungu
adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun
tidak permanen. Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat gangguan pendengaran
adalah:
1. Gangguan
pendengaran sangat ringan(27-40dB)
2. Gangguan
pendengaran ringan(41-55dB)
3. Gangguan
pendengaran sedang(56-70dB)
4. Gangguan
pendengaran berat(71-90dB)
5. Gangguan
pendengaran ekstrim/tuli(di atas 91dB)
Karena
memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam
berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Cara berkomunikasi dengan individu menggunakan bahasa
isyarat, untuk abjad jari
telah dipatenkan secara internasional sedangkan untuk isyarat bahasa
berbeda-beda di setiap negara. saat ini dibeberapa sekolah sedang dikembangkankomunikasi total yaitu cara berkomunikasi dengan melibatkan
bahasa verbal, bahasa isyarat dan bahasa tubuh. Individu tunarungu cenderung
kesulitan dalam memahami konsep dari sesuatu yang abstrak.
Kelainan
pendengaran dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu tuli (deaf) dan kurang
dengar (hard of hearing).
d. Kelainan Bicara
(Tunawicara)
Seseorang yang
mengalami kesulitan dalam mengungkapkan pikiran melalui bahasa verbal, sehingga
sulit bahkan tidak dapat dimengerti orang lain. Kelainan bicara ini dapat
bersifat fungsional di mana mungkin disebabkan karena ketunarunguan, dan
organik yang memang disebabkan adanya ketidaksempurnaan organ bicara maupun
adanya gangguan pada organ motoris yang berkaitan dengan bicara.
3. Kelainan Emosi
Gangguan
emosi merupakan masalah psikologis, dan hanya dapat dilihat dari indikasi
perilaku yang tampak pada individu. Adapun klasifikasi gangguan emosi meliputi:
a.
Gangguan
Perilaku
Mengganggu
di kelas
Tidak
sabaran-terlalu cepat bereaksi
Tidak
menghargai-menentang
Menyalahkan
orang lain
Kecemasan
terhadap prestasi di sekolah
Dependen
terhadap orang lain
Pemahaman
yang lemah
Reaksi
yang tidak sesuai
Melamun,
tidak ada perhatian, dan menarik diri
b.
Gangguan
Konsentrasi (ADD/Attention Deficit Disorder)
Enam atau lebih
gejala inattention, berlangsung paling sedikit 6 bulan, ketidakmampuan
untuk beradaptasi, dan tingkat perkembangannya tidak konsisten.
Gejala-gejala inattention tersebut antara lain:
Sering
gagal untuk memperhatikan secara detail, atau sering membuat kesalahan dalam
pekerjaan sekolah atau aktivitas yang lain.
Sering
kesulitan untuk memperhatikan tugas-tugas atau aktivitas permainan
Sering
tidak mendengarkan ketika orang lain berbicara
Sering
tidak mengikuti intruksi untuk menyelesaikan pekerjaan sekolah
Kesulitan
untuk mengorganisir tugas-tugas dan aktivitas-aktivitas
Tidak
menyukai pekerjaan rumah dan pekerjaan sekolah
Sering
tidak membawa peralatan sekolah seperti pensil, buku, dan sebagainya
Sering
mudah beralih pada stimulus luar
Mudah
melupakan terhadap aktivitas sehari-hari
c.
Gangguan
Hiperaktive (ADHD/Attention Deficit Hiperactivity Disorder)
Perilaku
tidak bisa diam
Ketidakmampuan
untuk memberi perhatian yang cukup lama
Hiperaktivitas
Aktivitas
motorik yang tinggi
Mudah
buyarnya perhatian
Canggung
Infeksibilitas
Toleransi
yang rendah terhadap frustasi
Berbuat
tanpa dipikir akibatnya
KLASIFIKASI
ANAK BERBAKAT
Anak
yang mempunyai kecerdasan di atas rata-rata dapat diklasifikasikan menjadi tiga
kelompok, seperti dikemukakan oleh Sutratinah Tirtonegoro (1984; 29) yaitu;
Superior, Gifted dan Genius. Ketiga kelompok anak tersebut memiliki peringkat
ketinggian intellegnsi yang berbeda.
1. Genius
Genius
ialah anak yang memiliki kecerdasan luar biasa, sehingga dapat menciptakan
sesuatu yang sangat tinggi nilainya. Intelligence Quotien-nya (IQ) berkisar
antara 140 sampai 200. Anak genius memiliki sifat-sifat positif sebagai berikut;
daya abstraksinya baik sekali, mempunyai banyak ide, sangat kritis, sangat
kreatif, suka menganalisis, dan sebagainya. Di samping memiliki sifat-sifat
positif juga memiliki sifat negatif, diantaranya; cenderung hanya mementingkan
dirinya sendiri (egois), temperamennya tinggi sehingga cepat bereaksi
(emosional), tidak mudah bergaul, senang menyendiri karena sibuk melakukan
penelitian, dan tidak mudah menerima pendapat orang lain.
2. Gifted
Anak
ini disebut juga gifted and talented adalah anak yang tingkat kecerdasannya
(IQ) antara 125 sampai dengan 140. Di samping memiliki IQ tinggi, juga bakatnya
yang sangat menonjol, seperti ; bakat seni musik, drama, dan ahli dalam
memimpin masyarakat. Anak gifted diantaranya memiliki karakteristik; mempunyai
perhatian terhadap sains, serba ingin tahu, imajinasinya kuat, senang membaca,
dan senang akan koleksi.
3. Superior
Anak
superior tingkat kecerdasannya berkisar antara 110 sampai dengan 125 sehingga
prestasi belajarnya cukup tinggi. Anak superior memiliki karakteristik sebagai
berikut; dapat berbicara lebih dini, dapat membaca lebih awal, dapat
mengerjakan pekerjaan sekolah dengan mudah dan dapat perhatian dari
teman-temannya.
C. KARAKTERISTIK ANAK
BERBAKAT
Bila
dikaitkan dengan definisi Renzulli, maka karakteristik Anak Berbakat,
diantaranya sebagai berikut:
1. Menunjukkan
kemampuan di atas rata-rata, terutama di bidang:
a. Kemampuan
Umum
Tingkat
berpikir abstrak yang tinggi, penalaran verbal dan numerikal, hubungan spasial,
ingatan, kelancaran kata.
Adaptasi
terhadap dan pembentukan situasi baru dalam lingkungan eksternal.
Automatisasi
pemrosesan informasi.
b. Kemampuan
Khusus:
Aplikasi
berbagai kombinasi kemampuan umum di atas terhadap bidang-bidang yang lebih
spesifik (misalnya Matematika, Sain, Seni, kepemimpinan)
Kemampuan
memperoleh dan membuat penggunaan yang tepat sejumlah pengetahuan formal,
teknik, dan strategi di dalam menyelesaikan masalah-masalah tertentu.
Kemampuan
untuk memilih informasi yang relevan dan tak relevan dengan problem atau bidang
studi tertentu
2. Menunjukkan
Komitmen yang terhadap tugas, yang diindikasikan dengan:
a. Kemampuan
yang tinggi terhadap minat, antusiasme, dan keterlibatan dengan suatu problem
atau bidang tertentu.
b. Ketekunan,
daya tahan, ketetapan hati, kerja keras, dan pengabdian.
c. Kepercayaan
diri, adanya keyakinan mampu melaksanakan pekerjaan yang penting, bebas dari
perasaan inferior, keinginan yang kuat untuk berprestasi.
d. Kemampuan
mengidentifikasi masalah-masalah di bidang-bidang tertentu.
e. Menetapkan
standar yang tinggi terhadap pekerjaan; memelihara keterbukaan diri dan kritik
eksternal; mengembangkan rasa estetis, kualitas dan keunggulan tentang
pekerjaannya sendiri dan pekerjaan orang lain.
3. Menunjukkan
kreativitas yang tinggi, yang diindikasikan dengan:
a. Kelancaran,
keluwesan, dan keaslian dalam berpikir.
b. Keterbukaan
terhadap pengalaman; Reseptif terhadap apa yang baru dan berbeda dalam pikiran,
tindakan, dan produk dirinya sendiri dan orang lain.
c. Ingin
tahu, spekulatif, dan berpetualangan, keinginan untuk menghadapi resiko baik
dalam pikiran maupun tindakan.
d. Sensitif
terhadap karakteristik ide dan sesuatu yang rinci dan estetik; keinginan untuk
bertindak dan bereaksi terhadap stimulasi elsternal, ide-ide dan perasaannya
sendiri.
e. Sikap
berani mengambil langkah atau keputusan menurut orang awam berisiko tinggi.
Selain
daripada itu perlu dipahami bahwa di balik karakteristik AB, ada perilaku
positif dan negatif yang muncul, sebagaimana yang dinyatakan oleh Little
(2003), pada Tabel 1.
Tabel 1
Karakteristik
AB Dan Konsekuensi Perilakunya
Karakteristik
|
Perilaku Positif
|
Perilaku Negatif
|
Belajar dengan cepat dan mudah
|
Mengingat dan menguasai
fakta-fakta dasar secara cepat.
|
Mudah bosan, suka mengganggu
anak lain
|
Membaca secara intensif
|
Membaca banyak buku dan
menggunakan perpustakaan sendiri
|
Menolak tanggungjawab orang
lain
|
Perbendaharaan kata sangat maju
|
Mengkomunikasikan ide-idenya baik sekali
|
Menimbulkan kemarahan
|
Tetap menjaga banyak informasi
|
Siap mengingat dan merespon
|
Memonopoli diskusi
|
Rentang perhatiannya sangat
lama
|
Komitmen tinggi terhadap tugas
atau proyek
|
Bertahan dengan kegiatan rutin
kelas, tidak suka diganggu
|
Memiliki keingintahuan yang
tinggi, punya banyak minat
|
Suka bertanya dan puas dengan
ide-idenya
|
Gampang marah
|
Bekerja mandiri
|
Menciptakan dan menemukan
diluar tugas yang diberikan
|
Menolak kerja dengan orang lain
|
Cermat dan jeli dalam mengamati
sesuatu
|
Mengenal masalah
|
Mengoreksi orang dewasa secara
kurang respon
|
Memiliki rasa humor
|
Mampu mentertawakan dirinya
sendiri
|
Membuat joke yang kejam atau
trick terhadap orang lain
|
Memahami dan mengenal hubungan
|
Mampu memecahkan problem-problem
sosial
|
Melakukan intervensi orang lain
|
Prestasi akademik tinggi
|
Mengerjakan tugas sekolah
dengan baik
|
Sombong, tidak sabar terhadap
orang lain
|
Lancar dalam ekspresi verbal
|
Kuat dibidang verbal dan
angka-angka, mengarahkan teman sebaya dengan cara yang positif
|
Mengarahkan teman sebaya dengan
cara-cara yang negative
|
Individualistik
|
Memiliki teman sedikit,
memiliki rasa keunikan sendiri
|
Bertahan terhadap apa yang
diyakini
|
Memiliki dorongan diri yang
kuat
|
Menghendaki arah dan bantuan
guru yang minimal
|
Agresif dan menantang orang
lain
|
KARAKTERISTIK
ABK
Seringkali kita mendengar istilah
“ABK” atau “Anak berkebutuhan khusus”. Dimana anak tersebut dikategorikan
sebagai anak-anak istimewa yang berbeda dengan anak pada umumnya. Menurut
Mulyono (ahli anak) ia menyatakan bahwa anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah
seorang anak yang masuk dan tergolong cacat atau yang menyandang ketunaan.
Dalam perkembangannya sekarang ini anak ketunaan berubah menjadi bekelainan
luar biasa atau berkebutuhan khusus. Namun dalam golongannya, ada beberapa
tingkatan yang bisa anda mengerti.
1.
Sulit Komunikasi
Ketika ada anak mengalami maka
perilaku beradaptasi akan mengalami gangguan terutama ketika mereka
berkomunikasi. Dimana ABK seringkali memiliki hambatan berbicara dan sulit
bicara meskipun usianya sudah dewasa. Ucapan dan pilihan kata mereka pun yang
sering didengar saja bukan dan bukan menggunakan kata yang tepat.
Komunikasi memang masalah banyak
orang, bahkan ketika manusia mendapatkan masalah maka komunkasi adalah hal
pertama yang mudah terganggu. Untuk itu komunikasi bisa jadi alt jitu
mendeteksi apakah anak anda ABK atau tidak.
2.
Kesulitan Belajar
Anak dengan kesulitan belajar
merupakan individu yang memiliki gangguan pada satu atau lebih kemampuan dasar
psikologis. Tak hanya itu biasanya gelombang otaknya juga terganggu sehingga
menyebabkan anak tersebut mengalami IQ yang hanya rata-rata ataupun diatas
rata-rata sedikit. Biasanya ABK dikategorikan sedang, berat atau ringan dari IQ
yang dimilikinya.
3.
Kelainan Fisik
Secara fisik dan medis, umunya
beberapa ada kondisi fisik dan medis yang sangat berbeda dengan anak
kebanyakan. Misalnya jika ia mengalami kebutuhan khusus maka ia akan mengalami
komplikasi dengan bagian organ tubuh lainnya. Hal ini seringkali terjadi,
mengingat anak-anak tersebut sering terjadi karena kurang sempurnya pembelahan
ketika kehamilan. Kelainan fisik bisa cacat fisik bisa juga sakit dalam bentuk
komplikasi.
4. Bersikap
membangkang
Jangan heran jika anak-anak
berkebutuhan khusus sering membangkang. Cara Menghilangkan Sifat Egois pada anak saja sulit apalagi
pada anak-anak berkebutuhan khusus yang sulit membedakan bahaya atau tidak,
salah atau tidak dan lain sebagainya. Penyebab Kenakalan Anak sangat banyak terjadi, namun untuk anak ABK itu sudah menjadi ciri
khasnya.
5.
Emosional
Emosional anak-anak ABK bukan hanya
tempramen dan mudah marah melainkan terjadi hal lainnya. Jika dilihat secara
emosional, mereka seringkali terperosok dalam kondisi kesepian, depresi dan
juga hal-hal layaknya putus asa, merasa sendiri dan kesal pada orang lain tanpa
sebab jika moodnya sedang buruk. Disinilah peran keluarga dan orang tua untuk
bisa mengendalikannya. Peran Keluarga Dalam Pendidikan Anak yang berkebutuhan khusus harus
lebih ekstra lagi.
6.
Sulit Menulis atau Membaca
Untuk beberapa kasus anak ABK ada
yang sulit mengekspresikan pikiran mereka dengan tulisan dan tidak bisa
membaca. Sulit memegang bolpoin ataupun pensil yang digunakan dengan
benar. Caranya memegang alat tulis seringkali terlalu dekat bahkan hampir
menempel dengan kertas dan seringkali mengalami masalah ketika membaca buku atau
tulisan, ini merupakan contoh anak yang berkebutuhan khusus.
7.
Tidak Mengerti Arah
anak berkebutuhan khusus sulit
mencerna logika sendiri. Terkadang mengalami disorientasi, seperti disorientasi
waktu ataupun arah. Si anak seringkali bingung saat ditanya jam berapa
sekarang, kemungkinan ia hanya mengingat bahasa yang diajarkan seperti pukul 6
petang ia sebut petang atau sore, namun pukul 4 ketika matahari terbenam ia
tidak akan menyebut pukul 4 melainkan tetap sore. Ia juga tidak mampu membaca
dan memahami peta atau petunjuk arah dengan baik.
8.
Bersikap Sesuai Kebiasaan
Anak ABK khususnya mereka yang
autisme sangat perhatian dengan urutan atau rutinitasataupun kebiasaan
sehari-hari. Ketika ritual mereka berubah misalnya setelah makan menjadi mandi
atau dibalik setelah makan ia harus berolahraga dulu baru mandi, maka ia akan
menjadi gelisah, cemas jika rutinitas tersebut berubah atau terganggu. Anak
autis merasa ada yang salah dalam hal tersebut dan seringkali itu tidak disukai
mereka.
9.
Senang Meniru
Senang meniru atau membeo (echolalia)
merupakan salah satu karakteristik ABK. Psikologi Abnormal menjelaskan bahwa banyak
sekali ciri yang bisa dimengerti atau dipahami oleh orang tua untuk bisa
menilai apakah anaknya mengalami ABK atau tidak. Salah satunya adalah meniru.
Semua anak memang senang meniru, namun ada beberapa anak ABK yang bila senang
meniru, dapat hafal betul kata-kata atau nyanyian tersebut tanpa mengerti
artinya. Ia tidak tahu apa yang dinyanyikan atau dibicarakan selama ia suka dan
ingat maka ia akan terus melakukannya.
10.
Berbicara Tanpa Henti
Beberapa anak ABK senang mengoceh
tanpa arti berulang-ulang. Akan bahaya jadinya jika pembicaraan ini termasuk
kedalam bahasa yang tidak boleh diucapkan atau dilarang. Karena anak-anak
seperti ini seringkali membantah dan tidak mau menuruti perintah larangan. Ada
juga yang menggunakan bahasa yang tak dapat dimengerti orang lain. Bicara tidak
dipakai untuk alat berkomunikasi namun untuk kepuasan mereka.
11.
Bertindak Gugup
Ketika anak berkebutuhan khusus merasa
cemas maka ia akan melakukan perbuatan-perbuatan aneh, sama halnya seperti
orang normal hanya saja mereka lebih random. Seperti gerakan pada mulut seperti
meyedot jari dan juga gigit jari dan menjulurkan lidah. Gerakan aneh
disekitaran hidung, seperti mencukil hidung, mengusap-usap atau menghisutkan
hidung yang sering menyebabkan rasa gugup mereka dianggap bisa hilang.
Tak jarang menjadi gerakan yang agak
anarkis seperti gerakan sekitar jari seperti mencukil kuku, melilit-lilit
tangan atau mengepalkan jari layaknya orang marah. Gerakan sekitar rambut
seperti, mengusap-usap rambut, mencabuti atau mencakar rambut tanpa mereka
sadari.
12.
Iri pada Orang Lain
Anak berkebutuhan khusus masih
berpikir dan berperasaan layaknya anak balita. Sikap iri hati yang
selalu merasa kurang senang ketika orang lain senang atau mendapatkan sesuatu
yang menguntungkan. Terutama jika hal tersebut adalah hal yang ia sukai, maka
anda sebagai orang lainnya akan dikejar olehnya tanpa ampun.
ABK membutuhkan segala sesuatu
yang benar-benar spesifik dan juga jelas. Cobalah untuk membahas topik
yang spesifik dengan mereka dan jangan mengambang karena mereka tidak bisa
mengerti dan anda tidak bisa menggali cara komunikasi mereka dengan baik.
Seperti contoh, jika kamu ingin berbincang mengenai film maka fokus saja pada
film judul apa ceritanya seperti apa jangan menyatukan keduanya.
13.
Sensitifitas Tinggi
Mereka memang tidak mengerti apa yang
anda bicarakan atau perintah umum yang tidak bisa mereka jalankan. Namun ABK
bisa menjadi sangat sensitif atau tidak sensitif terhadap hal-hal yang
merangsang seperti sentuhan, cahaya, atau suara (misalnya, tidak menyukai suara
keras atau hanya merespons ketika suara yang sangat keras, disebut juga
gangguan integrasi sensorik). Ada juga bahkan yang merasa terganggu jika
temannya hanya tepuk tangan, itu karena sensitifitas yang tinggi.
14.
Trigered Tanpa Alasan
Menangis,marah, tertawa, atau tertawa
tanpa alasan yang diketahui atau pada waktu yang salah merupakan langgananan
anak-anak berkebutuhan khusus. Mereka sulit mengendalikan emosi sehingga
mengeluarkan begitu saja ekspresi yang seharusnya tidak digunakan seperti
halnya marah tanpa alasan, tidak jelas, mood yang buruk yang akhirnya
mempengaruhi semua dan lainnya.
15.
Introvert
Ketika lingkungan yang menyenangkan
dan memanjakan didapatkan oleh anak ABK, yang ada mereka akan merasa nyaman dan
tidak berkembang dengan baik. Mereka dapat terpengaruh sehingga terjadi
ketidakmampuan dalam penyesuaian mental dan emosi. Selain itu ada beberapa anak
berkebutuhan khusus yang memang menunjukan kondisi yang lebih neurotik,
misalnya saja ia mengalami masalah ketika berada di lingkungan ramai atau
banyak orang asing dan bisa jadi ia menjadi orang dengan sifat introvert.
16.
Berprasangka
Anak berkebutuhan khusus memang tidak
bisa berpikir rumit namun mereka bisa berprasangka. Beberapa dari
mereka suka menafsirkan secara negatif, adanya rasa cemburu dan
prasangka karena tidak diperlakukan dengan adil sehingga memicu kemarahan
random mereka yang tidak diprediksi dan kurang mampu dalam mengendalikan
emosinya. Padahal bisa jadi itu hanya prediksi mereka saja atau prasangka
mereka saja.
17.
Melukai Diri Sendiri
Kenapa anak-anak berkebutuhan khusus
harus ditemani. karena mereka tidak mengerti mana bahaya atau tidak bahaya. Ada
sebagian perilaku melukai diri sendiri ketika anak berusia lebih kecil.
Meskipun tingkatannya tidak tinggi seperti mencakar atau memukul diri sendiri
dan untuk Anak praremaja dan remaja bisa mengiris kulitnya atau membakar.
Jika hal ini terjadi maka anda harus
mengawasi anak secara serius dan 24 jam. Jangan sering mengabaikan perilaku
tersebut, meskipun mereka anak berkebutuhan khusus namun tidak dibenarkan untuk
melakukan hal tersebut.
Beberapa pelayanan yang
dapat diberikan pada anak berbakat adalah:
- Menyelenggarakan
program akselerasi khusus untuk anak-anak berbakat. Program akselerasi ini
yaitu dengan cara "lompat kelas", artinya, anak dari Taman
Kanak-Kanak misalnya tidak harus melalui kelas I Sekolah Dasar, tetapi
langsung ke kelas II, atau bahkan ke kelas III Sekolah Dasar. Demikian
juga dari kelas III Sekolah Dasar bisa saja langsung ke kelas V jika
memang anaknya sudah matang untuk menempuhnya. Jadi program akselerasi
dapat dilakukan untuk seluruh mata pelajaran (akselerasi kelas atau akselerasi
untuk beberapa mata pelajaran saja). Dalam program akselerasi untuk
seluruh mata pelajaran berarti anak tidak perlu menempuh kelas secara
berturutan, tetapi dapat melompati kelas tertentu, misalnya anak kelas I
Sekolah Dasar langsung naik ke kelas III. Dapat juga program akselerasi
hanya diberlakukan untuk mata pelajaran yang luar biasa saja. Misalnya
saja anak kelas I Sekolah Dasar yang berbakat istimewa dalam bidang
matematika, maka ia diperkenankan menempuh pelajaran matematika di kelas
III, tetapi pelajaran lain tetap di kelas I. Demikian juga kalau ada anak
kelas II Sekolah Dasar yang sangat maju dalam bidang bahasa Inggris, ia
boleh mengikuti pelajaran bahasa Inggris di kelas V atau VI.
- Home-schooling
(pendidikan non formal di luar sekolah). Cara lain yang dapat ditempuh
selain model akselerasi adalah memberikan pendidikan tambahan di rumah
atau di luar sekolah, yang sering disebut home-schooling. Dalam
home-schooling orang tua atau tenaga ahli yang ditunjuk bisa membuat
program khusus yang sesuai dengan bakat istimewa anak yang bersangkutan.
Pada suatu ketika jika anak sudah siap kembali ke sekolah, maka ia bisa
saja dikembalikan ke sekolah pada kelas tertentu yang cocok dengan tingkat
perkembangannya.
- Menyelenggarakan
kelas-kelas tradisional dengan pendekatan individual. Dalam model ini
biasanya jumlah anak per kelas harus sangat terbatas sehingga perhatian
guru terhadap perbedaan individual masih bisa cukup memadai, misalnya
maksimum 20 anak. Masing-masing anak didorong untuk belajar menurut
ritmenya masing-masing. Anak yang sudah sangat maju diberi tugas dan
materi yang lebih banyak dan lebih mendalam daripada anak lainnya;
sebaliknya anak yang agak lamban diberi materi dan tugas yang sesuai
dengan tingkat perkembangannya. Demikian pula guru harus siap dengan
berbagai bahan yang mungkin akan dipilih oleh anak untuk dipelajari. Guru
dalam hal ini menjadi sangat sibuk dengan memberikan perhatian individual
kepada anak yang berbeda-beda tingkat perkembangan dan ritme belajarnya.
Membangun
kelas khusus untuk anak berbakat. Dalam hal ini anak-anak yang memiliki
bakat/kemampuan yang kurang lebih sama dikumpulkan dan diberi pendidikan khusus
yang berbeda dari kelas-kelas tradisional bagi anak-anak seusianya. Kelas
seperti ini pun harus merupakan kelas kecil di mana pendekatan individual lebih
diutamakan daripada pendekatan klasikal. Kelas khusus anak berbakat harus
memiliki kurikulum khusus yang dirancang tersendiri sesuai dengan kebutuhan
anak-anak berbakat. Sistem evaluasi dan pembelajarannyapun harus dibuat yang
sesuai dengan kebutuhan mereka.
BAB III
PEMBAHASAN
A.
LATAR BELAKANG OBSERVASI PANTI SOSIAL WISMA TUNA GANDA PALSIGUNUNG
Dalam observasi pertama yang kami
lakukan di Panti Sosial Wisma Tuna Ganda “Palsi Gunung” terdapat pasien
populasi khusus yang memiliki karakteristik yang sama namun memiliki kelainan
yang berbeda-beda. Dan ditangani oleh tenaga ahli yang disebut “caregiver” yang biasa kita kenal dengan
istilah pramu rawat. Sejak unit ini didirikan oleh Badan
Pembina Koordinasi Kegiatan Sosial (BPKKS) dan Lembaga Rumah Piatu Muslimin
pada tahun 2 Maret 1975 telah berhasil melaksanakan program kerja dengan baik.
Pada tanggal 1 Mei 1985 pengelolaan Wisma Tuna Ganda (WTG) Palsigunung
diserahkan sepenuhnya kepada Lembaga Rumah Piatu Muslimin (LRPM).
Sejak berdiri hingga sekarang WTG PALSIGUNUNG
telah merawat anak penyandang cacat sebanyak 91 orang ( 57 laki-laki dan 34
perempuan ). Setelah menjalani latihan dan perawatan minimal satu tahun, anak
rawat dapat dikatagorikan dalam 4 (empat) kelompok yaitu:
·
Anak Mampu Didik sebanyak
13,8%
·
Anak Mampu Latih sebanyak
17,2%
·
Anak Mampu Rawat sebanyak
69%
Dalam observasi pada hari Selasa, 18
September 2018. Bertempat di Panti Sosial “Wisma Tuna Ganda” Palsigunung
Jl. Raya Bogor, Pekayon, Cimanggis Kota. Dalam kegiatanobsrvas ini kami
diperkenankan untuk berkeliling Panti dengan didampingi oleh salah
satu staff dan diberi kesempatan untuk bertemu dengan para penghuni Panti. Di
sana terdapat banyak ruangan diantaranya adalah ruang belajar. Para
anggota panti yang dapat mengikuti kegiatan secara mandiri, bisa ikut serta
untuk belajar seperti menyusun puzzle, menulis,
berhitung dan lainnya.
Penghuni panti ini berasal dari banyak daerah. Bahkan, ada yang berasal
dari luar pulau Jawa. Tidak hanya berasal dari banyak daerah, mereka juga
memiliki range usia yang sangat
beragam. Di panti ini juga memiliki fasilitas Fisiotherapy room yang digunakan untuk kebutuhan latihan
motorik. Para pendamping terlihat sabar dan telaten dalam mengajari, membimbing
dan merawat teman-teman tersebut. Dari perjalanan ini, kami sangat mendapatkan
pelajaran bahwa bersyukur adalah bagian dari kehidupan, berikan perhatian dan
kasih sayang bagi teman-teman yang mengalami kekurangan fisik dan keterbatasan
mental, serta selalu berbagi kepedulian bagi sesama terutama terhadap
orang-orang yang sangat membutuhkan.
B. TEORI
1.
Teori
Beavoristik
Menurut
teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah lakusebagai akibat dari
adanya interaksi antara stimulus dan respons. Seseorangdianggap telah belajar
sesuatu apabila ia mampu menunjukkan perubahantingkah laku. Dengan kata
lain,belajar merupakan bentuk perubahan yangdialami siswa dalam hal
kemampuannya untuk bertingkah laku dengan carayang baru sebagai hasil interaksi
antara stimulus dan respons.Menurut teori ini yang terpenting adalah masuk atau
input yang berupastimulus dan keluaran atau output yang berupa respons.
Sedangkan apa yangterjadi di antara stimulus dan respons dianggap tidak penting
diperhatikankarena tidak bisa diamati.Faktor lain yang juga dianggap penting
oleh aliran behavioristik adalahfaktor penguatan (reinforcement) penguatan
adalah apa saja yang dapatmemperkuat timbulnya respons. Bila penguatan
ditambahkan (positivereinforcement) maka respons akan semakin kuat. Begitu juga
bila penguatandikurangi (negative reinforcement) respons pun akan tetap
dikuatkan.A.
Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar
Teori behavioristik sering kali tidak mampu
menjelaskan situasibelajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal
yang berkaitandengan pendidikan dan/atau belajar yang tidak dapat menjadi
sekedarhubungan stimulus dan respons. Teori ini tidak mampu menjelaskan
alasan-alasan yang mengacaukan hubungan stimulus dan respons ini dan
tidak dapat menjawab yang menyebabkan terjadinya penyimpangan
antarastimulus yang diberikan dengan responsnya. Namun, kelebihan dari teori
inicendrung mengarahkan siswa untuk berpikir linier, konvergen, tidak
kreatif,dan tidak produktif. Pandangan teori bahwa belajar merupakan
prosespembentukan atau snapping, yaitu membawa siswa menuju atau mencapaitarget
tertentu, sehingga menjadikan peserta didik untuk tidak bebasberkreasi dan berimajinasi.Aplikasi
teori ini dalam pembelajaran, bahwa kegiatan belajar ditekankan sebagai
aktivitas “mimetic” yang menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari.
Penyajianmateri pelajaran mengikuti urutan dari bagian-bagian ke
keseluruhan.Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil, dan evaluasi
menuntutsatu jawaban benar. Jawaban benar menunjukkan bahwa siswa
telahmenyelesaikan tugas belajarnya.
2.
Teori
Psikoanalisis
Psikoalisis
merupakan metode penyembuhan yang lebih bersifat psikologidengan cara- cara
fisik. Tokoh utama dan pendiri teori ini adalah stemundfreud, ia adalah orang
yang telah mengemukakan konsep ketidaksadaran dalamkepribadian.Teori
kepribadian menurut Freud, menyangkut 4 hal, yaitu:
1.
struktur kepribadian
2.
dinamika kepribadian
3.
perkembangan kepribadian
1. struktur kepribadian
Menurut
freud, kepribadian terdiri dari 3 sistem, yaitu id, ego, super ego. Id
adalahaspek biologis yang merupakan system kepribadian
yang asli. Id berfungsimenghindari diri dari ketidaksenangan dan mencari
atau menjadikan kesenangan ataukepuasan.Ada 2 cara id menghilangkan rasa tidak
enak atau mencari kepuasan tersebut, yaitu:
1.
Dengan refleks atau
reaksi- reaksi otomatis seperti bersin, mengedipkan mata,dll.
2.
Dengan proses primer, misalnya
pada waktu lapar maka id membayangkan adamakanan yang lezat.
Ego adalah aspek psikologis
yang timbul karena kebutuhan organisme untuk berhubungan dengan
dunia kenyataan.Perbedaan ego dan id adalah kalau id mengenal
bayangan subyektif sedangkan egodapat membedakan sesuatu yang hanya ada
dalam subyektif dan sesuatu yang adadalam dunia objektif. Super ego merupakan
aspek sosiologis yang mencerminkan nilai- nilai tradisionalserta cita- cita
masyarakat yang ada dalam kepribadian individu.Fungsi super ego dalam
hubungannya dengan id, dan ego adalah:
1.
Merintangi
impuls -
impuls id, terutama impuls seksual dan agresif yang peryataannya sangat
dipengaruhi oleh mastarakat.
2.
Mendorong
ego untuk lebih mengejar hal- hal yang moralitas daripadarealitas.
3.
Mengejar
kesempurnaan.
2. Dinamika Kepribadian
Dinamika
kepribadian terdiri dari cara bagaimana energi psikis itu didistribusikanserta
digunakan oleh Id, Ego, Super Ego.Freud berpendapat, bahwa energi psikis dapat
dipindahkan dari energi fisiologis dansebaliknya. Jembatan antara energi tubuh
dengan kepribadian ialah id dan insting.Ada 3 istilah yang banyak persamaannya,
yaitu insting, keinginan dan kebutuhan.Insting adalah sumber perangsang somatic
dalam yang dibawa sejak lahir.Insting mempunyai 4 sifat yaitu:
1.
Sumber, yaitu kondisi
jasmaniah.
2.
Tujuan, tujuan insting
ialah menghilangkan rangsangan kejasmanian,sehingga ketidakkenaan yang timbul
karena adanya tegangan yang disebabkanoleh meningkatnya energi dapat di
tiadakan. Misalnya, tujuan insting laparialah menghilangkannya dengan cara
makan.
3.
Objek insting objeknya
adalah segala aktivitas yang mengantarai keinginandan terpenuhinya keinginan
tersebut.
3. perkembangan kepribadian
Kepribadian menurut Freud mulai terbentuk pada
tahun- tahun pertama di masakanak- kanak. Kepribadian berkembang sehubungan
dengan 4 macam pokok sebagaisumber ketegangan, yaitu: [1] proses pertumbuhan
psikologi [2] frustasi [3] konflik [4] ancaman.Sebagai akibat adanya
tantangan dari ke-4 hal tersebut, individu berusaha untuk menemukan atas
belajar cara- cara baru dalam meredakan ketegangan inilah yangdisebut
perkembangan kepribadian.1.
4. Gangguan Jiwa
Psikoanalisis
membedakan 2 macam gejala gangguan jiwa, yaitu:
1.
Psikoneorose dan psikose.
Psikoneorose disebabkan oleh kegagalan ego untuk mengontrol dorongan id,
karena ego tidak berhasil memperoleh kesepakatan.Psikoneorose dikelompokkan
menjadi 3 yaitu histeri, psikastenia, reaksikecemasan.
2.
Psikose dikelompokkan
menjadi 2 macam, yaitu psikos fungisional terdiri dari3 jenis yaitu manic – defressive, paranoia, shizopherenia, psikos
organicterdiri dari implutional melanchcholia, senile.
3.
Konseling Humanistik
A. Latar
Belakang Teori Konseling Humanistik
Aliran humanistik
merupakan salah satu aliran dalam psikologi yang muncul pada tahun 1950-an,
dengan akar pemikiran dari kalangan eksistensialisme yang berkembang pada abad
pertengahan. Pada akhir tahun 1950-an, para ahli psikologi, seperti : Abraham
Maslow, Carl Rogers dan Clark Moustakas mendirikan sebuah asosiasi profesional
yang berupaya mengkaji secara khusus tentang berbagai keunikan manusia, seperti
tentang : self (diri), aktualisasi diri, kesehatan, harapan, cinta,
kreativitas, hakikat, individualitas dan sejenisnya.
Maslow menyebutkan
aliran humanistik sebagai "koalisi berbagai sempalan psikologi ke dalam
suatu filsafat tunggal". Esensi filsafat tunggal itu, sebagaimana
disebutkan Maslow, berwujud pengakuan bahwa species manusia memiliki ciri-ciri dan
kesanggupan-kesanggupan yang unik ; terdapat nilai-nilai utama universal yang
menjadi bagian dari alam biologis manusia, naluriah dan tidak dipelajari ;
tujuan utama segenap upaya manusia adalah realisasi diri atau aktualisasi diri,
yakni pengungkapan dan penggunaan kemungkinan-kemungkinan dan
kesanggupan-kesanggupan secara
penuh.
B. Konsep
Utama Konseling Humanistik
Pandangan
Tentang Manusia
Humanistik memandang
manusia sebagai makhluk yang memiliki otoritas atas kehidupan dirinya. Asumsi
ini menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk yang sadar, mandiri, pelaku aktif
yang dapat menentukan (hampir) segalanya. Manusia adalah makhluk dengan julukan
“the self determining being” yang mampu sepenuhnya menentukan
tujuan-tujuan yang paling diinginkannya dan cara-cara mencapai tujuan itu yang
dianggapnya paling tepat. Pendekatan eksistensial humanistik berfokus pada
manusia. Pendekatan ini terutama adalah suatu sikap yang menekankan pada
pemahaman atas manusia. Ada beberapa konsep utama dari pendekatan eksistensial,
yaitu:
a. Kesadaran
diri
Manusia memiliki
kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan
nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan.
b. Kebebasan,
tanggung jawab, dan kecemasan.
Kesadaran atas kebebasan
dan tanggung jawab bisa menimbulkan kecemasan yang yang menjadi atribut
dasarbagi manusia.
c. Penciptaan
makna
Manusia itu unik,
dalam arti bahw dia berusaha untuk menemukan tujuan hidup dan menciptakan
nilai-nilai yang memberikan makna bagi kehidupan. Manusia memiliki kebutuhan
untuk berhubungan dengan sesamanya dalam suatu cara yang bermakna, sebab
manusia adalah makhluk yang rasional.
Ciri-Ciri
Pendekatan Humanistik
Pendekatan humanistik
dapat dimengerti dari tiga ciri utama, yaitu:
a. Pendekatan
humanistik menawarkan satu nilai yang baru sebagai pendekatan baru untuk
memahami sifat dan keadaan manusia.
b. Pendekatan
humanistik menawarkan pengetahuan yang luas akan kaidah penyelidikan dalam
bidang tingkah laku manusia
c. Psikologi
humanistik menawarkan metode yang lebih luas akan kaidah-kaidah yng efektif
dalam pelaksanaan psikoterapi.
Asumsi
perilaku bermasalah Konseling Humanistik
Pribadi
yang bermasalah menurut pandangan eksistensial-Humanistik yaitu tidak mampu
memfungsikan dimensi-dimensi dasar yang dimiliki manusia, sehingga kesadaran
tidak berfungsi secara penuh. Diantaranya ; inkongruen, negatif, tidak dapat
dipercaya, tidak dapat memahami diri sendiri, bermusuhan dan kurang produktif.
Adapun
Asumsi perilaku bermasalah Konseling Humanistik dipengaruhi oleh tidak
terpenuhinya aspek-aspek sebagai berikut:
· Kesadaran
Diri
Berhubungan
dengan kemampuan manusia untuk menyadari diri dan menjadikan dirinya mampu
melampaui situasi sekarang dan membentuk aktivitas-aktivitas berpikir. Dengan
demikian, meningkatkan kesadaran berarti meningkatkan kesanggupan seseorang
untuk mengalami hidup secara penuh sebagai manusia. Tidak jarang manusia yang
tidak memiliki kesadaran akan dirinya akan mengalami masalah-masalah dalam
kehidupannya.
· Kebebasan
dan tanggung jawab
Manusia adalah
makhluk yang menentukan diri dn memiliki kebebasan untuk memilih diantara
alternatif-alternatif. Masalah akan timbul jika manusia tidak bisa mengatur
kebebasannya dan mengarahkan hidupnya.
· Keterpusatan
dan kebutuhan akan orang lain
Meliputi
masalah-masalah yang berkaitan dengan kebutuhan dari luar dirinya sendiri,
yaitu untuk berhubungan dengan orang lain dan alam. Kegagalan dalam berhubungan
dengan orang lain dan dengan alam menyebabkan manusia kesepian, mengalami
aliensi, keterasingan, dan depersonalisasi.
· Pencarian
makna Hidup
· Kecemasan
sebagai syarat hidup
· Kesadaran
atas kematian dan Non-ada
C. Tujuan
Konseling Humanistik
Menurut
Gerald Corey (2010) ada beberapa tujuan konseling Eksistensial humanistik
yaitu:
a. Agar
klien mengalami keberadaannya secara otentik dengan menjadi sadar atas
keberadaan dan potensi – potensi serta sadar bahwa ia dapat membuka diri dan
bertindak berdasarkan kemampuannya. Keotentikan sebagai “urusan utama
psikoterapi” dan “nilai eksistensial pokok”. Terdapat tiga karakteristik dari
keberadaan otentik :
· Menyadari
sepenuhnya keadaan sekarang
· Memilih
bagaimana hidup pada saat sekarang
· Memikul
tanggung jawab untuk memilih.
b. Meluaskan
kesadaran diri klien, dan karenanya meningkatkan kesanggupan pilihannya yakni
menjadi bebas dan bertanggung jawab atas arah hidupnya.
c. Membantu
klien agar mampu menghadapi kecemasan sehubungan dengan tindakan memilih diri,
dan menerima kenyataan bahwa dirinya lebih dari sekadar korban
kekuatan-kekuatan deterministic di luar dirinya.
D. Proses
Konseling Humanistik
· Adanya
hubungan yang akrab antara konselor dan konseli.
· Adanya
kebebasan secara penuh bagi individu untuk mengemukakan problem dan apa yang
diinginkannya.
· Konselor
berusaha sebaik mungkin menerima sikap dan keluhan serta perilaku individu
dengan tanpa memberikan sanggahan.
· Unsur
menghargai dan menghormati keadaan diri individu dan keyakinan akan kemampuan
individu merupakan kunci atau dasar yang paling menentukan dalam hubungan
konseling.
· Pengenalan
tentang keadaan individu sebelumnya beserta lingkungannya sangat diperlukan
oleh konselor.
E. Teknik
Konseling Humanistik
Konseling humanistik tidak memiliki
teknik-teknik yang ditentukan secara ketat. Prosedur-prosedur konseling bisa
dipungut dari beberapa teori konseling lainnya separti teori Gestalt dan
Analisis Transaksional. Tugas konselor disini adalah menyadarkan konseli bahwa
ia masih ada di dunia ini dan hidupnya dapat bermakna apabila ia memaknainya.
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan adalah:
1. Membina
hubungan baik (good rapport)
2. Membuat
klien bisa menerima dirinya dengan segala potensi dan keterbatasannya.
3. Merangsang
kepekaan emosi klien Membuat klien bisa
4. mencari
solusi permasalahannya sendiri.
5.
Mengembangkan potensi dan emosi positif klien
6.
Membuat klien menjadi adequate
F. Sikap
Konselor dalam Proses Konseling Humanistik
Yang
paling diutamakan oleh konselor eksistensial humanistik adalah
hubunganya dengan klien. Kualitas dari dua orang yang bertatap muka dalam
situasi terapeutik merupakan stimulus terjadinya perubahan yang positif.
Konselor percaya bahwa sikap dasar mereka terhadap klien, karakteristik pribadi
tentang kejujuran, integritas dan keberanian merupakan hal-hal yang harus
ditawarkan. Konseling merupakan perjalanan yang ditempuh konselor dan klien,
suatu perjalanan pencarian menyelidiki kedalam dunia seperti yang dilihat dan
dirasakan klien.
Konselor
berbagi reaksi dengan kliennya disertai kepedulian dan empati yang tidak
dibuat-buat sebagai satu cara untuk memantapkan hubungan terapeutik. May dan
Yalom (1989) menekankan peranan krusial yang dimainkan oleh kapasitas konselor
untuk disana demi klien selama jam terapi yang mencakup hadir secara penuh dan
terlibat secara intens dengan kliennya. Sebelum konselor membimbing klien untuk
berhubugan dengan orang lain, maka pertama-tama harus secara akrab berhubungan
dengan klien.
G. Kelebihan Dan
Kekurangan Konseling Humanistik
Adapun kelebihan
Konseling Humanistik adalah:
a. Selalu
mengedepankan akan hal-hal yang bernuansa demokratis, partisipatif-dialogis dan
humanis.
b. Suasana
pembelajaran yang saling menghargai, adanya kebebasan berpendapat, kebebasan
mengungkapkan gagasan.
c. Keterlibatan
peserta didik dalam berbagai aktivitas di sekolah, dan lebih-lebih adalah
kemampuan hidup bersama (komunal-bermasyarakat) diantara peserta didik yang
tentunya mempunyai pandangan yang berbeda-beda.
Adapun kekurangan
Konseling Humanistik adalah:
1.Teori humanistik tidak
bisa diuji dengan mudah.
2.Banyak
konsep dalam psikologi humanistik, seperti misalnya orang yang telah berhasil
mengaktualisasikan dirinya, ini masih buram dan subjektif.
3.Psikologi
humanistik mengalami pembiasan terhadap nilai individualistis
C. DATA PRIBADI
NARASUMBER
Nama :
Kristanti
Tangga
Lahir :
13 November 1964
Jabatan :
Kepala Panti
Status :
Menikah
Pendidikan
Terakhir :
S1 Bimbingan dan Konseling
D.
Pembahasan
Studi Kasus di Panti Sosial Tuna Ganda
Palsi Gunung
Nama : LN
Jenis
Kelamin : Perempuan
Umur
: 34 Tahun
Permasalahan yang dialami
: Bergantung pada ketua panti
A. Kasus
B. Diagnosis
C. Prognosis
A.
Kasus
Ketua
panti mengemukakan bahwa LN dapat dikategorikan hampir normal dan ketua panti
menganggap LN mampu bersosialisasi di lingkungan baru tapi LN tidak mau
terlepas dari ketua panti dan tidak mau untuk bersosialisasi dengan orang lain
yang baru ditemuinya, LN merasa tidak percaya diri ketika dikeramaian.LN mampu
menjalani aktivitas seperti manusia normal lainnya.
B.
Diagnosis
:
Hasil
dari observasi dan wawancara di Panti Sosial Wisma Tuna Ganda “Palsigunung” maka kami selaku mahasiswa bimbingan
dan konseling segera menyusun laporan mengenai masalah yang dihadapi oleh
anak-anak panti yang antara lain sebagai berikut :
1. Kurang
percaya diri
2. Sulit
untuk beradaptasi dengan orang baru
3. Sulit
untuk berkomunikasi dengan orang lain, mereka hanya dapat terbuka dengan caregiver.
4. Setiap
anak memiliki karakter yang berbeda-beda dalam dirinya sehingga harus
mendapatkan penanganan yang khusus.
5. Ketidaksempurnaan
pada mereka, caregiver di tuntut untuk
memberikan pelayanan yang lebih dari orang yang biasanya.
6. Membutuhkan
tenaga yang ekstra untuk melakukan pekerjaan sebagai caregiver
maupunpun menjadi seorang kepala panti.
Berdasarkan
diagnosis yang dikemukakan kepala panti palsi gunung beliau bekerjasama dengan caregiver untuk merawat dan menerapkan
layanan yang tepat untuk klien. Langkah prognosis yang dilaksanakan atau jenis
bimbingan yang diberikan sesuai dengan permasalahan yang dibahas di atas jenis
bimbingan tersebut meliputi :
1. LN
mendpatkan layanan informasi
2. LN
mendapatkan layanan orientasi
3. LN
harus mendapatan layanan konseling perorangan
4. LN
harus mendapatkan layanan penempatan dan
penyaluran
5. LN
mendapatkan layanan penguasaan konten
Langkah-langkah
yang harus dilakukan oleh mahasiswa bimbingan dan konseling :
1. Mahasiswa
mengadakan wawancara dengan LN secara khusus dan sistematis
2. Mahasiswa
melakukan pendekatan dengan LN agar LN mau terbuka derngan mahasiswa.
3. Mahasiswa
berusaha memberikan informasi mengenai lingkungan baru dan pengalaman baru.
4. Mahasiswa
bersama dengan ketua panti membahas pengentasan masalah yang dihadapi LN
5. Mahasiswa
dengan suka rela membantu LN secara khusus dalam proses belajar di lingkungan
baru untuk menyesuaikan diri LN
C.
Prognosis
Konseling
Terapi
Langkah konseling atau terapi yaitu pelaksanaan
bantuan terkait dengan apa yang ditetapkan dalam langkah prognosis. Langkah
terapi membutuhkan waktu yang cukup panjang antara lain seperti yang disebutkan
sebelumnya, yaitu : pelaksanaan wawancara, melakukan pendekatan, pemberian
informasi, mengadakan pertemuan dengan ketua panti, dan dengan suka rela
membantu LN mengenal lingkungan baru.
Konseling Individual
Merupakan salah
satu teknik pemberian bantuan secara individual dan secara langsung terhadap
diri agus yang berlangsung melalui komunikasi. Dalam pelaksanaan konseling
seorang konselor haruslah penuh simpati dan empati, dengan kedua hal tersebut
maka agus dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Dengan adanya
konseling individu akan memberi kepercayaan yang penuh sehinggga agus dapat
terentaskan dari masalah pribadinya. Teknik konseling yang digunakan dalam
penanganan individual ada tiga yaitu:
1.
Teknik direktif konseling yaitu konselor
berperan aktif bila mana konseli pasif. Di dalam teknik ini konselor berusaha
mengarahklan LN menjelaskan masalah-masalah yang sedang dialaminya.
2.
Teknik eklektif konseling yaitu campuran dari kedua teknik
sebelumnya.
Di dalam
teknik-teknik yang disebutkan sebelumnya, langkah-langkah yang harus ditempuh
antara lain :
1.
Menentukan masalah
2.
Mengumpulkan masalah
3.
Analisa data
4.
Menetapkan latar belakang masalah
5.
Menetapkan langkah-langkah bimbingan yang
akan diberikan
6.
Melakukan terapi atau pelaksanakan
bimbingan
E. MODEL-MODEL
KONSELING
1. Konseling Behavioral
Manusia adalah mahluk reaktif yang tingkah lakunya
dikontrol oleh faktor-faktor dari luar. Manusia memulai kehidupannya dengan
memberikan reaksi terhadap lingkungannya dan interaksi ini menghasilkan
pola-pola perilaku yang kemudian membentuk kepribadian. Tingkah laku seseorang
ditentukan oleh banyak dan macamnya penguatan yang diterima dalam situasi
hidupnya. Tingkah laku dipelajari ketika individu berinteraksi dengan
lingkungan melalui hukum-hukum belajar : (a) pembiasaan klasik; (b) pembiasaan
operan; (c) peniruan. Tingkah laku tertentu pada individu dipengaruhi oleh
kepuasan dan ketidak puasan yang diperolehnya.
Manusia bukanlah hasil dari dorongan tidak sadar
melainkan merupakan hasil belajar, sehingga ia dapat diubah dengan memanipulasi
dan mengkreasi kondisi-kondisi pembentukan tingkah laku.
Karakteristik konseling behavioral adalah : (a)
berfokus pada tingkah laku yang tampak dan spesifik, (b) memerlukan kecermatan
dalam perumusan tujuan konseling, (c) mengembangkan prosedur perlakuan spesifik
sesuai dengan masalah klien, dan (d) penilaian yang obyektif terhadap tujuan
konseling.
a.
Asumsi Tingkah Laku
Bermasalah
Tingkah laku bermasalah adalah
tingkah laku atau kebiasaan-kebiasaan negatif atau tingkah laku yang tidak
tepat, yaitu tingkah laku yang tidak sesuai dengan tuntutan lingkungan.
Tingkah laku yang salah hakikatnya
terbentu dari cara belajar atau lingkungan yang salah.Manusia bermasalah itu
mempunyai kecenderungan merespon tingkah laku negatif dari lingkungannya.
Tingkah laku maladaptif terjadi juga karena kesalapahaman dalam menanggapi
lingkungan dengan tepat.
Seluruh tingkah laku manusia didapat
dengan cara belajar dan juga tingkah laku tersebut dapat diubah dengan
menggunakan prinsip-prinsip belajar
b. Tujuan
Konseling
Mengahapus/menghilangkan tingkah laku
maldaptif (masalah) untukdigantikan dengan tingkah laku baru yaitu tingkah laku
adaptif yang diinginkan klien.
Tujuan yang sifatnya umum harus
dijabarkan ke dalam perilaku yang spesifik : (a) diinginkan oleh klien; (b)
konselor mampu dan bersedia membantu mencapai tujuan tersebut; (c) klien dapat
mencapai tujuan tersebut; (d) dirumuskan secara spesifik
Konselor dan klien bersama-sama
(bekerja sama) menetapkan/merumuskan tujuan-tujuan khusus konseling.
c. Deskripsi
Proses Konseling Behavioral
Proses konseling adalah proses
belajar, konselor membantu terjadinya proses belajar tersebut.
Konselor aktif :
Merumuskan masalah yang dialami klien
dan menetapkan apakah konselor dapat membantu pemecahannya atu tidak
Konselor memegang sebagian besar
tanggung jawab atas kegiatan konseling, khususnya tentang teknik-teknik yang
digunakan dalam konseling.Konselor
mengontrol proses konseling dan bertanggung jawab atas hasil-hasilnya.
d.
Deskripsi langkah-langkah
konseling Behavioral
Assesment, langkah awal yang
bertujuan untuk mengeksplorasi dinamika perkembangan klien (untuk mengungkapkan
kesuksesan dan kegagalannya, kekuatan dan kelemahannya, pola hubungan
interpersonal, tingkah laku penyesuaian, dan area masalahnya) Konselor
mendorong klien untuk mengemukakan keadaan yang benar-benar dialaminya pada
waktu itu. Assesment diperlukan untuk mengidentifikasi motode atau teknik mana
yang akan dipilih sesuai dengan tingkah laku yang ingin diubah.
Goal setting, yaitu langkah untuk
merumuskan tujuan konseling. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari langkah
assessment konselor dan klien menyusun dan merumuskan tujuan yang ingin dicapai
dalam konseling. Perumusan tujuan konseling dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut : (a) Konselor dan klien mendifinisikan masalah yang dihadapi klien;
(b) Klien mengkhususkan perubahan positif yang dikehendaki sebagai hasil
konseling; (c) Konselor dan klien mendiskusikan tujuan yang telah ditetapkan
klien : (a) apakah merupakan tujuan yang benar-benar dimiliki dan diinginkan
klien; (b) apakah tujuan itu realistik; (c) kemungkinan manfaatnya; dan (d)k
emungkinan kerugiannya; (e) Konselor dan klien membuat keputusan
apakahmelanjutkan konseling dengan menetapkan teknik yang akan dilaksanakan,
mempertimbangkan kembali tujuan yang akan dicapai, atau melakukan referal.
·
Technique implementation,
yaitu menentukan dan melaksanakan teknik konseling yang digunakan untuk
mencapai tingkah laku yang diinginkan yang menjadi tujuan konseling.
·
Evaluation termination,
yaitu melakukan kegiatan penilaian apakah kegiatan konseling yang telah
dilaksanakan mengarah dan mencapai hasil sesuai dengan tujuan konseling.
·
Feedback, yaitu
memberikan dan menganalisis umpan balik untuk memperbaiki dan meingkatkan
proses konseling.
·
Teknik konseling
behavioral didasarkan pada penghapusan respon yang telah dipelajari (yang
membentuk tingkah laku bermasalah) terhadap perangsang, dengan demikian
respon-respon yang baru (sebagai tujuan konseling) akan dapat dibentuk.
e.
Prinsip Kerja Teknik
Konseling Behavioral
Memodifikasi tingkah laku melalui
pemberian penguatan. Agar klien terdorong untuk merubah tingkah lakunya
penguatan tersebut hendaknya mempunyai daya yang cukup kuat dan dilaksanakan
secara sistematis dan nyata-nyata ditampilkan melalui tingkah laku
klien.Mengurangi frekuensi berlangsungnya tingkah laku yang tidak
diinginkan.Memberikan penguatan terhadap suatu respon yang akan mengakibatkan
terhambatnya kemunculan tingkah laku yang tidak diinginkan.
Mengkondisikan pengubahan tingkah
laku melalui pemberian contoh atau model (film, tape recorder, atau contoh
nyata langsung).Merencanakan prosedur pemberian penguatan terhadap tingkah laku
yang diinginkan dengan sistem kontrak. Penguatannya dapat berbentuk ganjaran
yang berbentuk materi maupun keuntungan sosial.
f.
Teknik-teknik Konseling
Behavioral
1.
Latihan Asertif
Teknik ini dugunakan untuk melatih
klien yang mengalami kesulitan untuk menyatakan diri bahwa tindakannya adalah
layak atau benar. Latihan ini terutama berguna di antaranya untuk membantu
individu yang tidak mampu mengungkapkan perasaan tersinggung, kesulitan
menyatakan tidak, mengungkapkan afeksi dan respon posistif lainnya. Cara yang
digunakan adalah dengan permainan peran dengan bimbingan konselor.
Diskusi-diskusi kelompok juga dapat diterapkan dalam latihan asertif ini.
2.
Desensitisasi Sistematis
Desensitisasi sistematis merupakan
teknik konseling behavioral yang memfokukskan bantuan untuk menenangkan klien
dari ketegangan yang dialami dengan cara mengajarkan klien untuk rileks. Esensi
teknik ini adalah menghilangkan tingkah laku yang diperkuat secara negatif dan
menyertakan respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang akan dihilangkan.
Dengan pengkondisian klasik respon-respon yang tidak dikehendaki dapat
dihilangkan secara bertahap. Jadi desensitisasi sistematis hakikatnya merupakan
teknik relaksi yang digunakan untuk menghapus tingkah laku yang diperkuat
secara negatif biasanya merupakan kecemasan, dan ia menyertakan respon yang
berlawanan dengan tingkah laku yang akan dihilangkan.
3.
Pengkondisian Aversi
Teknik ini dapat digunakan untuk
menghilangkan kebiasaan buruk. Teknik ini dimaksudkan untuk meningkatkan
kepekaan klien agar mengamati respon pada stimulus yang disenanginya dengan
kebalikan stimulus tersebut.
Stimulus yang tidak menyenangkan yang
disajikan tersebut diberikan secara bersamaan dengan munculnya tingkah laku
yang tidak dikehendaki kemunculannya. Pengkondisian ini diharapkan terbentuk
asosiasi antara tingkah laku yang tidak dikehendaki dengan stimulus yang tidak
menyenangkan.
4.
Pembentukan Tingkah laku Model
Teknik ini dapat digunakan untuk
membentuk tingkah laku baru pada klien, dan memperkuat tingkah laku yang sudah
terbentuk. Dalam hal ini konselor menunjukkan kepada klien tentang tingkah laku
model, dapat menggunakan model audio, model fisik, model hidup atau lainnya
yang teramati dan dipahami jenis tingkah laku yang hendak dicontoh. Tingkah
laku yang berhasil dicontoh memperoleh ganjaran dari konselor. Ganjaran dapat
berupa pujian sebagai ganjaran sosial.
2.
Teori koseling Humanistik
Aliran humanistik merupakan salah satu aliran dalam
psikologi yang muncul pada tahun 1950-an, dengan akar pemikiran dari kalangan
eksistensialisme yang berkembang pada abad pertengahan. Pada akhir tahun
1950-an, para ahli psikologi, seperti : Abraham Maslow, Carl Rogers dan Clark
Moustakas mendirikan sebuah asosiasi profesional yang berupaya mengkaji secara
khusus tentang berbagai keunikan manusia, seperti tentang : self (diri),
aktualisasi diri, kesehatan, harapan, cinta, kreativitas, hakikat,
individualitas dan sejenisnya.
Maslow menyebutkan aliran humanistik sebagai
"koalisi berbagai sempalan psikologi ke dalam suatu filsafat
tunggal". Esensi filsafat tunggal itu, sebagaimana disebutkan Maslow,
berwujud pengakuan bahwa species manusia memiliki ciri-ciri dan kesanggupan-kesanggupan
yang unik ; terdapat nilai-nilai utama universal yang menjadi bagian dari alam
biologis manusia, naluriah dan tidak dipelajari ; tujuan utama segenap upaya
manusia adalah realisasi diri atau aktualisasi diri, yakni pengungkapan dan
penggunaan kemungkinan-kemungkinan dan kesanggupan-kesanggupan secara penuh.
Pandangan Tentang
Manusia
Humanistik
memandang manusia sebagai makhluk yang memiliki otoritas atas kehidupan
dirinya. Asumsi ini menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk yang sadar,
mandiri, pelaku aktif yang dapat menentukan (hampir) segalanya. Manusia adalah
makhluk dengan julukan “the self determining being” yang mampu
sepenuhnya menentukan tujuan-tujuan yang paling diinginkannya dan cara-cara
mencapai tujuan itu yang dianggapnya paling tepat. Pendekatan eksistensial
humanistik berfokus pada manusia. Pendekatan ini terutama adalah suatu sikap
yang menekankan pada pemahaman atas manusia. Ada beberapa konsep utama dari
pendekatan eksistensial, yaitu:
a. Kesadaran
diri
Manusia memiliki
kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan
nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan.
b. Kebebasan,
tanggung jawab, dan kecemasan.
Kesadaran atas
kebebasan dan tanggung jawab bisa menimbulkan kecemasan yang yang menjadi
atribut dasarbagi manusia.
c. Penciptaan
makna
Manusia itu unik,
dalam arti bahw dia berusaha untuk menemukan tujuan hidup dan menciptakan
nilai-nilai yang memberikan makna bagi kehidupan. Manusia memiliki kebutuhan
untuk berhubungan dengan sesamanya dalam suatu cara yang bermakna, sebab
manusia adalah makhluk yang rasional.
Ciri-Ciri
Pendekatan Humanistik
Pendekatan humanistik
dapat dimengerti dari tiga ciri utama, yaitu:
a. Pendekatan
humanistik menawarkan satu nilai yang baru sebagai pendekatan baru untuk
memahami sifat dan keadaan manusia.
b. Pendekatan
humanistik menawarkan pengetahuan yang luas akan kaidah penyelidikan dalam
bidang tingkah laku manusia
c. Psikologi
humanistik menawarkan metode yang lebih luas akan kaidah-kaidah yng efektif
dalam pelaksanaan psikoterapi.
Asumsi
perilaku bermasalah Konseling Humanistik
Pribadi
yang bermasalah menurut pandangan eksistensial-Humanistik yaitu tidak mampu
memfungsikan dimensi-dimensi dasar yang dimiliki manusia, sehingga kesadaran
tidak berfungsi secara penuh. Diantaranya ; inkongruen, negatif, tidak dapat
dipercaya, tidak dapat memahami diri sendiri, bermusuhan dan kurang produktif.
Adapun
Asumsi perilaku bermasalah Konseling Humanistik dipengaruhi oleh tidak
terpenuhinya aspek-aspek sebagai berikut:
· Kesadaran
Diri
Berhubungan
dengan kemampuan manusia untuk menyadari diri dan menjadikan dirinya mampu
melampaui situasi sekarang dan membentuk aktivitas-aktivitas berpikir. Dengan
demikian, meningkatkan kesadaran berarti meningkatkan kesanggupan seseorang
untuk mengalami hidup secara penuh sebagai manusia. Tidak jarang manusia yang
tidak memiliki kesadaran akan dirinya akan mengalami masalah-masalah dalam
kehidupannya.
· Kebebasan
dan tanggung jawab
Manusia adalah makhluk
yang menentukan diri dn memiliki kebebasan untuk memilih diantara
alternatif-alternatif. Masalah akan timbul jika manusia tidak bisa mengatur
kebebasannya dan mengarahkan hidupnya.
· Keterpusatan
dan kebutuhan akan orang lain
Meliputi
masalah-masalah yang berkaitan dengan kebutuhan dari luar dirinya sendiri,
yaitu untuk berhubungan dengan orang lain dan alam. Kegagalan dalam berhubungan
dengan orang lain dan dengan alam menyebabkan manusia kesepian, mengalami
aliensi, keterasingan, dan depersonalisasi.
· Pencarian
makna Hidup
· Kecemasan
sebagai syarat hidup
· Kesadaran
atas kematian dan Non-ada
C. Tujuan
Konseling Humanistik
Menurut
Gerald Corey (2010) ada beberapa tujuan konseling Eksistensial humanistik
yaitu:
a. Agar
klien mengalami keberadaannya secara otentik dengan menjadi sadar atas
keberadaan dan potensi – potensi serta sadar bahwa ia dapat membuka diri dan
bertindak berdasarkan kemampuannya. Keotentikan sebagai “urusan utama
psikoterapi” dan “nilai eksistensial pokok”. Terdapat tiga karakteristik dari
keberadaan otentik :
· Menyadari
sepenuhnya keadaan sekarang
· Memilih
bagaimana hidup pada saat sekarang
· Memikul
tanggung jawab untuk memilih.
b. Meluaskan
kesadaran diri klien, dan karenanya meningkatkan kesanggupan pilihannya yakni
menjadi bebas dan bertanggung jawab atas arah hidupnya.
c. Membantu
klien agar mampu menghadapi kecemasan sehubungan dengan tindakan memilih diri,
dan menerima kenyataan bahwa dirinya lebih dari sekadar korban kekuatan-kekuatan
deterministic di luar dirinya.
D. Proses
Konseling Humanistik
· Adanya
hubungan yang akrab antara konselor dan konseli.
· Adanya
kebebasan secara penuh bagi individu untuk mengemukakan problem dan apa yang
diinginkannya.
· Konselor
berusaha sebaik mungkin menerima sikap dan keluhan serta perilaku individu
dengan tanpa memberikan sanggahan.
· Unsur
menghargai dan menghormati keadaan diri individu dan keyakinan akan kemampuan
individu merupakan kunci atau dasar yang paling menentukan dalam hubungan
konseling.
· Pengenalan
tentang keadaan individu sebelumnya beserta lingkungannya sangat diperlukan
oleh konselor.
E. Teknik
Konseling Humanistik
Konseling humanistik tidak memiliki
teknik-teknik yang ditentukan secara ketat. Prosedur-prosedur konseling bisa
dipungut dari beberapa teori konseling lainnya separti teori Gestalt dan
Analisis Transaksional. Tugas konselor disini adalah menyadarkan konseli bahwa
ia masih ada di dunia ini dan hidupnya dapat bermakna apabila ia memaknainya.
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan adalah:
1. Membina
hubungan baik (good rapport)
2. Membuat
klien bisa menerima dirinya dengan segala potensi dan keterbatasannya.
3. Merangsang
kepekaan emosi klien Membuat klien bisa
4. mencari
solusi permasalahannya sendiri.
5.
Mengembangkan potensi dan emosi positif klien
6.
Membuat klien menjadi adequate
F. Sikap
Konselor dalam Proses Konseling Humanistik
Yang
paling diutamakan oleh konselor eksistensial humanistik adalah
hubunganya dengan klien. Kualitas dari dua orang yang bertatap muka dalam
situasi terapeutik merupakan stimulus terjadinya perubahan yang positif.
Konselor percaya bahwa sikap dasar mereka terhadap klien, karakteristik pribadi
tentang kejujuran, integritas dan keberanian merupakan hal-hal yang harus
ditawarkan. Konseling merupakan perjalanan yang ditempuh konselor dan klien,
suatu perjalanan pencarian menyelidiki kedalam dunia seperti yang dilihat dan
dirasakan klien.
Konselor
berbagi reaksi dengan kliennya disertai kepedulian dan empati yang tidak
dibuat-buat sebagai satu cara untuk memantapkan hubungan terapeutik. May dan
Yalom (1989) menekankan peranan krusial yang dimainkan oleh kapasitas konselor
untuk disana demi klien selama jam terapi yang mencakup hadir secara penuh dan
terlibat secara intens dengan kliennya. Sebelum konselor membimbing klien untuk
berhubugan dengan orang lain, maka pertama-tama harus secara akrab berhubungan
dengan klien.
G. Kelebihan Dan
Kekurangan Konseling Humanistik
Adapun kelebihan
Konseling Humanistik adalah:
a. Selalu
mengedepankan akan hal-hal yang bernuansa demokratis, partisipatif-dialogis dan
humanis.
b. Suasana
pembelajaran yang saling menghargai, adanya kebebasan berpendapat, kebebasan
mengungkapkan gagasan.
c. Keterlibatan
peserta didik dalam berbagai aktivitas di sekolah, dan lebih-lebih adalah
kemampuan hidup bersama (komunal-bermasyarakat) diantara peserta didik yang
tentunya mempunyai pandangan yang berbeda-beda.
Adapun kekurangan
Konseling Humanistik adalah:
1.Teori humanistik tidak
bisa diuji dengan mudah.
2.Banyak
konsep dalam psikologi humanistik, seperti misalnya orang yang telah berhasil
mengaktualisasikan dirinya, ini masih buram dan subjektif.
3.Psikologi
humanistik mengalami pembiasan terhadap nilai individualistis
F. LAYANAN-LAYANAN
YANG DIGUNAKAN
Panti Sosial
Wisma Tuna Ganda Palsigunung
1. Layanan
Orientasi, Layanan orientasi merupakan layanan yang memungkinan
peserta didik memahami lingkungan baru, terutama lingkungan sekolah dan
obyek-obyek yangdipelajari, untuk mempermudah dan memperlancar berperannya
peserta didik dilingkungan yang baru itu, sekurang-kurangnya diberikan dua kali
dalam satutahun yaitu pada setiap awal semester. Tujuan
layanan orientasi adalah agarpeserta didik dapat beradaptasi dan menyesuaikan
diri dengan lingkungan barusecara tepat dan memadai, yang berfungsi untuk
pencegahan dan pemahaman. Materi kegiatan layananorientasimenyangkut :
a. Pengenalan lingkungan dan
fasilitas sekolah
b. Peraturan dan hak-hak serta
kewajiban siswa.
c. Organisaso dan wadah-wadah
yang dapat membantu dan meningkatkan hubungan sosial siswa.
d. Kurikulum dengan seluruh
aspek-aspeknya.
e. Peranan kegiatan bimbingan
karir.
f.
Peranan pelayanan bimbingan dan konseling dalam
membantu segala jenis masalah dan kesulitan siswa
2. Layanan Informasi, Layanan informasi adalah
layanan yang memungkinan peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi
(seperti : informasi diri, sosial,belajar, pergaulan, karier, pendidikan
lanjutan). Tujuan layanan informasi adalahmembantu peserta didik agar dapat
mengambil keputusan secara tepat tentangsesuatu, dalam bidang pribadi, sosial,
belajar maupun karier berdasarkaninformasi yang diperolehnya yang memadai.
Layanan informasi pun berfungsiuntuk pencegahan dan pemahaman. Materi layanan
informasi menyangkut :
a. Tugas-tugas perkembangan
masa remaja akhir tentang kemampuan dan perkembangan pribadi,
b. Usaha yang dapat dilakukan
dalam mengenal bakat, minat, serta bentuk-bentuk penyuluhan dan
pengembangan.
c. Tata tertib sekolah, cara
bertingkah laku, tata krama, dan sopan santun.
d. Nilai-nilai sosial, adat
istiadat, dan upaya yang berlaku dan berkembang di masyarakat.
e. Mata pelajaran dan
pembidangannya seperti program inti dan program tambahan.
f.
Sistem penjurusan, kenaikan kelas, syarat-syarat
mengikuti UN, dll.
g. Fasilitaspenunjang/sumberbelajar.
3. Layanan Konseling Perorangan, Layanan konseling
perorangan merupakan layanan yang memungkinanpeserta didik mendapatkan layanan
langsung tatap muka (secara perorangan)dengan guru pembimbing untuk membahas
dan mengentaskan permasalahan yangdihadapinya dan perkembangan dirinya. Tujuan
layanan konseling peroranganadalah agar peserta didik dapat mengentaskan
masalah yang dihadapinya.Layanan konseling perorangan berfungsi untuk
pengentasan dan advokasi. Pelaksanaan usaha dan pengentasan siswa dapat
dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah berikut :
a. Pengenalan dan pemahaman
permasalahan.
b. Analisis yang tepat.
c. Aplikasi dan pemecahan
permasalahan.
d. Evaluasi, baik evaluasi
awal, proses ataupun evaluasi akhir.
e. Tindak lanjut. Melihat
kepada teknik penyelenggaraan konseling perorangan terdapat bermacam-macam
teknik konseling perorangan yang sangat ditentukan oleh permasalahan yang
dialami oleh siswa.
Teknik konseling perorangan yang sederhana
melalui proses/tahapan-tahapan sebagai berikut:
a) Tahap pembukaan
b) Tahap penjelasan
(eksplorasi)
c) Tahap pengubahan tingkah laku
d) Tahap penilaian/tindak
lanjut Materi layanan konseling perorangan meliputi :
1. Pemahaman sikap, kebiasaan, kekuatan
diri dan kelemahan, bakat, minat dan penyalurannya.
2. Pengentasan kelemahan diri dan pengembangan
kekuatan diri. 3. Mengembangkan kemampuan
berkomunikasi, menerima dan menyampaikan pendapat, bertingkah laku sosial, baik
di rumah, sekolah maupun di masyarakat. 4.
Mengembangkan sikap kebiasaan belajar yang baik, disiplin dan berlatih dan
pengenalan belajar sesuai dengan kemampuan, kebiasaan dan potensi diri
4. Layanan Penempatan dan Penyaluran, Layanan penempatan dan
penyaluran merupakan layanan yang memungkinan peserta didik memperoleh
penempatan dan penyaluran di dalamkelas, kelompok belajar, jurusan/program
studi, program latihan, magang,kegiatan ko/ekstra kurikuler sesuai dengan
potensi, bakat, minat erta kondisipribadinya, dengan tujuan agar peserta didik
dapat mengembangkan segenapbakat, minat dan segenap potensi lainnya. Layanan
penempatan dan penyaluranberfungsi untuk pengembangan.
Materi kegiatan layanan
penempatan dan penyaluran meliputi : a.
Penempatan kelas siswa, program study/jurusan dan pilihan ekstrakurrikuler yang
dapat menunjang pengembangan sikap, kebiasaan, kemampuan, bakat dan minat.
b. Membantu dalam kegiatan program khusus sesuai
dengan kebutuhan siswa, baik pengajaran maupun program pengayaan dan seleksi
masuk perguruan tinggi. c. Penempatan dan
penyaluran dalam kelompok sebaya, kelompok belajar dan organisasi kesiswaan
serta kegiatan sosial sekolah.
5. Layanan Penguasaan Konten, Layanan penguasaan konten
merupakan layanan yang membantu
peserta didik menguasai konten tertentu, terutama kompetensi dan atau kebiasaan
yang berguna dalam kehidupan di sekolah, keluarga, dan masyarakat.
G. EVALUASI
Panti Sosial
Wisma Tuna Ganda
Diharapkan setelah keluar dari panti LN dapat
beradaptasi dengan lingkungan baru dan dapat lebih mandiri.
H. REKOMENDASI
TINDAK LANJUT
1.
Dokter Fisioterapi
I. DAFTAR
PERTANYAN PANTI SOSIAL
1.
Bagaimana bisa berdirinya
panti sosial wisma tuna ganda ini? Apakah dari awalibu yag sudah merints panti
sosial ini ?
2.
Ada berapa jumlah
populasi anak yang di rawat di panti ini?
3.
Mereka semua apakah di
kategorikan atau disamaratakan ya bu? Kategorikan dalam arti dari jumlah umur,
jenis penyakit atau yang lainnya?
4.
Lalu selama ibu menjabat
menjadi ketua panti disini,apakah ibu pernah mengalami kesulitan dalam
menangani permasalahan yang terjadi kepada mereka?
5.
Basana masalah seperti
apa yang di alami oleh anak-anak ibu disini?
6.
Bagaimana cara ibu
menyelesaikan permasalahan nya?
7.
Biasanya ibu menggnakan
layanan apa dalam mengentakan permasalahan mereka?
8.
Cara pemberian layanan
untuk ABK apakah sama dengan anak yang lainnya?
9.
Apakah mereka memerluan
pengajar khusus bu? Untuk melatih saraf-saraf motorik dan keakifan mereka?
10.
Jenis terapi apa yang
biasanya digunakan? Apakah setiap anak meode terapinya sama?
A. LATAR
BELAKANG OBSERVASI DI BIDAN MURDININGSIH
Lalu
observasi di tempat yang kedua adalah “Bidan Sri Murdiningsih” atau terkenal
dengan julukan bidan imung. Bidan merupakan salah satu profesi tertua
sejak adanya peradaban umat manusia. Bidan muncul sebagai wanita terpercaya
dalam mendampingi dan menolong ibu yang melahirkan. Peran dan posisi bidan
dimasyarakat sangat dihargai dan dihormati karena tugasnya yang sangat mulia,
memberi semangat, membesarkan hati, mendampingi, serta menolong ibu yang
melahirkan sampai ibu dapat merawat bayinya dengan baik. Bidan sebagai pekerja
profesional dalam menjalankan tugas dan prakteknya, bekerja berdasarkan
pandangan filosofis yang dianut, keilmuan, metode kerja, standar praktik
pelayanan serta kode etik yang dimilikinya.
Dalam
observasi pada hari Jumat 21 September 2018 kami dipersilakan untuk
melihat-lihat ruangan yang ada disana. Dari mulai ruang persalinan, ruang bayi,
ruang periksa, dan ruang rawat inap. Bidan Sri Murdiningsih atau bidan imung
ini bidan satu-satunya yang paling lama di Depok. Bidan imung ini sudah
beroprasi sangat lama ±20 tahun. Di bidan tersebut terdapat 3 bidan ang ekerja
disana, salah satunya mba dewi bidan yang paling muda dan baru bekerja selama 1
tahun.
B. TEORI
1.
Client
centered Carls roger
a. Pandangan Tentang Sifat Manusia
Manusia
dalam pandangan Rogers adalah bersifat positif. Ia mempercayai bahwa manusia
memiliki dorongan untuk selalu bergerak ke muka, berjuang untuk berfungsi,
kooperatif, konstrukstif dan memiliki kebaikan pada inti terdalam tanpa perlu
mengendalikan dorongan-dorongan agresifnya. Filosofi tentang manusia ini
berimplikasi dalam praktek terapi client centered dimana terapis meletakan
tanggung jawab proses terapi pada client, bukan terapis yang memiliki otoritas.
Client diposisikan untuk memiliki kesnggupan-kesangguapan dalam membuat
keputusan.
Pendekatan
konseling client centered menekankan pada kecakapan klien untuk menentukan isu
yang penting bagi dirinya dan pemecahan masalah dirinya. Konsep pokok yang
mendasari adalah hal yang menyangkut konsep-konsep mengenai diri (self),
aktualisasi diri, teori kepribadian,dan hakekat kecemasan. Menurut Roger konsep
inti konseling berpusat pada klien adalah konsep tentang diri dan konsep
menjadi diri atau pertumbuhan perwujudan diri.
Terapi
berpusat pada klien (Client Centered Teraphy) merupakan salah satu teknik
alternatif dalam praktik pekerjaan sosial, terutama bagi terapis yang tidak
begitu menguasai secara baik beberapa teori dan praktik pekerjaan sosial, walaupun
begitu bukan berarti tanpa tantangan dan keahlian yang spesific. Beberapa teori
dan praktik pekerjaan yang bersifat dasar tetap menjadi kebutuhan mutlak dalam
teknik terapi ini. Tulisan ini akan berusaha menjelaskan tentang latarbelakang
historis terapi client centered, beberapa asumsi dasar, prinsip, tujuan dan
teknik serta proses terapi client centered.
b.
Latar Belakang Historis
Terapi Client Centered
Terapi
Client Centered dipelopori oleh Carl R . Rogers sebagai reaksi terhadap apa
yang disebutnya sebagai keterbatasan-keterbatasan mendasart dari psikoanalisis;
Pada
hakikatnya pendekatan Client Centered merupakan cabang khusus dari terapi
Humanistik yang menggaris bawahi tindakan mengalami klien berikut duni
subjektif dan fenomenalnya
c. Beberapa
Asumsi Dasar Terapi Client Centered
Individu
memiliki kapasitas untuk membimbing, mengatur, mengarahkan, dan mengendalikan
dirinya sendiri apabila ia diberikan kondisi tertentu yang mendukung
Individu
memiliki potensi untuk memahami apa yang terjadi dalam hidupnya yang terkait
dengan tekanan dan kecemasan yang ia rasakan.
Individu
memiliki potensi untuk mengatur ulang dirinya sedemikian rupa sehingga tidak
hanya untuk menghilangkan tekanan dan kecemasan yang ia rasakan, tetapi juga
untuk memenuhi kebutuhan diri dan mencapai kebahagiaan.
d. Prinsip-Prinsip
dalam Terapi Client Centered
Kita
berperilaku sesuai dengan persepsi kita terhadap realitas. Berkaitan dengan hal
ini, untuk memahami masalah klien, maka kita harus benar-benar memahami
bagaimana ia mempersepsikannya.
Kita
termotivasi oleh dorongan primer bawaan lahir yang berupa dorongan untuk
mengaktualisasikan diri. Secara otomatis individu akan mengembangkan potensinya
dalam kondisi-kondisi yang mendukung. Kondisi-kondisi ini dapat diciptakan dalam
terapi dan oleh karena itu, terapis harus bersikap nondirektif.
Individu
memiliki kebutuhan dasar akan cinta dan penerimaan. Dalam terapi, hal ini
diterjemahkan sebagai adanya kebutuhan untuk fokus pada hubungan (antara
terapis dan klien-red) dan pengkomunikasian empati, sikap menghargai, dan
ketulusan dari terapis.
Konsep
diri individu bergantung pada penerimaan dan penghargaan yang ia terima dari
orang lain. Konsep diri klien dapat ia ubah apabila ia mengalami penghargaan
positif tanpa syarat (unconditional positive regard) dalam terapi.
·
KONSEP DASAR
a. Pandangan
Menurut Rogers
CLIENT
CENTERED (KONSELING BERPUSAT KLIEN) – Model konseling berpusat pribadi
dikembangkan oleh Carl R. Rogers. Sebagai hampiran keilmuan merupakan cabang
dari psikologi humanistik yang menekankan model fenomenologis. Konseling
person-centered mula-mula dikembangkan pada 1940 an sebagai reaksi terhadap
konseling psychoanalytic. Semula dikenal sebagai model nondirektif, kemudian
diubah menjadi client-centered.
Carl
R. Rogers mengembangkan terapi client-centered sebagai reaksi terhadap apa yang
disebutnya keterbatasan-keterbatasan mendasar dari psikoanalisis. Terapis
berfugsi terutama sebagai penunjang pertumbuhan pribadi seseorang dengan jalan
membantunya dalam menemukan kesanggupan-kesanggupan untuk memecahkan
masalah-masalah. Pendekatan client centered ini menaruh kepercayaan yang besar
pada kesanggupan seseorang untuk mengikuti jalan terapi dan menemukan arahnya
sendiri.
b.
Ciri-Ciri Pendekatan
Client Centered
Berikut ini uraian
ciri-ciri pendektan Client Centered dari Rogers :
Client
dapat bertanggungjawab, memiliki kesanggupan dalam memecahkan masalah dan
memilih perliku yang dianggap pantas bagi dirinya.
Menekankan
dunia fenomenal client. Dengan empati dan pemahaman terhadap client, terapis memfokuskan pada
persepsi diri client dan persepsi client terhadap dunia.
Prinsip-prinsip
psikoterapi berdasarkana bahwa hasrat kematangan psikologis manusia itu berakar
pada manusia sendiri. Maka psikoterapi itu bersifat konstrukstif dimana dampak
psikoteraputik terjadi karena hubungan konselor dan client. Karena hal ini
tidak dapat dilakukan sendirian (client).
Efektifitas
teraputik didasarkan pada sifat-sifat ketulusan, kehangatan, penerimaan
nonposesif dan empati yang akurat.
Pendekatan
ini bukanlah suatu sekumpulan teknik ataupun dogma. Tetapi berakar pada
sekumpulan sikap dan kepercayaan dimana dalam proses terapi, terapis dan client
memperlihatkan kemanusiawiannya dan partisipasi dalam pengalaman pertumbunhan.
·
TUJUAN PENDEKATAN TERAPI
Terdapat beberapa
tujuan pendekatan terapi Client Centered yaitu sebagai berikut :
a. Keterbukaan
pada Pengalaman
Sebagai
lawan dari kebertahanan, keterbukaan pada pengalamam menyiratkan menjadi lebih
sadar terhadap kenyataan sebagaimana kenyataan itu hadir di luar dirinya.
b. Kepercayaan
pada Organisme Sendiri
Salah
satu tujuan terapi adalah membantu klien dalam membangun rasa percaya terhadap
diri sendiri. Dengan meningknya keterbukaan klien terhadap
pengalaman-pengalamannya sendiri, kepercayaan kilen kepada dirinya sendiri pun
muali timbul.
c. Tempat Evaluasi Internal
Tempat
evaluasi internal ini berkaitan dengan kepercayaan diri, yang berarti lebih
banyak mencari jawaban-jawaban pada diri sendiri bagi masalah-masalah
keberadaannya. Orang semakin menaruh perhatian pada pusat dirinya dari pada
mencari pengesahan bagi kepribadiannya dari luar. Dia mengganti persetujuan
universal dari orang lain dengan persetujuan dari dirinya sendiri. Dia
menetapkan standar-standar tingkah laku dan melihat ke dalam dirinya sendiri
dalam membuat putusan-putusan dan pilihan-pilihan bagi hidupnya.
d. Kesediaan
untuk menjadi Satu Proses.
Konsep
tentang diri dalam proses pemenjadian merupakan lawan dari konsep diri sebagai
produk. Walaupun klien boleh jadi menjalani terapi untuk mencari sejenis formula
guna membangun keadaan berhasil dan berbahagia, tapi mereka menjadi sadar bahwa
peretumbuhan adalah suatu proses yang berkesinambungan. Para klien dalam terapi
berada dalam proses pengujian persepsi-persepsi dan kepercayaan-kepercayaannya
serta membuka diri bagi pengalaman-pengalaman baru, bahkan beberapa revisi.
e. Tujuan
Konseling
Tujuan Konseling
dengan pendekatan Client Centered adalah sebagai berikut :
·
Menciptakan suasana yang
kondusif bagi klien untuk mengeksplorasi diri sehingga dapat mengenal hambatan
pertumbuhannya .
·
Membantu klien agar dapat
bergerak ke arah keterbukaan, kepercayaanyang lebih besar kepada
dirinya,keinginan untuk menjadi pribadi yang mandiri dan meningkatkan
spontanitas hidupnya.
·
Menyediakan
iklim yang aman dan percaya dalam pengaturan konseling sedemikian sehingga
konseli, dengan menggunakan hubungan konseling untuk self-exploration, menjadi
sadar akan blok/hambatan ke pertumbuhan.
·
Konseli cenderung untuk
bergerak ke arah lebih terbuka, kepercayaan diri lebih besar, lebih sedia untuk
meningkatkan diri sebagai lawan menjadi mandeg, dan lebih hidup dari standard
internal sebagai lawan mengambil ukuran eksternal untuk apa ia perlu menjadi.
HUBUNGAN
KONSELOR DENGAN KLIEN
Konsep
hubungan antara terapis dan client dalam pendekatan ini ditegaskan oleh
pernyataan Rogers (1961) “jika saya bisa menyajikan suatu tipe hubungan, maka
orang lain akan menemukan dalam dirinya sendiri kesanggupan menggunakan
hubungan itu untuk pertumbuhan dan perubahan, sehingga perkembangan peribadipun
akan terjadi. Ada enam kondisi yang diperlukan dan memadahi bagi perubahan
kepribadian :
Dua orang berada
dalam hubungan psikologis.
Orang pertama
disebut client, ada dalam keadaan tidak selaras, peka dan cemas.
Orang kedua
disebut terapis, ada dalam keadaan selaras atau terintegrasi dalam berhubungan.
Terapis merasakan
perhatian positif tak bersyarat terhadap client.terapis merasakan pengertian
yang empatikterhadap kerangka acuan internal client dan berusaha
mengkomunikasikan perasaannya ini kepad terapis.
Komunikasi
pengertian empatik dan rasa hormat yang positif tak bersyarat dari terapis
kepada client setidak-tidaknya dapat dicapai.
Ada tiga ciri atau
sikap terapis yang membentuk bagian tengan hubungan teraputik :
Pertama,
Keselarasana/kesejatian. Konsep kesejatian yang dimaksud Rogers adalah
bagaimana terapis tampil nyata, utuh, otentik dan tidak palsu serta
terinytgrasi selama pertemuan terapi. Terapis bersikap secara spontan dan
terbuka menyatakan sikap-sikap yang ada pada dirinya baik yang positif maupun
negatif. Terapis tidak diperkenankan terlibat secara emosional dan berbagi
perasaan-perasaan secara impulsive terhadap
client. Hal ini dapat menghambat proses terapi. Jelas bahwa pendekatan
client centered berasumsi bahwa jika terapi selaras/menunjukkan kesejatiannya
dalam berhubungan dengan client maka proses teraputic bisa berlangsung.
Kedua,
Perhatian positif tak bersayarat. Perhatian tak bersayarat itu tidak dicampuri
oleh evaluasi atau penilaian terhadap pemikiran-pemikiran dan tingkah laku
client sebagai hal yang buruk atau baik. Perhatian tak bersyarat bkan sikap
“Saya mau menerima asalkan…..melainkan “Saya menerima anda apa adanya”.
Perhatian tak bersyarat itu seperti continuum. Semakin besar derajat kesukaan,
perhatian dan penerimaan hangat terhadap client, maka semakin besar pula
peluang untuk menunjung perubahan pada client.
Ketiga,
Pengertian empatik yang akurat. Pada bagian ini merupakan hal yang sangat
krusial, dimana terapis benar-benar dituntut untuk menggunakan kemampuan
inderanya dalam berempati guna mengenali dan menjelajahi pengalaman subjektif
dari client. Konsep ini menyiratkan terapis memahami perasaan-perasaan client
yang seakan-akan perasaanya sendiri. Tugas yang makin rumit adalah memahami
perasaan client yang samar dan memberikan makna yang makin jelas. Tugas terapis
adalah membantu kesadaran client terhadap perasaan-perasaan yang dialami.
Regers percaya bahwa apabila terapis mampu menjangkau dunia pribadi client
sebagaimana dunia pribadi itu diamati dan dirasakan oleh client, tanpa kehilangan
identitas dirinya yang terpisah dari client, maka perubahan yang konstruktif
akan terjadi.
PROSES KONSELING
Proses-proses yang
terjadi dalam konseling dengan menggunakan pendekatan Client Centered adalah
sebagai berikut :
Konseling
memusatkan pada pengalaman individual.
Konseling
berupaya meminimalisir rasa diri terancam, dan memaksimalkan dan serta menopang
eksplorasi diri. Perubahan perilaku datang melalui pemanfaatan potensi individu
untuk menilai pengalamannya, membuatnya untuk memperjelas dan mendapat tilikan
pearasaan yang mengarah pada pertumbuhan.
Melalui
penerimaan terhadap klien, konselor membantu untuk menyatakan, mengkaji dan
memadukan pengalaman-pengalaman sebelunya ke dalam konsep diri.Dengan
redefinisi, pengalaman, individu mencapai penerimaan diri dan menerima orang
lain dan menjadi orang yang berkembang penuh.
Wawancara
merupakan alat utama dalam konseling untuk menumbuhkan hubungan timbal balik.
C. DATA PRIBADI
NARASUBER
Nama
:
Dewi Piji Astuti
Tanggal
Lahir :
15 Sep 1995
Alamat :
Asrama Gegana Brimob Kelapa Dua Depok Rt.01 Rw.06
Status
:
Single
Lama
Bekerja Di Bidan Sri : 1thn
Pendidikan Terakhir : D3 Kebidanan
D.
Pembahasan
Studi Kasus di Panti Sosial Tuna Ganda
Palsi Gunung
Nama : IS
Jenis
Kelamin : Perempuan
Umur : 23 Tahun
Permasalahan yang dialami
: keguguran diusia kandungan
muda
A. Kasus
B. Diagnosis
C. Prognosis
A.
Kasus
Salah satu bidan di tempat observasi kemarin memberitahukan ada
beberapa kasus yang terjadi pada bidan
Sri Murdiningsih atau bidan imung, salah satunya kasus ibu IS yang mengalami pendarahan ringan
saat kandungan nya baru menginjak 3 bulan. Karena menurut bidan dewi pendarahan
diusia kehamilan muda itu berbahaya dan akan mengancam nyawa sang bayinya justru
seharusnya pendarahan atau lendir darah baiknya keluar saat usia kandungan
sudah menginjak usia tua sekitaer 8-9 bulan.
Akan tetapi jika sudah menginjak usia 8-9 bulan sudah mengalami
pendarahan bidan sudah tidak bisa menangani akhirnya bidan mengalih tangan
kasuskan ke dokter di rumah sakit. Bidan hanya bisa membantu dengan cara
memberikan cairan infus agar sang ibu tidaak kekurangan cairan dalam tubuh
dikarenakan darahnya sudah keluar secara terus-menerus. Saat bidan mengarahkan
ke dokter di rumah sakit, bidan tidak melepas pasiennya begitu saja akan tetapi
bidan mendampi pasien hingga ke rumah sakit, karena tidak memungkinkan untuk
pasien berjalan ke rumah sakit sendirian.
Flek atau pendarahan ini termasuk salah satu tanda keguguran,
kalau sudah keluar flek yang di takutkan jika sudah ada flerk berarti sudah ada
lubang untuk keluarnya darah kalau kelamaan lubangnya bisa makin membesar
apalagi bayi masih diumur 3bulan ini masih berbentuk gumpalan darah. Ibu IS
sebelumnya juga mengaklu sering mengalami kram yang berlebihan secara terus
menerus.
Penyebab terjadinya permasalahan yang dialami ibu IS terjadi
karena sang ibu kurangnya beristirahat dan pola makan yang tidak sehat. Pada
dasarnya ibu hamil mudah mengalami kelelahan, terlebih kehamilan yang pertama.
Maka dari itu ibu IS disini terlalu memaksakan untuk bekerja dan melupakan pola
makanan yang baik. Sehingga terjadinya pendarahan ini dikarenakan faktor
lingkungan keluarga yang tidak bisa menjaga ibu IS.
Kesimpulan :
1. Ibu
IS memerlukan bantyuan khusus dari dokter di rumah sakit
2. Faktor
utama dari permasalahan ibu IS adalah lingkungan keluarga yang kurang perhatian
terhadap ibu IS
3. Suami
ibu IS sangat mengharapkan bidan dewi bisa menangani permasalahan istrinya
dengan baik.
B.
Diagnosis
Hasil dari wawancara bidan dewi, mahasiswa bimbingan dan
konseling segera menyusun laporan menganai masalah yang dihadapi oibu IS yang
anatara lain sebagai berikut :
1. Ibu
IS mengalami pendarahan atau flek dalam usia kandungan yang masih muda
2. Ibu
IS mengalami permasalahan terkait pola kehidupan yang sehat
3. Ibu
IS mengalami kekecewaan karena kandungan nya yang bermasalah
4. Ibu
IS sering merasakan kram yangh berlebihan
Berdasarkan diagnosis yang dikemukakan mahasiswa bimbingan dan
konseling mengadakan rapat dengan semua anggota kelompok untuk membicarakan
maslaah dan tindakan yang akan dilakukan. Langkah prognosis yang dilaksanakan
atau jenis bimbingan yang diberikan sesuai dengan pertemuan pada wawancara pada
hari jumat tanggal 21 september 2018, jenis bimbingan tersebut meliputi :
1. Ibu
IS harus mendaptkan layanan informasi terkait dengan kahamilan.
2. Ibu
IS harus mendapatkan layanan konseling perorangan
3. Ibu
IS mendapatkan layanan konsultasi
4. Ibu
IS dialihtangan kasuskan kepada dokter di rumah sakit
Langkah-langkah yang
harus dilaksanakan mahasiswa bimbingan dan konseling
1. Mahasiswa
bimbingan dan konseling melakukan wawancara khusus dengan ibu IS secatra khusus
dan sistematis
2. Mahasiswa
bimbingan dan konseling mengadakan pendekatan dengan keluarga dan suami, agar
orang tua, suami dan keluarga mengerti dengan sebaik-baiknya tentang kasus yang
dialami ibu IS. Yaitu melalui layanan konsultasi
3. Mahasiswa
bimbingan dan konseling mengadakan penyuluhan berupa informasi tentang
kehamilan.
4. Mahasiswa
boimbingan dan konseling memberikan informasi keterangan tentang kehamilan agar
ibu IS mengerti tentang rentan nya kehamilan.
C.
Prognosis
Konseling
Terapi
Langkah konseling/ terapi yaitu pelaksanaan bantuan yang
terkait dengan apa-apa yang di tetapkan dalam langkah prognosis. Langkah terapi
mmbutuhkan waktu yang cukup panjang antara lain seperti yang disebutkan
sebelumnya yaitu : pe;laksanaan wawancara, mengadakan diskusi kerja kelompok,
dan pengarahan buntuk membantu ibu IS dalam penanganan kasus-kasus kehamilan.
Teknik bimbingan yang
diberikan dalam masalah ibu IS:
1. Layanan
informasi yaitu, melibatkan ibu IS agar dapat memahamin informasi-informasi
awal tentang kehamilan muda. Hal-hal apa saja yang harus dilakukan selama
kehamilan dan tidak boleh dilakukan ketika kehamil.
2. Layanan
konseling perorangan yaitu, ketika pasien mengalami stress dan
ketidakseimbangan emosional atau hormon.
3. Kegiatan
pendukung alih tangan kasus, yaitu ibu IS di alih tangan kasuskan kepada dokter
di rumah sakit jika ada keadaan yang bukan ranah dari bidan.
4. Layanan
konsultasi, yaitu ibu IS mengalami flek agar mendapatkan pencerahan dari
permasalahan yang dialami ibu IS.
Konseling
Individual
Merupakan salah satu teknik pemberian bantuan seacara
individual dan seacara daterhadap ibu IS yang berlangsung melalui komunikasi.
Dalam pelaksanaan konsewling seorang konselor haruslah perlu simpati dan
empati, dengan kedua hal tersebut maka ibu IS dapat memecahkan masalah-masalah
yang dihadapinya. Dengan adanya konseling individu akan memberi kepercayaan
yang penuh sehingga ibu IS dapat terentaskan dari masalahnya. Teknik konseling
yang digunakan dalam penggunaan individual ada tiga yaitu :
1. Teknik
direktif yaitu mahasiswa BK bereran aktif bila mana pasien pasif.
2. Teknik
non direktif yaitu mahasiswa BK pasif dan pasien aktif dalam pemecahan masalah.
3. Teknik
eklektif yaitu keduabelah pihak aktif.
Di
dalam teknik yang disebutkan sebelumnya ;langkah-langkah yang harus ditemopuh
antara lain :
1. Menentukan
masalah
2. Mengumnpulkan
data
3. Analisis
data
4. Menetepkan
latar belakang masalah
5. Menetapkan
langkah-langkah bimbingan yang akan diberikanMelakukan terapi bimbingan
E. MODEL-MODEL
KONSELING
Client centered Carls roger
A. Pandangan Tentang Sifat Manusia
Manusia
dalam pandangan Rogers adalah bersifat positif. Ia mempercayai bahwa manusia
memiliki dorongan untuk selalu bergerak ke muka, berjuang untuk berfungsi,
kooperatif, konstrukstif dan memiliki kebaikan pada inti terdalam tanpa perlu
mengendalikan dorongan-dorongan agresifnya. Filosofi tentang manusia ini
berimplikasi dalam praktek terapi client centered dimana terapis meletakan
tanggung jawab proses terapi pada client, bukan terapis yang memiliki otoritas.
Client diposisikan untuk memiliki kesnggupan-kesangguapan dalam membuat
keputusan.
Pendekatan
konseling client centered menekankan pada kecakapan klien untuk menentukan isu
yang penting bagi dirinya dan pemecahan masalah dirinya. Konsep pokok yang
mendasari adalah hal yang menyangkut konsep-konsep mengenai diri (self),
aktualisasi diri, teori kepribadian,dan hakekat kecemasan. Menurut Roger konsep
inti konseling berpusat pada klien adalah konsep tentang diri dan konsep
menjadi diri atau pertumbuhan perwujudan diri.
Terapi
berpusat pada klien (Client Centered Teraphy) merupakan salah satu teknik
alternatif dalam praktik pekerjaan sosial, terutama bagi terapis yang tidak
begitu menguasai secara baik beberapa teori dan praktik pekerjaan sosial,
walaupun begitu bukan berarti tanpa tantangan dan keahlian yang spesific.
Beberapa teori dan praktik pekerjaan yang bersifat dasar tetap menjadi
kebutuhan mutlak dalam teknik terapi ini. Tulisan ini akan berusaha menjelaskan
tentang latarbelakang historis terapi client centered, beberapa asumsi dasar,
prinsip, tujuan dan teknik serta proses terapi client centered.
B.
Latar Belakang Historis
Terapi Client Centered
Terapi
Client Centered dipelopori oleh Carl R . Rogers sebagai reaksi terhadap apa
yang disebutnya sebagai keterbatasan-keterbatasan mendasart dari psikoanalisis;
Pada
hakikatnya pendekatan Client Centered merupakan cabang khusus dari terapi
Humanistik yang menggaris bawahi tindakan mengalami klien berikut duni
subjektif dan fenomenalnya
C. Beberapa
Asumsi Dasar Terapi Client Centered
Individu
memiliki kapasitas untuk membimbing, mengatur, mengarahkan, dan mengendalikan
dirinya sendiri apabila ia diberikan kondisi tertentu yang mendukung
Individu
memiliki potensi untuk memahami apa yang terjadi dalam hidupnya yang terkait
dengan tekanan dan kecemasan yang ia rasakan.
Individu
memiliki potensi untuk mengatur ulang dirinya sedemikian rupa sehingga tidak
hanya untuk menghilangkan tekanan dan kecemasan yang ia rasakan, tetapi juga
untuk memenuhi kebutuhan diri dan mencapai kebahagiaan.
D. Prinsip-Prinsip
dalam Terapi Client Centered
Kita
berperilaku sesuai dengan persepsi kita terhadap realitas. Berkaitan dengan hal
ini, untuk memahami masalah klien, maka kita harus benar-benar memahami
bagaimana ia mempersepsikannya.
Kita
termotivasi oleh dorongan primer bawaan lahir yang berupa dorongan untuk
mengaktualisasikan diri. Secara otomatis individu akan mengembangkan potensinya
dalam kondisi-kondisi yang mendukung. Kondisi-kondisi ini dapat diciptakan
dalam terapi dan oleh karena itu, terapis harus bersikap nondirektif.
Individu
memiliki kebutuhan dasar akan cinta dan penerimaan. Dalam terapi, hal ini
diterjemahkan sebagai adanya kebutuhan untuk fokus pada hubungan (antara
terapis dan klien-red) dan pengkomunikasian empati, sikap menghargai, dan
ketulusan dari terapis.
Konsep
diri individu bergantung pada penerimaan dan penghargaan yang ia terima dari
orang lain. Konsep diri klien dapat ia ubah apabila ia mengalami penghargaan
positif tanpa syarat (unconditional positive regard) dalam terapi.
·
KONSEP DASAR
c. Pandangan
Menurut Rogers
CLIENT
CENTERED (KONSELING BERPUSAT KLIEN) – Model konseling berpusat pribadi
dikembangkan oleh Carl R. Rogers. Sebagai hampiran keilmuan merupakan cabang
dari psikologi humanistik yang menekankan model fenomenologis. Konseling
person-centered mula-mula dikembangkan pada 1940 an sebagai reaksi terhadap
konseling psychoanalytic. Semula dikenal sebagai model nondirektif, kemudian
diubah menjadi client-centered.
Carl
R. Rogers mengembangkan terapi client-centered sebagai reaksi terhadap apa yang
disebutnya keterbatasan-keterbatasan mendasar dari psikoanalisis. Terapis
berfugsi terutama sebagai penunjang pertumbuhan pribadi seseorang dengan jalan
membantunya dalam menemukan kesanggupan-kesanggupan untuk memecahkan masalah-masalah.
Pendekatan client centered ini menaruh kepercayaan yang besar pada kesanggupan
seseorang untuk mengikuti jalan terapi dan menemukan arahnya sendiri.
d.
Ciri-Ciri Pendekatan
Client Centered
Berikut ini uraian
ciri-ciri pendektan Client Centered dari Rogers :
Client
dapat bertanggungjawab, memiliki kesanggupan dalam memecahkan masalah dan
memilih perliku yang dianggap pantas bagi dirinya.
Menekankan
dunia fenomenal client. Dengan empati dan pemahaman terhadap client, terapis memfokuskan pada
persepsi diri client dan persepsi client terhadap dunia.
Prinsip-prinsip
psikoterapi berdasarkana bahwa hasrat kematangan psikologis manusia itu berakar
pada manusia sendiri. Maka psikoterapi itu bersifat konstrukstif dimana dampak
psikoteraputik terjadi karena hubungan konselor dan client. Karena hal ini
tidak dapat dilakukan sendirian (client).
Efektifitas
teraputik didasarkan pada sifat-sifat ketulusan, kehangatan, penerimaan
nonposesif dan empati yang akurat.
Pendekatan
ini bukanlah suatu sekumpulan teknik ataupun dogma. Tetapi berakar pada
sekumpulan sikap dan kepercayaan dimana dalam proses terapi, terapis dan client
memperlihatkan kemanusiawiannya dan partisipasi dalam pengalaman pertumbunhan.
·
TUJUAN PENDEKATAN TERAPI
Terdapat beberapa
tujuan pendekatan terapi Client Centered yaitu sebagai berikut :
f.
Keterbukaan pada
Pengalaman
Sebagai
lawan dari kebertahanan, keterbukaan pada pengalamam menyiratkan menjadi lebih
sadar terhadap kenyataan sebagaimana kenyataan itu hadir di luar dirinya.
g. Kepercayaan
pada Organisme Sendiri
Salah
satu tujuan terapi adalah membantu klien dalam membangun rasa percaya terhadap
diri sendiri. Dengan meningknya keterbukaan klien terhadap
pengalaman-pengalamannya sendiri, kepercayaan kilen kepada dirinya sendiri pun
muali timbul.
h. Tempat Evaluasi Internal
Tempat
evaluasi internal ini berkaitan dengan kepercayaan diri, yang berarti lebih
banyak mencari jawaban-jawaban pada diri sendiri bagi masalah-masalah
keberadaannya. Orang semakin menaruh perhatian pada pusat dirinya dari pada
mencari pengesahan bagi kepribadiannya dari luar. Dia mengganti persetujuan
universal dari orang lain dengan persetujuan dari dirinya sendiri. Dia
menetapkan standar-standar tingkah laku dan melihat ke dalam dirinya sendiri
dalam membuat putusan-putusan dan pilihan-pilihan bagi hidupnya.
i.
Kesediaan untuk menjadi
Satu Proses.
Konsep
tentang diri dalam proses pemenjadian merupakan lawan dari konsep diri sebagai
produk. Walaupun klien boleh jadi menjalani terapi untuk mencari sejenis
formula guna membangun keadaan berhasil dan berbahagia, tapi mereka menjadi
sadar bahwa peretumbuhan adalah suatu proses yang berkesinambungan. Para klien
dalam terapi berada dalam proses pengujian persepsi-persepsi dan
kepercayaan-kepercayaannya serta membuka diri bagi pengalaman-pengalaman baru,
bahkan beberapa revisi.
j.
Tujuan Konseling
Tujuan Konseling
dengan pendekatan Client Centered adalah sebagai berikut :
·
Menciptakan suasana yang
kondusif bagi klien untuk mengeksplorasi diri sehingga dapat mengenal hambatan
pertumbuhannya .
·
Membantu klien agar dapat
bergerak ke arah keterbukaan, kepercayaanyang lebih besar kepada
dirinya,keinginan untuk menjadi pribadi yang mandiri dan meningkatkan
spontanitas hidupnya.
·
Menyediakan
iklim yang aman dan percaya dalam pengaturan konseling sedemikian sehingga konseli,
dengan menggunakan hubungan konseling untuk self-exploration, menjadi sadar
akan blok/hambatan ke pertumbuhan.
·
Konseli cenderung untuk
bergerak ke arah lebih terbuka, kepercayaan diri lebih besar, lebih sedia untuk
meningkatkan diri sebagai lawan menjadi mandeg, dan lebih hidup dari standard
internal sebagai lawan mengambil ukuran eksternal untuk apa ia perlu menjadi.
HUBUNGAN
KONSELOR DENGAN KLIEN
Konsep
hubungan antara terapis dan client dalam pendekatan ini ditegaskan oleh
pernyataan Rogers (1961) “jika saya bisa menyajikan suatu tipe hubungan, maka
orang lain akan menemukan dalam dirinya sendiri kesanggupan menggunakan
hubungan itu untuk pertumbuhan dan perubahan, sehingga perkembangan peribadipun
akan terjadi. Ada enam kondisi yang diperlukan dan memadahi bagi perubahan
kepribadian :
Dua orang berada
dalam hubungan psikologis.
Orang pertama
disebut client, ada dalam keadaan tidak selaras, peka dan cemas.
Orang kedua
disebut terapis, ada dalam keadaan selaras atau terintegrasi dalam berhubungan.
Terapis merasakan
perhatian positif tak bersyarat terhadap client.terapis merasakan pengertian
yang empatikterhadap kerangka acuan internal client dan berusaha
mengkomunikasikan perasaannya ini kepad terapis.
Komunikasi
pengertian empatik dan rasa hormat yang positif tak bersyarat dari terapis
kepada client setidak-tidaknya dapat dicapai.
Ada tiga ciri atau
sikap terapis yang membentuk bagian tengan hubungan teraputik :
Pertama,
Keselarasana/kesejatian. Konsep kesejatian yang dimaksud Rogers adalah bagaimana
terapis tampil nyata, utuh, otentik dan tidak palsu serta terinytgrasi selama
pertemuan terapi. Terapis bersikap secara spontan dan terbuka menyatakan
sikap-sikap yang ada pada dirinya baik yang positif maupun negatif. Terapis
tidak diperkenankan terlibat secara emosional dan berbagi perasaan-perasaan
secara impulsive terhadap client. Hal
ini dapat menghambat proses terapi. Jelas bahwa pendekatan client centered
berasumsi bahwa jika terapi selaras/menunjukkan kesejatiannya dalam berhubungan
dengan client maka proses teraputic bisa berlangsung.
Kedua,
Perhatian positif tak bersayarat. Perhatian tak bersayarat itu tidak dicampuri
oleh evaluasi atau penilaian terhadap pemikiran-pemikiran dan tingkah laku
client sebagai hal yang buruk atau baik. Perhatian tak bersyarat bkan sikap
“Saya mau menerima asalkan…..melainkan “Saya menerima anda apa adanya”.
Perhatian tak bersyarat itu seperti continuum. Semakin besar derajat kesukaan,
perhatian dan penerimaan hangat terhadap client, maka semakin besar pula
peluang untuk menunjung perubahan pada client.
Ketiga,
Pengertian empatik yang akurat. Pada bagian ini merupakan hal yang sangat
krusial, dimana terapis benar-benar dituntut untuk menggunakan kemampuan
inderanya dalam berempati guna mengenali dan menjelajahi pengalaman subjektif
dari client. Konsep ini menyiratkan terapis memahami perasaan-perasaan client
yang seakan-akan perasaanya sendiri. Tugas yang makin rumit adalah memahami
perasaan client yang samar dan memberikan makna yang makin jelas. Tugas terapis
adalah membantu kesadaran client terhadap perasaan-perasaan yang dialami.
Regers percaya bahwa apabila terapis mampu menjangkau dunia pribadi client
sebagaimana dunia pribadi itu diamati dan dirasakan oleh client, tanpa
kehilangan identitas dirinya yang terpisah dari client, maka perubahan yang
konstruktif akan terjadi.
PROSES KONSELING
Proses-proses yang
terjadi dalam konseling dengan menggunakan pendekatan Client Centered adalah
sebagai berikut :
Konseling
memusatkan pada pengalaman individual.
Konseling
berupaya meminimalisir rasa diri terancam, dan memaksimalkan dan serta menopang
eksplorasi diri. Perubahan perilaku datang melalui pemanfaatan potensi individu
untuk menilai pengalamannya, membuatnya untuk memperjelas dan mendapat tilikan
pearasaan yang mengarah pada pertumbuhan.
Melalui
penerimaan terhadap klien, konselor membantu untuk menyatakan, mengkaji dan
memadukan pengalaman-pengalaman sebelunya ke dalam konsep diri.Dengan
redefinisi, pengalaman, individu mencapai penerimaan diri dan menerima orang
lain dan menjadi orang yang berkembang penuh.
Wawancara
merupakan alat utama dalam konseling untuk menumbuhkan hubungan timbal balik.
F. LAYANAN YANG
DIGUNAKAN
1. Layanan Informasi, Layanan informasi adalah
layanan yang memungkinan peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi
(seperti : informasi diri, sosial,belajar, pergaulan, karier, pendidikan
lanjutan). Tujuan layanan informasi adalahmembantu peserta didik agar dapat
mengambil keputusan secara tepat tentangsesuatu, dalam bidang pribadi, sosial,
belajar maupun karier berdasarkaninformasi yang diperolehnya yang memadai.
Layanan informasi pun berfungsiuntuk pencegahan dan pemahaman. Materi layanan
informasi menyangkut :
a. Tugas-tugas perkembangan
masa remaja akhir tentang kemampuan dan perkembangan pribadi,
b. Usaha yang dapat dilakukan
dalam mengenal bakat, minat, serta bentuk-bentuk penyuluhan dan
pengembangan.
c. Tata tertib sekolah, cara
bertingkah laku, tata krama, dan sopan santun.
d. Nilai-nilai sosial, adat
istiadat, dan upaya yang berlaku dan berkembang di masyarakat.
e. Mata pelajaran dan
pembidangannya seperti program inti dan program tambahan.
f.
Sistem penjurusan, kenaikan kelas, syarat-syarat
mengikuti UN, dll.
g. Fasilitas penunjang/sumber
belajar.
2. Layanan Konseling Perorangan, Layanan konseling
perorangan merupakan layanan yang memungkinanpeserta didik mendapatkan layanan
langsung tatap muka (secara perorangan)dengan guru pembimbing untuk membahas
dan mengentaskan permasalahan yangdihadapinya dan perkembangan dirinya. Tujuan
layanan konseling peroranganadalah agar peserta didik dapat mengentaskan
masalah yang dihadapinya.Layanan konseling perorangan berfungsi untuk
pengentasan dan advokasi. Pelaksanaan usaha dan pengentasan siswa dapat
dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah berikut :
a. Pengenalan dan pemahaman
permasalahan.
b. Analisis yang tepat.
c. Aplikasi dan pemecahan
permasalahan.
d. Evaluasi, baik evaluasi
awal, proses ataupun evaluasi akhir.
e. Tindak lanjut. Melihat
kepada teknik penyelenggaraan konseling perorangan terdapat bermacam-macam
teknik konseling perorangan yang sangat ditentukan oleh permasalahan yang
dialami oleh siswa.
Teknik konseling perorangan yang sederhana
melalui proses/tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Tahap pembukaan
b. Tahap penjelasan
(eksplorasi)
c. Tahap pengubahan tingkah
laku
d. Tahap penilaian/tindak
lanjut Materi layanan konseling perorangan meliputi :
1. Pemahaman sikap, kebiasaan, kekuatan
diri dan kelemahan, bakat, minat dan penyalurannya.
2. Pengentasan kelemahan diri dan pengembangan
kekuatan diri. 3. Mengembangkan kemampuan
berkomunikasi, menerima dan menyampaikan pendapat, bertingkah laku sosial, baik
di rumah, sekolah maupun di masyarakat. 4.
Mengembangkan sikap kebiasaan belajar yang baik, disiplin dan berlatih dan
pengenalan belajar sesuai dengan kemampuan, kebiasaan dan potensi diri.
3. Layanan Konsultasi, Layanan Konsultasi merupakan
layanan yang membantu peserta didik danatau pihak lain dalam memperoleh
wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani
kondisi dan atau masalah peserta didik. Pengertian konsultasi dalam program BK
adalah sebagai suatu proses penyediaanbantuan teknis untuk konselor, orang tua,
administrator dan konselor lainnyadalam mengidentifikasi dan memperbaiki
masalah yang membatasi efektivitaspeserta didik atau sekolah konseling atau
psikoterapi sebab konsultasi tidak merupakan layanan yang langsung ditujukan
kepada klien, tetapi secara tidak langsung melayani klien melalui bantuan yang
diberikan orang lain.
Dalam penyelesaian masalah
yang dilakukan bidan dewi tidaka hanya melakukan layanan-layana yang ada dalam
bimbingan dan konseling, akan tetapi bidan dewi menggunakan kegiatan pendukung
Alih Tangan kasus. Berikut adalah pengertian dari kegiatan pendukung bimbingan
dan konseling Alih Tangan Kasus
1.
Alih
tangan kasus, yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling,
untuk mendapatkan penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas masalah yang
dialami peserta didik (klien/konseli) dengan memindahkan penanganan kasus dari
satu pihak ke pihak lain. Kegiatan ini memerlukan kerja sama yang erat dan
mantap antara berbagai pihak yang dapat memberikan bantuan atas penanganan
masalah tersebut (terutama kerja sama dari ahli lain tempat kasus itu
dialihtangankan).
Disekolah alih tangan kasus dapat diartikan bahwa guru
mata pelajaran/praktik, wali kelas, dan/atau staf sekolah lainnya, atau orang
tua mengalihtanagnkan siswa yang bermasalah kepada guru pembimbing. Guru
pembimbing atau guru kelas juga dapat mengalihtangankan permasalahan siswa
kepada ahli-ahlinyang relevan, seperti dokter, psikiater, ahli agama, dan
lain-lain.
Alih tangan bertujuan untuk mendapatkan penangana yang
lebih tepat dan tuntas atas masalah yang dihadapi oleh siswa dengan jalan
memindahkan penanganan kasus dari satu pihak ke pihak lain yang lebih ahli.
·
Lembaga-lembaga
alih tangan kasus (rujukan)
·
Rumah
sakit, puskesmas, atau dokter praktek umu
·
Lembaga
pelayanan psikologis
·
Lembaga
kepolisian
·
Lembaga-lembaga
penyelenggaraan tes
·
Lembaga
penempatan tenaga.
·
Persyaratan
pelayanan alih tangan kasus (rujukan)
Untuk melakukan
pelayanan alih tanagan kasus (rujukan), perlu memperhatikan hal-hal berikut:
1.
Alih tangan kasus
harus disertai dengan data lengkap berkaitan dengan masalah yang dihadapi oleh
siswa yang bersakutan.
2.
Alih tangan kasus
harus diberikan surat pengantar atau rekomendasi yang menjelaskan tujuan alih
tangan kasus (rujukan) itu.
3.
Alih tangan kasus
harus disetujui oleh siswa yang bersangkutan.
4.
Pelayanan alih tangan
kasus itu harus tetap menjadi tanggung jawab sekolah.
5.
Pihak yag
dialihtangankan harus diminta untuk menyampaikan laporan terinci mengenai hasil
upaya alih tangan itu kepada sekolah.
6.
Kriteria penilaian
keberhasilan pelayanan alih tangan kasus
7.
Jika pelimpahan kasus
kepaa guru didalam sekolah sendiri atau kepada lembaga/pelayanan alih tangan
kasus atau rujukan telah disertai dengan data/informasi kasus yang diperlukan.
8.
Jika alih tangan
kasus dapat diakhiri dengan pemecahan masalah kasus dan diberikan
rekomendasikan tentang masalah kasus pada sumber alih tangan kasus.
G.
EVALUASI
Diharapkan setelah
proses melahirkan selesai pasien tetap memeriksakan kepada bidan terkait.
H.
RENCANA TINDAK LANJUT
1.Dokter Kandungan Rumah Sakit
I.
DAFTAR PERTANYAN WAWANCARA
1. Sejak
kapan praktik bidan ini berdiri ?
2. Mba
dewi sendiri bekerja di bidan ini dari kapan?
3. Selama
menjadi bidan, apakah mba dewi pernah menemukan permasalahan terkait ibu hamil?
4. Biasanya
permasalahan seperi apa yang mba dewi hadapi?
5. Apakah
mba dewi menyelesesaikan semua masalah dengan layanan yang sama?
6. Apakah
mba dewi juga melakkan kunjungan
rumah untuk emberikan asuhan? Dan ketika pasien mba dewi berada jau dari
jangkauan, apa yang mba lakukan?
Lampiran-lampiran :
Dokumentasi Panti Sosial Wisma Tuna Ganda Palsigunug
Dokumentasi Bidan Sri Murdiningsih
DAFTAR PUSTAKA
Corey, Geral. 2010. Teori dan Praktek
Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama